Pak Sugeng,

1. BPJ menggunakan OBM dan bisa mengatasi problem lempung diapir
(sementara) dengan MW tinggi walaupun ternyata terjadi lagi sticking dan
bridging setelah lubang ditinggalkan beberapa hari. Mungkin mineral
lempung diapir yang ditembus adalah jenis yang sloughing.
2. Ini berandai-andai Pak Sugeng, jawabannya bisa ya dan tidak. Andai
erupsi lumpur ini 100 % hanya karena efek pemboran, saya pikir set
casing di 8500 ft boleh sangat mengurangi kemungkinan erupsi sebab
sebagian besar diapir (gundukan mud volcano) terlihat lebih dangkal dari
8500 ft. Tetapi di 8500 ft adalah pasir volkanik yang muncul tanpa ada
di prognosis, saya pikir berisiko menanam shoe casing di lapisan pasir.
Andai erupsi lumpur ini 100 % karena gempa, banyak mud volcano tersebar
di luar casing, dan ada beberapa retakan juga yang telah menembusnya,
walaupun ada casing 9 5/8 saya pikir erupsi akan tetap terjadi.

Salam,
awang

-----Original Message-----
From: Sugeng Hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, September 26, 2006 6:04 AM
To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Drilling a Mud Volcano (was Re: [iagi-net-l]
Ulasan LUSI Berdasarkan ...)

Pak Awang,
 
Trimakasih, uraiannya yang cukup panjang-lebar, sangat bagus dan berguna
untuk kami.
Masih ada pertanyaan, tolong yha untuk dikomentari:
1.Apakah dengan menggunakan lumpur pemboran jenis "oil-based mud" bisa
mengatasi problem lempung diapir? Sumur-2 kita di Salawati dan Tuban
selalu menggunakan jenis OBM; setelah pemboran menyentuh gamping (Kais
atau Tuban Carbonate) lalu dipasang casing, barulah pemboran menggunakan
lumpur biasa dan lebih ringan.
2. Seandainya pada kondisi geologi seperti di Sidoarjo, ada gempa bumi,
ada pemboran (dengan segala problem, mulai dari lost circulation, kick,
pipe sticking, pack-off, over-pull dll) tetapi pipa casing 9-5/8" sudah
di-set dan disemen di kedalaman 8500' (sehingga di sumur tersebut tidak
ada +/- 5770 ft open-hole, katakanlah open-hole hanya sekitar 1000 ft
saja) apakah bisa terjadi semburan lumpur (mud volcano)?
 
Trimakasih, dan salam hangat dari Bangko (Jambi)
sugeng
 

________________________________

From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sun 24/09/2006 12:56 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Drilling a Mud Volcano (was Re: [iagi-net-l]
Ulasan LUSI Berdasarkan ...)



Pak Nataniel,
  
  Pertanyaan Pak Nataniel bagus, sederhana, to the point, dan sama
halnya dengan pertanyaan (1) andai di Banjar Panji sedang tidak ada
pemboran, tetapi ada goncangan gempa, apakah lumpur panasnya akan tetap
menyembur ?, juga (2) andai Banjar Panji tidak digoncang gempa, apakah
lumpur panas akan tetap tersembur oleh pemboran ?
  
  Banyak kasus semburan lumpur pada sistem erupsi gunung lumpur dipicu
oleh gempa. Kasus2 di Laut Kaspia, Azerbaijan, dan California bisa
mewakili hal ini. Di Banjar Panji, dua hal (gempa dan pemboran) terjadi
bersamaan, dua hal ini harus sama-sama diperiksa sebagai bertanggung
jawab kepada erupsi lumpur panas. Pemboran dan segala kesulitannya
(loss, kick, pipe sticking, overpull, dll.) terjadi di Banjar Panji.
Gempa, ada yang percaya ada yang tidak percaya, terjadi di Banjar Panji
saat Yogya digoncang gempa. Saya percaya gempa terjadi, tentu ini
didasarkan kepada serangkaian data lokal maupun regional.
  
  Gempa bisa mereaktivasi retakan-retakan lama atau membuka retakan baru
yang lebih kecil (fissures) dan gelombang P-nya bisa meruntuhkan kohesi
antar batuan (berujung ke likuifaksi). Dengan cara ini, goncangannya
bisa memobilisasi materi batuan yang sudah liquefied dan memang dari
awal tidak stabil (undercompacted). Mobilisasi akan terjadi via
retakan-retakan lama dan baru. Kegiatan pemboran, saya curiga ke
overpull yang puluhan ton kekuatan hentakannya, bisa juga mengganggu
"kestabilan" materi liquefied undercompacted shale/clay.
  
  Kalau mud volcano dibor, apakah lubang bor akan membuatnya meletus via
semburan lumpur ? Coba kita lihat kasus2 berikut.
  
  Ada dua sumur Belanda NNGPM (1950s) jauh di Pulau Salawati selatan
Sesar Sorong, Kepala Burung Papua : Waibu-1 dan Waipili-1. Wilayah ini
adalah wilayah yang kaya diapir, semua penampang seismik di wilayah ini
menunjukkan dengan sangat jelas keberadaan diapir ini yang terdistribusi
sejajar dengan Sesar Sorong (saya pernah mempublikasikannya untuk
seminar regional FOSI ke-2 tentang deep-water sedimentation - Satyana
dan Setiawan, 2001 : "Origin of Pliocene deep-water sedimentation in
Salawati Basin, Eastern Indonesia : deposition in inverted basin and
exploration implications"). Diapir2 ini mengangkat lapisan2 di atasnya
sampai membentuk jalur2 antiklin. Di mana ada antiklin di situlah titik
bor - begitulah prinsip eksplorasi zaman dulu. Maka, dua sumur itu pun
dibor dan lalu dua-duanya dihentikan karena tak mampu melewati puncak
diapir, overpressure. Tidak dilaporkan telah terjadi semburan lumpur di
kedua sumur itu.
  
  Sumur Jati-1 (Lundin Banyumas, 2005-2006) saat diusulkan cukup memakan
diskusi yang lama karena keberadaan diapir yang akan dilewatinya. Sumur2
lama (BPM, Pertamina) dihentikan saat memasuki diapir ini, tak kuat
mengatasi overpressure. Lundin ingin mengeksplorasi objektif jauh di
bawah diapir. Dengan "berdarah-darah" dan memakan banyak biaya, sumur
Jati-1 berhasil melewati diapir ini walaupun akhirnya gagal menemukan
reservoir yang diincarnya.
  
  Sumur Banjar Panji-1 diusulkan mempunyai dua objektif : reef dangkal
sekitar umur Miosen Akhir atau Pliosen dan reef dalam ekivalen Kujung.
"Kok bisa ada reef dangkal di wilayah ini - kondisi regional sejauh yang
saya tahu tak mengizinkannya bisa ada reef di situ" itu salah satu
pertanyaan saya saat Lapindo mengusulkan sumur ini tahun 2004. Tetapi,
reef objektif kedua ini tetap harus dilewati untuk mencapai reef
objektif pertamanya : Kujung. Lalu, sumur dibor tahun 2006, saya tak
mengikutinya lagi dengan detail karena sudah pindah mengawasi eksplorasi
Kalimantan dan Indonesia Timur, tetapi saya sempat menanyakan lagi ke
Lapindo, "ketemu reef dangkalnya ?" Dijawab, "tidak, lempung ternyata"
Lalu musibah itu pun terjadi dan saya berpikir  : sumur menembus shale
diapir (atau gunung lumpur malahan) yang di penampang seismik memang
terlihat seperti build-up karbonat. Saat melewati diapir ini,
overpressure terjadi sampai Lapindo menggunakan lumpur dengan MW di atas
14 ppg. Saat
 diapir ini terbuka untuk pertama kalinya oleh sumur, kita tahu bahwa
tak ada semburan lumpur kan. Semburan lumpur terjadi setelah terjadi
gempa di Yogya, setelah terjadi loss di karbonat di TD sumur ini,
setelah terjadi kick saat pipa dicabut, setelah terjadi overpull saat
pipa terjepit.
  
  Dari kasus empat sumur di atas (Waipili-1, Waibu-1, Jati-1, Banjar
Panji-1) mungkin bisa kita katakan : membor diapir atau gunung lumpur
tak akan membuatnya meletus menyemburkan lumpur panas selama bisa
diatasi masalah overpressure-nya. Tetapi kalau ada komplikasi-komplikasi
dari alam (seperti banyaknya retakan dan gempa) atau mechanical trouble
(seperti pipe-sticking dan overpull) mungkin gunung lumpur bisa
terbangunkan dan menyemburkan lumpurnya.
  
  Kembali ke pertanyaan Pak Nataniel, kelihatannya sekedar membuat
lubang bor tak akan mengerupsikan gunung lumpur, tetapi kalau ada
komplikasi2 dari alam dan mechanical bisa lain ceritanya.
  
  Depresi Kendeng, khususnya di sisi utaranya dekat Rembang Zone (Banjar
Panji di sisi selatannya), adalah daerah kaya sumur. Sejak akhir 1800an
dan awal 1900an telah banyak sumur dibor, tak ada kan yang menimbulkan
bencana seperti di Banjar Panji padahal tak sedikit juga sumur2 yang
melalui overpressured zone di diapir Kendeng ini.
  
  Kelihatannya, just making a hole through a diapir (may also be a mud
volcano ) will not erupt the volcano.
  
  salam,
  awang
  
  
  Nataniel Mangiwa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  "mud volcano tererupsi karena dipicu gempa atau kegiatan pemboran."

Pak Awang,

Bisa diperjelas yang Bapak maksud dengan kegiatan pemboran di atas?
Apa hanya sebatas 'make a hole' atau kegiatan pemboran yang tidak
'prosedural'? Kalau asal ada hole sudah bisa memicu erupsi, berarti
kesalahan Lapindo bukan dalam 'prosedural' drilling tetapi
kesalahannya adalah kenapa drill well di daerah yg bisa terjadi erupsi
(wrong well location?).

Selain itu, apa di daerah zone depresi Kendeng yang memiliki diapir
mud volcano seperti Porong ini, apa tidak ada kegiatan pemboran lain
sebelumnya? Kalau ada, kenapa yang sebelumnya tidak memicu erupsi?

Terimakasih,

Natan

On 9/22/06, Awang Satyana wrote:
> Abah,
>
> Dalam kasus LUSI, lumpur dan gas yang tersembur itu bukan merupakan
akumulasi yang berasal dari sedimen yang terperangkap di zone subduksi
seperti ditulis jurnal tersebut. Kita tahu, lumpur dan gas itu berasal
dari zone depresi Kendeng yang sedimennya diendapkan dengan sangat cepat
sehingga memicu diapirisme, diapirisme memicu mud volcano, mud volcano
tererupsi karena dipicu gempa atau kegiatan pemboran.
>
> Tetapi, kalau untuk kasus gunung-gunung lumpur di Sawu Basin di utara
Pulau Sawu (dekat Sumba-Rote), kalau Abah pernah lihat beberapa seismic
sections di Sawu Basin, di situ banyak gunung2 lumpur bawah laut. Nah,
ini adalah memang berasal dari sedimen yang terakumulasi di zone
subduksi, dan erupsinya didorong oleh kompresi dari thrust sheets yang
banyak terbentuk di melange wedge Sawu-Rote-Timor.
>
> salam,
> awang

---------------------------------------------------------------------
----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
----- Call For Papers until 26 May 2006
----- Submit to: [EMAIL PROTECTED]
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id <http://iagi.or.id/> 
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------



               
---------------------------------
How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low  PC-to-Phone call
rates. 


---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke