Beberapa hari yang lalu saya ngobrol dengan tetangga di tempat
hajatan. Akhirnya obrolan sampai juga ke masalah *Lumpur Lapindo* yang lagi
jadi bahan pembicaraan semua orang, pejabat maupun rakyat, konglomerat
maupun orang melarat. Tetangga tersebut kebetulan seorang pejabat di sebuah
instansi pusat di Jatim. Dia cerita bahwa sehari sebelumnya dia telah
mengikuti paparan Lumpur Lapindo di kantor Gubernur Jatim. Konon ada dua
orang narasumber, katanya yang satu berbahasa Inggris dan satunya lagi
berbahasa Indonesia. Yang jadi masalah..... - apa yang dia tangkap dari
paparan itu rasanya berbeda dengan pemahaman teman2 di sini. Saya yakin...,
hal itu terjadi karena semata-mata memang keterbatasan kemampuan dia dalam
hal menangkap materi yang dipaparkan, bukan karena narasumbernya yang
ngacau. Saat itu saya berusaha keras untuk meyakinkan dia dengan
mengatakan - walau dengan berat hati - bahwa jelek-jelek begini saya ini
orang geologi (bukan ahli geologi lho), tapi orang tersebut tetap ngeyel,
seolah-olah dia yang paling tahu. Dia cerita ngalor-ngidul tentang lumpur
Porong, dimana substansinya berbeda dengan pemahaman kita-kita ini.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari cerita di atas?
Barangkali benar juga apa yang disampaikan pak Luthfi beberapa hari yang
lalu, bahwa mbuletnya masalah lumpur Porong dikarenakan "*orang yang punya
kewenangan tapi tidak mengerti*" sedangan "*orang yang mengerti tapi tidak
punya kewenangan*". Selain itu cerita pak Agus yang sering melakukan
sosialisasi geologi ke birokrat, kasus seperti itu kayaknya memang sering
terjadi. Kasus itu mungkin ada miripnya dengan cerita ini..., suatu hari
murid sekolah anak-anak buta diajak wisata ke Kebon Binatang. Begitu kembali
di sekolah, mereka saling bercerita tentang gajah, ada yang bilang seperti
ular (karena yang diraba ekornya), yang lain bilang seperti pohon (karena
yang dipegang kakinya) dll. dll. Oleh karena itu, kita harus hati-hati dalam
memberikan penjelasan yang bersifat keteknikan kepada orang awam, apalagi
kalau mereka itu para pengambil keputusan. Wah... wah... wah... bisa
cilakak, ......... busssyyyyeeeettttt!

Marhaban ya ramadhan, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.


Wassalam.

Kirim email ke