Pak Awang,
Terima kasih atas koreksinya, koreksi balik nih, memang saya salah ngetik
..... padahal maunya ???? di subject.

Saya menduga ada jar yang bekerja selama working on pipe, tidak hanya putar
kiri dan kanan pipa bor di BP #1. Ternyata berbanding terbalik dengan
pengalaman yang sudah 14 thn mengamati ("amatiran") pekerjaan drilling.
Bila jar ngak bekerja saja, biasanya drilling langsung POOH ganti jar,
apalagi ada indikasi stucked pipe saat  mud lost, over pull berapa ya tarik
pipanya, untuk making sure stucked drilling pipe.
Itulah ORIN (Orang Indonesia), maaf aturable ??.

Tapi betulkan Pak bahwa, jar up nor down dapat menjadi sumber getaran
lokal sebagai pemicu retakan / crack / fissure.

Salam
HF
Si Kurang Gawean

----- Original Message ----- From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Tuesday, September 26, 2006 8:36 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Re: Drilling a Mud Volcano Ulasan LUSI
Berdasarkan
data pemboran...

Attempted to work pipe, disinilah biasanya JARRING mulai bekerja,
bahkan >mungkin ratusan kali jarring up and down sebagai sumber
goncangan mungkin >bisa 4-5 skala richter kali ya ?.., sebagai PEMICU
retakan / crack / >fissure

Pak Heri,

Tulisan Pak Heri di atas berkategori mengandai-andai lho, tidak ada
tertulis di laporan harian mereka pekerjaan jarring apalagi sampai
ratusan kali. Mereka usahakan membebaskan pipa, tetapi tak berhasil. "No
pipe movement and no jars action observed at surface" (28 May 2006,
12.00-20.00).

Salam,
awang

-----Original Message-----
From: heri ferius [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, September 25, 2006 2:53 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Re: Drilling a Mud Volcano Ulasan LUSI Berdasarkan
data pemboran...

Sumur BP#1 diusulkan mempunyai dua objektif : reef dangkal sekitar umur
Miosen Akhir atau Pliosen dan reef dalam ekivalen Kujung. "Kok bisa ada
reef dangkal di wilayah ini - kondisi regional sejauh yang saya tahu tak
mengizinkannya bisa ada reef di situ" itu salah satu pertanyaan saya
saat Lapindo mengusulkan sumur ini tahun 2004.

Sewaktu dibor 2006 "tidak ketemu reef dangkalnya, lempung ternyata" Lalu
musibah itu pun terjadi dan saya berpikir  : sumur menembus shale diapir
(atau gunung lumpur malahan) yang di penampang seismik memang terlihat
seperti build-up karbonat, Miss...?..  Saat melewati diapir ini,
overpressure terjadi sampai Lapindo menggunakan lumpur dengan MW di atas
14 ppg. Semburan lumpur 150 m dari well bore terjadi setelah 2 hari
terjadi gempa di Yogya, setelah lebih dulu terjadi loss di karbonat di
TD.

Monitor sumur, statik. Cabut pipa rangkaian, overpull sampai 30 klbs,
JARRING job yang membuat goncangan tentu TIDAK dilakukan karena biasanya
jar di set pada >150 klbs over pull., reaming dan sirkulasi di beberapa
tempat tight hole dan bridging, swabbing efek ?.  Mud returns increased
indicating well kick. Shut well in, observed H2S gas in shale shaker.
Killing well using 14.7 ppg mud, flared gas. Observed well, no more flow
from annulus casing-drill string. Opened well, noticed that 300 bbls mud
lost into the hole.

Pada kedalaman 4251' pipa terjepit (stuck drill pipe), tidak bisa
digerakkan dan sirkulasi (pack-off). Attempted to work pipe, disinilah
biasanya JARRING mulai bekerja, bahkan mungkin ratusan kali jarring up
and down sebagai sumber goncangan mungkin bisa 4-5 skala richter kali ya
?.., sebagai PEMICU retakan / crack / fissure

Started observing gas bubbles came up to surface 150 meter from well
location, besar kemungkinan disekitar depth of stuck pipe inilah arah
aliran lumpur berpindah melewati formasi. Dimana dengan 16 ppg, tanpa
closed BOP pun, sudah cukup untuk menahan aliran kelobang bor di atas
fish. Ini terbukti keluarnya dengan Gas bubbles (kemudian kita ketahui
sebagai ekstruksi air,lumpur, dan sedikit gas) teramati pertama kali di
lokasi 150 meter dari kepala sumur sebelum dilakukan semen sumbat.

Nampak disini kecendrungan selain "identify geological hazard" dan
drilling hazard estimation", juga adanya loss circulation, well kick,
shut in well, kill well 16 ppg above fish, dan Jarring job sebagai
pemicu fracturing and mud flow tsb dari pada gempa ya, kalau boleh
dikwantitatif 2:1.

Salam
HF
Sipencari kerjaan

----- Original Message ----- From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Sunday, September 24, 2006 12:56 AM
Subject: [iagi-net-l] Drilling a Mud Volcano (was Re: [iagi-net-l]
Ulasan LUSI Berdasarkan ...)


Pak Nataniel,

 Pertanyaan Pak Nataniel bagus, sederhana, to the point, dan sama
halnya dengan pertanyaan (1) andai di Banjar Panji sedang tidak ada
pemboran, tetapi ada goncangan gempa, apakah lumpur panasnya akan tetap
menyembur ?, juga (2) andai Banjar Panji tidak digoncang gempa, apakah
lumpur panas akan tetap tersembur oleh pemboran ?

 Banyak kasus semburan lumpur pada sistem erupsi gunung lumpur dipicu
oleh gempa. Kasus2 di Laut Kaspia, Azerbaijan, dan California bisa
mewakili hal ini. Di Banjar Panji, dua hal (gempa dan pemboran) terjadi
bersamaan, dua hal ini harus sama-sama diperiksa sebagai bertanggung
jawab kepada erupsi lumpur panas. Pemboran dan segala kesulitannya
(loss, kick, pipe sticking, overpull, dll.) terjadi di Banjar Panji.
Gempa, ada yang percaya ada yang tidak percaya, terjadi di Banjar Panji
saat Yogya digoncang gempa. Saya percaya gempa terjadi, tentu ini
didasarkan kepada serangkaian data lokal maupun regional.

 Gempa bisa mereaktivasi retakan-retakan lama atau membuka retakan
baru yang lebih kecil (fissures) dan gelombang P-nya bisa meruntuhkan
kohesi antar batuan (berujung ke likuifaksi). Dengan cara ini,
goncangannya bisa memobilisasi materi batuan yang sudah liquefied dan
memang dari awal tidak stabil (undercompacted). Mobilisasi akan terjadi
via retakan-retakan lama dan baru. Kegiatan pemboran, saya curiga ke
overpull yang puluhan ton kekuatan hentakannya, bisa juga mengganggu
"kestabilan" materi liquefied undercompacted shale/clay.

 Kalau mud volcano dibor, apakah lubang bor akan membuatnya meletus
via semburan lumpur ? Coba kita lihat kasus2 berikut.

 Ada dua sumur Belanda NNGPM (1950s) jauh di Pulau Salawati selatan
Sesar Sorong, Kepala Burung Papua : Waibu-1 dan Waipili-1. Wilayah ini
adalah wilayah yang kaya diapir, semua penampang seismik di wilayah ini
menunjukkan dengan sangat jelas keberadaan diapir ini yang terdistribusi
sejajar dengan Sesar Sorong (saya pernah mempublikasikannya untuk
seminar regional FOSI ke-2 tentang deep-water sedimentation - Satyana
dan Setiawan, 2001 : "Origin of Pliocene deep-water sedimentation in
Salawati Basin, Eastern Indonesia : deposition in inverted basin and
exploration implications"). Diapir2 ini mengangkat lapisan2 di atasnya
sampai membentuk jalur2 antiklin. Di mana ada antiklin di situlah titik
bor - begitulah prinsip eksplorasi zaman dulu. Maka, dua sumur itu pun
dibor dan lalu dua-duanya dihentikan karena tak mampu melewati puncak
diapir, overpressure. Tidak dilaporkan telah terjadi semburan lumpur di
kedua sumur itu.

 Sumur Jati-1 (Lundin Banyumas, 2005-2006) saat diusulkan cukup
memakan diskusi yang lama karena keberadaan diapir yang akan
dilewatinya. Sumur2 lama (BPM, Pertamina) dihentikan saat memasuki
diapir ini, tak kuat mengatasi overpressure. Lundin ingin mengeksplorasi
objektif jauh di bawah diapir. Dengan "berdarah-darah" dan memakan
banyak biaya, sumur Jati-1 berhasil melewati diapir ini walaupun
akhirnya gagal menemukan reservoir yang diincarnya.

 Sumur Banjar Panji-1 diusulkan mempunyai dua objektif : reef dangkal
sekitar umur Miosen Akhir atau Pliosen dan reef dalam ekivalen Kujung.
"Kok bisa ada reef dangkal di wilayah ini - kondisi regional sejauh yang
saya tahu tak mengizinkannya bisa ada reef di situ" itu salah satu
pertanyaan saya saat Lapindo mengusulkan sumur ini tahun 2004. Tetapi,
reef objektif kedua ini tetap harus dilewati untuk mencapai reef
objektif pertamanya : Kujung. Lalu, sumur dibor tahun 2006, saya tak
mengikutinya lagi dengan detail karena sudah pindah mengawasi eksplorasi
Kalimantan dan Indonesia Timur, tetapi saya sempat menanyakan lagi ke
Lapindo, "ketemu reef dangkalnya ?" Dijawab, "tidak, lempung ternyata"
Lalu musibah itu pun terjadi dan saya berpikir  : sumur menembus shale
diapir (atau gunung lumpur malahan) yang di penampang seismik memang
terlihat seperti build-up karbonat. Saat melewati diapir ini,
overpressure terjadi sampai Lapindo menggunakan lumpur dengan MW di atas
14 ppg. Saat
diapir ini terbuka untuk pertama kalinya oleh sumur, kita tahu bahwa
tak ada semburan lumpur kan. Semburan lumpur terjadi setelah terjadi
gempa di Yogya, setelah terjadi loss di karbonat di TD sumur ini,
setelah terjadi kick saat pipa dicabut, setelah terjadi overpull saat
pipa terjepit.

 Dari kasus empat sumur di atas (Waipili-1, Waibu-1, Jati-1, Banjar
Panji-1) mungkin bisa kita katakan : membor diapir atau gunung lumpur
tak akan membuatnya meletus menyemburkan lumpur panas selama bisa
diatasi masalah overpressure-nya. Tetapi kalau ada komplikasi-komplikasi
dari alam (seperti banyaknya retakan dan gempa) atau mechanical trouble
(seperti pipe-sticking dan overpull) mungkin gunung lumpur bisa
terbangunkan dan menyemburkan lumpurnya.

 Kembali ke pertanyaan Pak Nataniel, kelihatannya sekedar membuat
lubang bor tak akan mengerupsikan gunung lumpur, tetapi kalau ada
komplikasi2 dari alam dan mechanical bisa lain ceritanya.

 Depresi Kendeng, khususnya di sisi utaranya dekat Rembang Zone
(Banjar Panji di sisi selatannya), adalah daerah kaya sumur. Sejak akhir
1800an dan awal 1900an telah banyak sumur dibor, tak ada kan yang
menimbulkan bencana seperti di Banjar Panji padahal tak sedikit juga
sumur2 yang melalui overpressured zone di diapir Kendeng ini.

 Kelihatannya, just making a hole through a diapir (may also be a mud
volcano ) will not erupt the volcano.

 salam,
 awang


 Nataniel Mangiwa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
 "mud volcano tererupsi karena dipicu gempa atau kegiatan pemboran."

Pak Awang,

Bisa diperjelas yang Bapak maksud dengan kegiatan pemboran di atas?
Apa hanya sebatas 'make a hole' atau kegiatan pemboran yang tidak
'prosedural'? Kalau asal ada hole sudah bisa memicu erupsi, berarti
kesalahan Lapindo bukan dalam 'prosedural' drilling tetapi
kesalahannya adalah kenapa drill well di daerah yg bisa terjadi erupsi
(wrong well location?).

Selain itu, apa di daerah zone depresi Kendeng yang memiliki diapir
mud volcano seperti Porong ini, apa tidak ada kegiatan pemboran lain
sebelumnya? Kalau ada, kenapa yang sebelumnya tidak memicu erupsi?

Terimakasih,

Natan

On 9/22/06, Awang Satyana wrote:
Abah,

Dalam kasus LUSI, lumpur dan gas yang tersembur itu bukan merupakan
akumulasi yang berasal dari sedimen yang terperangkap di zone subduksi
seperti ditulis jurnal tersebut. Kita tahu, lumpur dan gas itu berasal
dari zone depresi Kendeng yang sedimennya diendapkan dengan sangat cepat
sehingga memicu diapirisme, diapirisme memicu mud volcano, mud volcano
tererupsi karena dipicu gempa atau kegiatan pemboran.

Tetapi, kalau untuk kasus gunung-gunung lumpur di Sawu Basin di utara
Pulau Sawu (dekat Sumba-Rote), kalau Abah pernah lihat beberapa seismic
sections di Sawu Basin, di situ banyak gunung2 lumpur bawah laut. Nah,
ini adalah memang berasal dari sedimen yang terakumulasi di zone
subduksi, dan erupsinya didorong oleh kompresi dari thrust sheets yang
banyak terbentuk di melange wedge Sawu-Rote-Timor.

salam,
awang



__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com
---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] ---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke