Lalu:.... bagaimana dengan para ahli WSg kita?? Mas Andang, pertanyaannya...kenapa tim penanggulangannya minus WSG atau..kok ga ada WSG ahli yang ikut berkomentar?
Saya yakin kita punya banyak WSG yang kompeten, hanya masalahnya...para WSG khan menganalisa dan menarik kesimpulan dari data2 pemboran dan rekaman2 kejadian hari-perhari (Daily Drilling Report) dan dibandingkan juga dengan Drilling Program-nya, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah..apakah mereka punya akses untuk melihat data2 tersebut?...kalo datanya aja mereka ga pernah lihat (cuma denger2 kata orang), riskan juga kalo harus menarik kesimpulan Regards, Y O G I P R I Y A D I G e o l o g i s t H a n d i l A s s e t T e a m GSR / H T I / G & G ext. 2 6 2 1 |---------+----------------------------> | | "Andang Bachtiar"| | | <[EMAIL PROTECTED]| | | t.id> | | | | | | 01/02/2007 10:59 | | | AM | | | Please respond to| | | iagi-net | | | | |---------+----------------------------> >---------------------------------------------------------------------------------------------------------------| | | | To: <iagi-net@iagi.or.id> | | cc: | | Subject: Re: [iagi-net-l] Lapindo Harus Sediakan Rp 3, 8 T - 2 Pakar Geologi Kuak Misteri Lumpur | | Sidoarjo | >---------------------------------------------------------------------------------------------------------------| Kuncinya sebenarnya ada di "integration" dan "comprehensiveness" dari analisis para ahli kebumian yang selama ini dijadikan rujukan oleh masyarakat (baca: media) maupun kepolisian. Kalau kita perhatikan, kebanyakan (hampir keseluruhan) ahli kebumian yang dirujuk tidak begitu mendalami alias menghindarkan diri dari menganalisis data teknis dan kronologis pemboran "yang berkaitan langsung dengan kejadian semburan". Pada umumnya para ahli tersebut mengatakan bahwa "itu urusan drilling engineer", dan mereka merasa tidak berkompeten untuk ikut-ikutan menganalisis data-data tersebut secara lebih mendalam, padahal banyak sekali informasi tambahan yang bisa diperoleh dari data pemboran tersebut untuk menjelaskan apa yang terjadi secara dinamis. Hal ini bisa dimaklumi karena pada umumnya para ahli yang dirujuk adalah saintist berbasis akademis (bukan practicioner) atau saintist dari disiplin ilmu yang lebih berat ke aplikasi permukaan (geoteknik dsb). Tentunya akan sangat tidak professional kalau mereka ikut-ikutan menganalisis data pemboran tanpa dasar pengetahuan dan pengalaman yang kuat. Namun kita lupa bahwa kawan-kawan wellsite geologist, operation geologist, exploration-operation geologist, ataupun production-operation geologist: mereka mempunyai kompetensi yang kita butuhkan untuk ikut menjembatani gap antara kejadian pemboran dengan semburan yang akhirnya memicu proses alam menjadi semakin membesar membentuk mud-volcano. Dalam tim IAGI sebenarnya ada 2 orang operation geologist yang mumpuni, tetapi sejauh yang saya tahu mereka berdua jarang sekali terlibat (atau dilibatkan) dalam day-to-day evaluation tim secara keseluruhan. Untuk menekankan pentingnya "kunci" tersebut coba anda semua perhatikan ungkapan Professor Sukendar Asikin berikut "Saya bukan ahli pemboran, tapi berdasarkan fakta-fakta dan saya telah mempelajari kasus serupa di tempat lain, termasuk browsing internet dan membaca literatur di luar negeri, saya yakin ini mud volcano," katanya (DetikCom 28 Desember 2006: "2 Pakar Geologi Kuak Misteri Lumpur Sidoarjo"). Kebanyakan dari para ahli kebumian tersebut diatas hanya melihat "hasil akhir yang dinamis" (perkembangan dari semburan kecil menjadi mud-volcano) dan "fenomena awal yang statis" (sejarah tektonik, sedimentasi, data seismik, data permukaan, bertebarannya mud volcano fenomena di jalur kendeng, dsb). Jembatannya yang berupa "pemboran" dan disisi lain "gempa" dalam kaitannya dengan proses awal semburan hampir-hampir tidak disentuh (bahkan seringkali dihindari). Jadi, pertanyaannya: pada kemana para ahli WSG kita? Longsor-banjir di Panti Jember, di Pacet Mojokerto, dan diberbagai tempat lainnya adalah bencana alam. Penggundulan hutan, perubahan fungsi lahan, dan perencanaan pemukiman yang salah adalah penyebabnya. Siapa yang bertanggung-jawab? Penggundul hutan, pengubah fungsi lahan, perencana dan pelaksana tata ruang seharusnya bertanggung-jawab. Tapi karena jarak waktu antara kejadian dengan penyebab-nya terlalu jauh, maka kita kesulitan untuk mengejar-ngejar penanggung-jawabnya. Dalam kasus Lumpur Sidoardjo, jarak waktu antara kejadian dan "yang dicurigai" jadi penyebabnya sangat dekat. Makanya, tidak heran kalau dengan gampang massa (media), pemerintah, dsb langsung bisa tunjuk jari memaksa "yang dicurigai jadi penyebab" untuk bertanggung-jawab. Sementara itu soal kecurigaan tsb (bahasa ilmiahnya: hipothesis) masih belum juga bisa dibuktikan secara komprehensif dan integratif, karena tim ahli kebumiannya masih minus WSG. Lalu:.... bagaimana dengan para ahli WSg kita?? Salam adb arema ----- Original Message ----- From: <[EMAIL PROTECTED]> > Rekan > > Harus diakui bahwa posisi > ahli kebumian dalam persoalan lumpur di BP-1 > > tidak terlalu enak. Karena secara kasat mata memang yang > "menyebabkan" > terjadi adalah > pemboran. > Dengan demikian masyarakat (apalagi > Pemerintah) akan langsung menuduh > pemboran > yang menyebabkan terjadinya BENCANA ini. > > Belum lagi implikasi "popularitas" > Pemerintah jelas sangat dipertaruhkan apabila > > "memihak" Lap[indo. > > Saya > mengharapkan keteguhan hati dan kejernihan para ahli kebumian untuk > tetap > mengatakan apa yang diyakini-nya berdasarkan > kaidah ilmu kebumian. > > Oleh karena pandangan > pandangan dari segi kebumian tidak populer , maka kita > > tidak heran bahwa issue ahli kebumian ":dibayar" oleh Lapindo > muncul sejak lama. > > Pelik memang !!!!! > > Si - Abah > > > _____________________________________________________________________ > > > >> Pelik juga tho? Jadi lain waktu ahli geologi > perlu belajar kepada pakar >> politik utk memastikan bahwa > kebijakan SBY murni tanpa motif kepentingan >> politik. >> > >> Wassalaam >> Ahmiyul >> >> >> > -----Original Message----- >> > From: Rovicky Dwi Putrohari > [mailto:[EMAIL PROTECTED] >> Sent: Friday, December 29, 2006 > 11:10 >> To: iagi-net@iagi.or.id; migas indonesia; > [EMAIL PROTECTED] >> Subject: [iagi-net-l] Lapindo Harus > Sediakan Rp 3,8 T - 2 Pakar Geologi >> Kuak >> Misteri > Lumpur Sidoarjo >> >> Walaupun Geologist menyatakan gejala > itu sebagai bencana alam tetapi >> SBY tetap menuntut Lapindo > untuk bertanggung jawab. >> >> Hmmm ;) >> >> RDP >> >> ===== >> >> JAWAPOS > Jumat, 29 Des 2006, >> Lapindo Harus Sediakan Rp 3,8 T >> > >> Hasil Rapat SBY dengan Bupati Sidoarjo dan Gubenur Jatim >> JAKARTA - Tidak sia-sia Gubernur Jawa Timur Imam Utomo dan Bupati > >> Sidoarjo Win Hendrarso dua hari di Jakarta untuk memperjuangkan > warga >> korban lumpur Lapindo. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono > mengabulkan >> proposal untuk memastikan anggaran penanggulangan > lumpur di Porong, >> Sidoarjo. >> >> --- >> >> 2 Pakar Geologi Kuak Misteri Lumpur Sidoarjo >> > Detik.com Desember 28th, 2006 >> >> 2006-12-28 18:48:00 > Budi Sugiharto - detikcom Surabaya - Untuk menguak >> misteri > semburan lumpur yang terjadi di sekitar sumur Lapindo Brantas >> > Inc di Porong, Sidoarjo, Polda Jawa Timur memanggil 2 spesialis >> > geologi asal Indonesia. >> >> > http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/28/tim > >> e/184850/idnews/725009/idkanal/10 >> >> -- >> http://rovicky.wordpress.com/ >> --------------------------------------------------------------------- ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 ----- detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- --------------------------------------------------------------------- ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 ----- detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------