Pak Awang, 
  kalau di buku Geologi-nya Pak Katili, hal 218, disebutkan:
  "disekitar Palasari ditemukan perkakas dari batuan dan umur dari perkakas ini 
ditaksir neolitikum.  Perkakas batuan obsidian ditemukan juga di sekitar G 
Malabar dan Dago dan usianya ditaksir dari 3000 sampai 6000 tahun."  
   
  Kalau diliat secara letak, G malabar di Selatan, sedangkan Dago di Utara.  
Kalau diliat dari lokasi danau Bandung-nya, keduanya terletak berseberangan, 
dipisahkan oleh air danau yang cukup luas.  Nggak kebayang bagaimana kehidupan 
sosial pada masa itu.
   
  Apalagi yang di Pawon sepertinya lebih tua lagi. Tentang Pawon ini, di 
bukunya Pak Katili belum ada rasanya, tapi memang buku-nya Pak Katili sendiri 
merupakan buku yang sudah lama, jadi kemajuan penemuan yang sekarang tidak 
tertulis disitu.
   
  Wassalam,
  Harry Kusna.  

Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  KRCB (Kelompok Riset Cekungan Bandung) dan BAB (Balai Arkeologi Bandung) 
melakukan serangkaian penelitian geologi dan arkeologi di Gua Pawon dan 
sekitarnya, Citatah, Padalarang pada 1998-2003. Penelitian-penelitian ini 
berhasil menemukan berbagai artefak (Desember 2000) yang menunjukkan bahwa Gua 
Pawon pernah dihuni manusia (purba). Lalu, sebuah penemuan penting terjadi pada 
Oktober 2003 ketika empat kerangka manusia dan serpihan tulang hewan ditemukan 
di lubang ekskavasi pada kedalaman dua meter. 

Keempat kerangka manusia tersebut terdiri atas dua buah tengkorak lengkap 
dengan rahang dan gigi. Dua buah kerangka lainnya relatif masih utuh mulai dari 
kepala sampai tulang kaki dalam posisi terlipat (meringkuk). Diperkirakan, 
bahwa manusia pemilik kerangka ini pernah hidup menghuni Gua Pawon pada masa 
antara 11.000-10.000 tahun yang lalu (spesies : Homo sapien). Berdasarkan 
ciri-ciri tengkoraknya diduga kuat mereka merupakan generasi pertama manusia 
ras Mongolid. 

Kalau perkiraan umur kerangka/manusia itu benar, maka penemuan manusia Pawon 
ini penting dalam sejarah kepurbakalaan Jawa Barat sebab inilah penemuan 
pertama kerangka manusia (purba) di Jawa Barat. Sebelumnya, di beberapa tempat 
di Jawa Barat hanya ditemukan artefak-artefak tanpa manusia pembuatnya. 

Situs arkeologi Gua Pawon menjadi semakin menarik dan penting sebab secara 
geologi situs ini berlokasi di tepi ”Danau Bandung” –danau yang pernah 
terjadi menenggelamkan lokasi Bandung (sekarang) dan sekitarnya akibat 
terbendungnya aliran Sungai Citarum oleh material letusan Gunungapi Tangkuban 
Perahu dan mungkin penurunan tektonik pada sekitar 125.000 – 5000 tahun yang 
lalu (terdapat beberapa interpretasi atas umur masa Danau Bandung ini). 

Di situs Pawon pun ditemukan artefak berupa perkakas/senjata terbuat dari 
batuan obsidian. Kita tahu perkakas/senjata dari obsidian pun banyak ditemukan 
di situs Dago Pakar, Bandung. Di kedua situs tersebut tidak terdapat 
bukit/gunung terbuat dari obsidian yang menjadi bahan dasar pembuatan 
perkakas/senjata. Para ahli pernah menyimpulkan bahwa obsidian tersebut berasal 
dari Gunung Kendan di sekitar kawasan Nagrek, Garut. Artinya, bahwa pada masa 
purba tersebut telah terjadi transaksi jual beli bahan mentah atau juga para 
manusia purba ini telah mengembara mencari bahan mentah yang bagus jauh dari 
tempat asalnya. Apakah mereka mengembara dengan berjalan kaki ratusan km ? 
Atau, bisa saja dengan mengendarai rakit di sekeliling Danau Bandung. 

Lalu, apa hubungan manusia Pawon ini dengan temuan kerangka manusia di situs 
Batujaya dan Cibuaya, Karawang Utara yang belum lama ini ditemukan ? (pernah 
kita diskusikan di milis ini). Belum jelas selama belum ada data pentarikhan 
absolut kerangka-kerangka manusia purba ini. 

Menyusul penemuan penting kerangka manusia di situs Gua Pawon ini terjadi 
semacam polemik antara KRCB dan BAB dengan Pemerintah Kab. Bandung dan para 
pengusaha kapur di Citatah. Penemuan penting ini terjadi di sekitar gua-gua 
gamping yang dari hari ke hari bisa kita lihat pengrusakannya akibat digali dan 
diledakkan untuk kepentingan ekonomi. Pencagaran situs ini dan sekitarnya jelas 
penting mengingat sejarah purbakala Jawa Barat masih gelap, sekarang sedikit 
mulai terkuak dengan penemuan situs Gua Pawon, lalu apakah akan segera gelap 
lagi seiring lenyapnya bukit-bukit gamping di Citatah ? 

Tulisan-tulisan geo-arkeologi di sekitar penemuan situs Gua Pawon, Padalarang 
dikumpulkan di dalam buku ”Amanat Gua Pawon” (KRCB, April 2004) yang 
disunting oleh Budi Brahmantyo (ITB) dan T. Bachtiar (UNINUS) – dari KRCB. 
Menarik, membaca kedua puluh artikel di dalam buku ini. Artikel2 ini ditulis 
oleh berbagai penulis dengan aneka latar belakang, dari ahli geologi, ahli 
arkeologi, wartawan, penyair, sampai pemanjat tebing Citatah. Buku lain yang 
seumur dan membahas juga Gua Pawon adalah ”Bandung Purba” (T. Bachtiar dan 
Dewi Syafriani, - Masyarakat Geografi Indonesia, April 2004). Buku terakhir ini 
diberi kata pengantar oleh Prof. Koesoemadinata yang membahas sejarah Danau 
Bandung dan manusia Sunda purba (Ki Sunda). 

Sayang, di dalam kedua buku itu tidak ditemukan hasil pentarikhan umur (dating) 
absolut kerangka manusia purba Gua Pawon. Saya rasa, ini yang sering terjadi 
dengan penemuan-penemuan arkeologi di negeri Indonesia. Penentuan umur 
absolutnya baru datang belakangan – cukup lama menantinya. Apakah hanya 
dengan dating Carbon-14 kita pun (baca : laboratorium-laboratorium geokronologi 
di Indonesia) tak bisa melakukannya ? Saya pikir bisa. Hal ini pun terjadi 
dengan situs Batujaya. Untuk men-dating umur kerangka di situ didatangkan ahli 
khusus dari Prancis dan membawa sampelnya untuk diperiksa di Prancis. Belum ada 
kabarnya lagi berapa umur absolut kerangka manusia Batujaya itu. Padahal, data 
umur absolut itu begitu pentingnya untuk menempatkan suatu temuan dalam posisi 
kronologi yang benar. 

Pak Budi Brahmantyo atau Pak Sujatmiko (KRCB, juga anggota milis ini) 
barangkali dapat berkomentar soal status kemajuan penelitian manusia Gua Pawon 
ini : umur absolutnya dan status pencagaran Gua Pawon, setelah tiga tahun sejak 
penemuannya ? 

”Kesuksesan sebenarnya kegiatan ekskavasi bukan bergantung kepada penemuan 
menggemparkan yang jarang terjadi, tetapi kepada pengumpulan data dan informasi 
yang diperoleh sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu dengan penuh kesabaran 
dan usaha-usaha yang nantinya akan memberikan gambaran yang jelas” – Sir 
Leonard Wooley, 1932 – arkeolog Mesopotamia Selatan 

Tak akan ada penemuan menggemparkan tanpa ketekunan dan kesabaran terus-menerus.



salam dan selamat tahun baru 2007,

awang



 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke