> Bambang
Makanya kita dengar di Crowne Plaza Hotel tgl 31 Januari Si-Abah ____________________________________________________________________ Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah bola-bola itu dapat benar-benar > menyumbat seperti yang diharapkan. Densitas bola itu kalau gak salah 2.4 ( > ~20 ppg), sedangkan lumpurnya mungkin sekitar 1.5 (12 ppg - dynamic). Apa > dengan beda 8 ppg sudah cukup untuk membuat bola itu jatuh ke mulut > semburan dan menutup atau paling gak bertahan terhadap dorongan lumpur, > atau jangan-jangan cuman mengapung? Barangkali ceritanya akan lain kalau > memasukkannya dengan didorong, bukan didrop pake crane. > > Kalaupun kemudian bisa menyumbat, apakah sudah diantisipasi munculnya > semburan baru di tempat lain. Pengalaman waktu kecil, waktu bikin > bendungan buat nurap kolam ikan, kalau menambal bendungan bocor dari > belakang akan muncul bocoran baru di tempat lain, kecuali kalo nambal > dari depan. Yang akan dilakukan mirip-mirip dengan ini, walaupun memang > sudah disebutkan bahwa tujuannya hanya mengurangi aliran bukan > menyumbat. > > Bagaimana kalau metoda cement grouting, apa kendalanya kok gak dicoba? > > Salam > BPJ > > > Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya rasa memang ga ada salahnya mencoba. > Dan memang harus disadari apapun tindakan selalu ada risikonya. > Termasuk diem saja ngga ngapa-ngapainpun juga berisiko, kan ? > Emangnya kalau diem ngga diapa-apain trus semburan itu bisa dikontrol. > Lah wong didiemin aja tanggul jebal-jebol terus kok. Artinya kita > hanya mencoba memahami perilakunya saja sudah susah, apalagi > mengontrol, gitu kan Abah ? > > Yang penting mnurut saya segalanya mesti dihitung sesuai pengetahuan > yang ada. Kalau sekarang ada simulasi ya coba disimulasikan. Kalau > data masih kurang ya diambil dulu datanya, yang penting jangan > spekulasi !. Trus kalau terjadi sesuatu ya kita tangani bareng2. > Supaya bisa ditangani bareng tentunya perlu sosialisasi setiap > tindakan yang dilakukan. jangan sampai menutup2i sesuatu ... kalau > tiba-tib tak terkontrol malah disalah-in runyem deh :( > > Aku rasa timnas perlu sosialisasi setiap tindakan yang akan diambil. > Bukan untuk minta pendapat atau merubah program, sekedar sosialisasi, > pa yang akan dilakukan. Saya dengar di HAGI akan ada seminar ttg cara > yg diusulkan ini. Bagus juga kalau bisa terbuka untuk umum. > > salam > > RDP > > > On 1/18/07, [EMAIL PROTECTED] wrote: >> >> >> > >> Vick >> >> Mungkin energi >> yang mendorong lumpur keluar akan mendorong bola bola , YANG >> >> KARENA bentuknya akan berputar dan bersinggungan satu sama lain >> dengan demikian >> energi tidak akan keluar secara vertikal >> akan tetapi akan ber - putar2 di"tempat" >> >> sembari bermain bola bola. >> Berangkali begituuuu . >> >> Ada yang bisa membuat animasi - nya ? >> >> >> Si Abah. >> >> btw, yang saya >> takutkan munculnya semburan-semburan liar disekitarnya >> > yang >> saat ini kondisinya sudah terpecah2 akibat subsidence. ditandai >> > >> munculnya semburan2 kecil disekitarnya. >> > >> > Yang menjadi >> menarik adalah sensor2 yang diletakkan di dalam bola >> > beton ini. >> Entah metode apa yg dipergunakan untuk positioningnya, alat >> > >> pengukurannya dan mengirimkan sinyalnya dsb. Sebagai bagian dari >> > pengenalan fenomena Mud Volcano, kalau saja data-data ini bisa >> > diperoleh dengan baik saya rasa ini menjadi bahan (data) penelitian >> >> > menarik. >> > >> > Moga-moga saja berhasil. >> > >> > rdp >> > =========================== >> > >> Rabu, 17 Jan 2007, >> > Sumbat dengan Bola Beton 2 Minggu Lagi >> > >> > Hentikan Semburan, Pakai Metode ITB >> > JAKARTA - >> Pemerintah menyatakan penghentian semburan lumpur Lapindo di >> > >> Sidoarjo dengan metode relief well gagal. Karena itu, dana yang selama >> > ini dipakai untuk membiayai teknik pengeboran tersebut akan >> dialihkan >> > untuk pembangunan kanal pembuangan lumpur dan >> mengatasi dampak sosial. >> > >> > Sebagai gantinya, dalam dua >> pekan mendatang Tim Nasional (Timnas) >> > Penanggulangan Semburan >> Lumpur akan menerapkan teknik baru yang diberi >> > nama killing mud >> softly. Dalam metode yang dicetuskan pakar fisika >> > dari Institut >> Teknologi Bandung (ITB) itu, penghentian lumpur >> > dilakukan >> dengan menjatuhkan bola-bola beton seberat 400 kilogram di >> > >> pusat semburan. >> > >> > "Technically, it's impossible, >> dengan berbagai kondisi yang ada >> > sekarang untuk menghentikan >> semburan lumpur tersebut," kata Menteri >> > Energi dan Sumber >> Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro usai membuka >> > Indogas >> 3th Conference and Exhibition di Jakarta Convention Center >> > >> kemarin. >> > >> > Juru bicara Timnas Rudi Novrianto >> menjelaskan detail teknik killing >> > mud softly. "Satu >> rangkaian terdiri atas empat bola," jelas Rudi. Dua >> > di >> antaranya berjari-jari 40 sentimeter, sedangkan dua yang lain >> > >> berjari-jari 20 sentimeter. >> > >> > Nanti rangkaian >> bola-bola beton itu dimasukkan ke lubang di pusat >> > semburan >> lumpur. "Kesulitannya memang menentukan titik semburan," >> > ungkap Rudi. Diharapkan saat dijatuhkan, rangkaian bola-bola beton >> tak >> > meleset dan bisa masuk tepat ke lubang semburan. >> "Untuk menjatuhkannya >> > digunakan crane," jelas Rudi. >> Cara lain menggunakan semacam tali >> > jemuran yang bisa >> digerakkan. >> > >> > Menurut dia, metode tersebut terus >> dimatangkan oleh tim pakar dari >> > Timnas. Senin (22/1) depan, >> kata Rudi, diadakan rapat kembali >> > menyangkut pematangan >> penerapan metode tersebut. "Kontraktor yang >> > menangani >> pengerjaan bola-bola beton adalah PT Wijaya Karya," >> > >> ungkapnya. >> > >> > Rudi menyebut, bahan bola-bola itu >> seperti halnya beton biasa. >> > "Mungkin biar agak berat, >> pasirnya dicampur bijih besi. Selebihnya >> > sama. Ada semen, >> pasir, dan rangka dari besi," paparnya. >> > >> > Kapan >> metode tersebut dilakukan? Rudi belum memastikan. Namun, dia >> > >> memperkirakan pembuatan bola-bola tersebut selesai dalam dua minggu. >> > "Yang jelas, upaya itu hampir pasti dicoba di sini," >> ujarnya. >> > >> > Dia mengatakan, prinsip kerja metode itu >> sebenarnya cukup sederhana. >> > Lumpur di pusat semburan, kata >> Rudi, diharapkan tak bisa langsung >> > menyembur ke luar. Lumpur >> panas itu harus melewati sela-sela bola >> > beton yang ada. >> "Lumpur akan dibuat sibuk terlebih dulu," katanya. >> > >> >> > Selanjutnya, metode yang masih pertama diterapkan itu >> diharapkan bisa >> > mengurangi debit semburan lumpur hingga 70 >> persen. "Tapi, turun 50 >> > persen saja sudah sangat >> bagus," ungkap Rudi. Biaya yang dibutuhkan >> > mencapai >> sekitar RP 1,6 miliar. Menurut Rudi, akan disiapkan 500 >> > >> rangkaian bola-bola beton. >> > >> > Apakah Timnas optimistis >> terhadap metode tersebut? Rudi hanya >> > mengatakan, tak ada >> salahnya mencoba. Dari paparan yang pernah >> > diterima, kata dia, >> metode itu memang pantas dicoba. >> > >> > Menurut Rudi, tim >> pakar sempat mempertanyakan kalau bola-bola itu ikut >> > menyembur >> ke luar. "Atau, bagaimana kalau bola-bola itu terlempar >> > >> kembali seperti pelor," katanya. >> > >> > Ternyata, >> jelas Rudi, penggagasnya sudah mengantisipasi kondisi itu. >> > >> Justru energi semburan lumpur akan diredam. Selanjutnya, energi yang >> > sangat besar itu diubah menjadi energi getaran, rotasi, friksi, dan >> >> > translasi oleh bola-bola beton yang ada. >> > >> > >> Teknik semacam itu disebut teknik high density chained balls (HDCB). >> > Yaitu, memasukkan material dengan densitas tinggi yang berbentuk >> >> > rangkaian bola. "Jadi, teknik itu tidak men-counter >> tekanan, tapi >> > merekayasa tekanan," jelasnya. >> > >> >> > Prosesnya pun dilakukan pelan-pelan (gradual). Penurunan debit >> >> > semburan lumpur terjadi karena pengecilan permukaan sembur oleh >> >> > susunan HDCB. Selain itu, sifat lumpur yang kental makin >> mendukung >> > kinerja bola-bola tersebut. "Semoga saja itu >> bisa berhasil," harap >> > Rudi. >> > >> > Setiap >> hari, rencananya dimasukkan antara 25 sampai 100 bola. >> > >> Selanjutnya, digunakan sensor khusus yang dipasang di rangkaian >> > >> bola-bola tersebut. Sensor itu dipasang untuk mengetahui tekanan dan >> > arah bola. Pada tekanan tertentu, sensor akan terlepas dan naik >> > sehingga bisa dipakai lagi. >> > >> > Saat ini volume >> semburan lumpur mencapai 100 meter kubik per hari. >> > Sejak >> menyembur pertama pada 29 Mei 2006 lalu, total volume lumpur >> > >> yang sudah ke luar sekitar 10 juta meter kubik. >> > >> > >> > Lapor SBY >> > >> > Hari ini sejumlah tokoh di Jawa >> Timur akan menghadap Presiden Susilo >> > Bambang Yudhoyono. Mereka >> akan menyampaikan protes karena >> > penanggulangan semburan lumpur >> tidak optimal. >> > >> > Para tokoh Jatim itu tergabung dalam >> sebuah wadah bernama Forum Peduli >> > Musibah Lumpur Panas Porong >> (FPMLPP) yang dipimpin Ketua Pimpinan >> > Wilayah NU Ali Maschan >> Musa. Selain Ali, ada 19 nama lain yang ikut >> > menghadap SBY. Di >> antarnya Dekan FISIP Universitas Airlangga (Unair) >> > Prof Hotman >> Siahaan, Wakil Ketua DPRD I Jatim Ridwan Hisjam, dan >> > mantan >> Pemred Jawa Pos Sholihin Hidayat. >> > >> > "Kami ingin >> memberikan masukan kepada presiden. Sebab, ada indikasi >> > >> informasi yang sampai ke presiden dari pihak birokrasi tak sesuai >> > dengan fakta di lapangan. Kami ingin menyampaikan yang sesungguhnya >> >> > soal penanganan lumpur panas," kata koordinator FPMLPP KH >> Abdi Manaf. >> > >> > Dia mencontohkan informasi tentang pompa >> dan spill way. Menurut dia, >> > pompa yang dioperasikan untuk >> menyedot lumpur tidak berfungsi optimal. >> > "Fungsinya hanya >> 20 persen. Mungkin presiden tidak tahu itu," >> > jelasnya. >> > >> > Begitu juga spill way. Fakta di lapangan menunjukkan >> saluran itu juga >> > tak mampu mengalirkan lumpur dengan baik. >> "Spill way jadi kering >> > karena timbunan lumpur sehingga >> lumpur tidak mengalir," jelasnya. >> > >> > FPMLPP juga >> akan bercerita banyak soal dampak sosial lumpur. Mulai >> > kondisi >> ekonomi, perumahan rakyat hingga semakin banyaknya >> > pengangguran >> akibat pabrik dan usaha kecil yang terendam lumpur panas. >> > >> > "Selama ini dampak sosial tidak tersentuh seluruhnya. Padahal, >> semakin >> > lama dampaknya semakin buruk. Rakyat semakin sengsara >> dan ekonomi >> > makin hancur. Ini juga jadi fokus pembicaraan >> nanti," timpal Sholihin >> > Hidayat. >> > >> > >> Buruknya penanggulangan lumpur dan dampak sosial itu, kata Sholihin, >> > menjadi indikasi bahwa kinerja Timnas tidak becus. "Debit >> semburan >> > semakin tinggi, tanggul sering jebol, dan semakin >> banyak desa yang >> > terendam lumpur. Itu indikasi Timnas tidak >> berhasil menangani lumpur," >> > tegas pemerhati NU itu. >> (dyn/iw/fid) >> > >> > -- >> > >> http://rovicky.wordpress.com/ >> > >> > >> --------------------------------------------------------------------- >> > ayo bersiap untuk PIT IAGI ke-36 tahun 2007!!! >> > >> semarakkan dengan makalah-makalah yang berkualitas internasional... >> > >> --------------------------------------------------------------------- >> > >> > To unsubscribe, send email to: >> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id >> > To subscribe, send email to: >> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id >> > Visit IAGI Website: >> http://iagi.or.id >> > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: >> > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta >> > No. Rek: 123 >> 0085005314 >> > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) >> > Bank BCA KCP. Manara Mulia >> > No. Rekening: 255-1088580 >> > A/n: Shinta Damayanti >> > IAGI-net Archive 1: >> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ >> > IAGI-net >> Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi >> > >> --------------------------------------------------------------------- >> > >> > >> >> >> > > > -- > http://rovicky.wordpress.com/ > > --------------------------------------------------------------------- > siap melancong dan presentasi di Bali pada tahun 2007 ini??? > ayo bersiap untuk PIT Bersama HAGI-IAGI dan asosiasi2 lainnya di Pulau > Dewata!!! > semarakkan dengan makalah-makalah yang berkualitas internasional... > --------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > > > > > --------------------------------- > It's here! Your new message! > Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.