Maaf Mas Nyoto, janganlah berprasangka buruk, tentunya panitya mempunyai alasan 
cukup kuat yang mungkin tidak dibeberkan sehingga merumuskan seperti itu. 
Sah-sah saja kalau ada yang kontra atau tidak setuju. Saya hanya ingin 
menengahi dengan memberikan "clue"; Apakah yang tidak setuju itu tahu apa yang 
terjadi pada sumur BJP-1 pada saat gempa Jogja ? Mengapa sumur Porong-1 yang 
lokasinya juga tidak jauh dari semburan lumpur sekarang, dan juga terjadi 
drilling problem, tapi ternyata tidak terjadi semburan lumpur, padahal kalau 
melihat posisi dan lithologi yang ditembus, barangkali lebih memungkinkan untuk 
terjadi hal yang sama dibanding dengan data dari sumur BJP-1 ? 

Kita lebih baik konsentrasi saja untuk mengatasi bencana yang sudah makin 
besar, kasihan mereka yang menjadi korban. Tidak perlu memperpanjang masalah.

Salam,
Nana

----- Original Message ----- 
  From: nyoto - ke-el 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Friday, March 16, 2007 6:54 AM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Respon-3 Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI


  Supaya lebih fair hasil kesimpulannya, saya kira akan lebih baik kalau 
penyelenggara workshop "mengundang & mendengarkan" semua pendapat dari para 
ahli, baik pendapat yang berseberangan maupun yang "sama bahasa". 

  Soalnya paling tidak kalau diperhatikan sejak awal memang penyelanggara 
kelihatannya "enggan" kalau tidak boleh dibilang "tidak mau mendengarkan" 
pendapat yang kira2 akan berseberangan dengan hasil kesimpulan yang "sudah 
dipersiapkan sebelumnya".  

  Dengan dalih ybs sudah pernah diundang & berbicara/presentasi dalam seminar2 
sebelumnya (maka undangannyapun diberi catatan "hanya sebagai pendengar saja"), 
ataupun ybs tidak pernah ikut dalam penelitian langsung ke lokasi biarpun sudah 
pernah melakukan study analisa mengenai LUSI, atau apalah alasannya, tapi yang 
jelas itu hanya alasan yang dibuat oleh penyelanggara saja.  

  Tidak usah mengelak , hal ini bisa & mudah sekali "dibaca", baik oleh peserta 
workshop maupun yang tidak mengikutinya, paling tidak seperti saya ini, yang 
ikut prihatin karena adanya kesimpulan workshop yang kelihatan "bias" secara 
ilmiah.  

  Dan sebetulnya hal itulah yang menjadikan "uneg2" pak Koesoema, sehingga 
beliau akhirnya memutuskan untuk menulis SURAT TERBUKA yang akhirnya 
menimbulkan topic "perseteruan antar para ahli" di media massa. 

  Mohon maaf bagi yang kurang berkenan, sebagai salah satu warga geologiawan 
Indonesia yang ikut prihatin dengan kejadian LUSI dengan tanpa solusi yang 
memadai dari yang berwenang, saya hanya berusaha "meluruskan" yang bengkok saja 
tidak ada maksud lain. 
   
  Mungkin juga gempa Yogya bisa ikut andil atau kombinasi dengan problem 
drilling di sumur BJP-1 dalam hal penyebab awal terjadinya LUSI, tapi kalau 
ada, itupun presentasinya sangat kecil sekali, dan sebagai pemicu utama adalah 
karena adanya problem drilling di sumur BJP-1 tsb (dimana problemnya tidak bisa 
segera diatasi karena adanya interval "open hole" yang terlalu panjang yang 
reskan sekali didalam pemboran sumur yang menembus formasi bertekanan 
tinggi/"over pressure zones"). 

  Itupun hanya sebagai pemicu awal, sebab selanjutnya yang terjadi adalah 
karena memang mud-volcano tsb bertekanan & bersuhu tinggi & "unconsolidated" , 
maka sifatnya sangat tidak stabil & selalu ingin "expand" dengan mencari zona2 
lemah untuk keluar dari dalam perut bumi. Akibatnya bermunculanlah titik2 
semburan lumpur tsb disekitar lokasi sumur (karena sumurnya sendiri saat itu 
sudah diisi lumpur bor yang "berat" untuk melawan tekanan formasi & di "plug" 
atau ditutup semen).   

  Semburan2 lumpur tsb lama kelamaan menjadi besar & berkembang sebagai bencana 
alam.  Yang dalam hal ini sebetulnya sudah layak dinyatakan sebagai "bencana 
alam nasional" karena skala & dampaknya yang cukup besar mempengaruhi kebutuhan 
hajat hidup orang banyak. 


  Wassalam,
  nyoto






   
  On 3/15/07, Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
    Pak Koesoema yg sangat saya hormati, maaf kalau saya merespon surat
    Bapak sepotong-sepotong, saat ini pk. 20.50 menjelang pulang kantor baru
    sempat tulis imil.

    Contoh lumpur yang diambil oleh tim IAGI dianalisa di lab. Universitas
    di Jepang tanpa biaya, hal ini atas dasar hubungan baik DR. Edy Sunardi
    dengan guru besarnya di Jepang (Kang Edy memperoleh PHD di Jepang), 
    disamping itu para ahli dari jepang sangat sering mengunjungi Indonesia.
    Prof James Mori, DR. Yasuyuki Kano, DR. Wataru Tanikawa dan Prof
    Toshihiko Shimamoto datang ke Indonesia bekerjasama dengan ITB (geologi)
    akhir Desember 2006 selama 2 minggu antara lain melakukan beberapa
    penelitian antara lain microseismic, GPS monitoring, dan juga sampling
    mud serta air untuk lab analisis dan modeling, selain ke LULA, mereka
    juga melakukan regional reconnaissance termasuk ke Kujung, Mojokerto dan 
    Tuban. Sedangkan rombongan lainnya (Prof Hisao Kumai dan Hiroyuki
    Yamamoto) merupakan bagian join research antara jepang dan P3G dating ke
    Indonesia setiap tahun sejak 1976 meneliti stratigrafi kwarter dari
    lembah bengawan solo sampai mojokerto. 
    Untuk pembicara dari Oslo University, DR. Adriano Mazzini dating ke LULA
    selama 2 minggu bulan Agustus 2006 melakukan observasi LULA dan
    sampling, hasil sampling ini dianalisa di Oslo dan Moskow State
    University. Karena itu para ahli dari luar negeri yang diundang mereka 
    yang pernah dating meneliti langsung ke LULA. Sedangkan Richard Davis
    dari Inggris belum pernah dating ke LULA dan belum pernah berkomunikasi
    dengan IAGI, karena itu panitia seminar hanya mendiskusikan saja
    akhirnya diputuskan untuk tidak mengundang Richard Davis dengan alas an 
    tersebut.

    Dari interpretasi hasil survey seismic dan VLF, kami menjumpai berbagai
    patahan yang punya patern seperti mangkok, atas dasar ini kami menilai
    potensi terjadinya subsidence sangat besar. Kami putuskan untuk minta 
    bantuan teman2 geodesi itb untuk melakukan pengukuran didaerah sebaran
    LULA dan sekitarnya untuk mengetahui terjadi subsidence atau
    tidak/belum. Dari hasil pengukuran GPS diketahui terjadi penurunan 3-26
    cm dalam 26 hari sejak semburan LULA. Hal ini kami sampaikan ke tim-nya 
    Kang Rudy dalam diskusi malam hari di Shangrila Surabaya pada waktu
    menentukan lokasi pertama untuk relief well. Perdebatan penentuan lokasi
    relief well ini cukup seru, walaupun hasilnya setelah lokasi yang
    disiapkan dengan biaya jutaan dolar AS tenggelam oleh LULA sembelum 
    sempat dimanfaatkan.


    ...............................TOETOEGE (Bersambung)..........

    -----Original Message-----
    From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] ]
    Sent: 25 Februari 2007 13:41
    To: iagi-net@iagi.or.id
    Subject: [iagi-net-l] Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI-(2)

    SURAT TERBUKA KEPADA KETUA UMUM IAGI (2)



    Di lain pihak yang sangat menarik adalah  telah terungkapnya pula data
    pemboran yang pada waktu sebelumnya (terutama pada permulaan erupsi
    Lusi)
    tidak pernah muncul pada laporan pemboran, yaitu yaitu bahwa 10 menit 
    setelah terjadinya gempa di Jogya, terjadi 'partial loss' dari lumpur
    pemboran yang teramati pada mud pit. Hal yang sama diungkapkan pula oleh
    Dr.
    Doddy Nawangsidi, tetapi waktunya adalah 70 menit sesudah gempa (mungkin 
    Pak
    Doddy ini keliru membaca 1 sebagai 7). Ini data yang sangat menarik
    karena
    sebelum data ini belum pernah dilaporkan dan menunggu 7 bulan untuk
    terungkap. Di lain pihak Dr. Nawangsidi ini menunjukkan secara 
    kwantitafi
    dengan menggunakan rumus reservoir (Darcy) dengan parameter2 yang
    diasumsikan bagaimana tidak mungkinnya  laju (rate of production) jumlah
    air
    sebegitu besar (100 sampai 160 juta meter kubik per hari?) dari satu 
    lubang
    sumur yang menembus Kujung hanya 15 kaki saja.. Analisa ini tentu
    merupakan
    pukulan, paling tidak renungan, bagi mereka yang  berpendapat  bahwa
    gunung
    api lumpur ini bersumber dari air bertekanan tinggi dari reservoir 
    terumbu
    Kujung yang telah ditembus sumur BP-1, walaupun tentu orang dapat
    mempertanyakan data serta parameter yang diasumsikannya, serta adanya
    tambahan sumber air panas lainnya yang ikut terpicu dengan underground 
    blow-out dari Kujung ini.

    Mengenai stratigrafi lubang bor Dr. Adi Kadar dkk mengakui telah
    mereview
    serta menganalisa ulang data biostratigrafi dan disimpulkan bahwa
    seluruh
    lapisan batuan yang ditembus Banjar Panji hanyalah berumur Pleistocene 
    yang
    menimbulkan kesan bahwa Formasi Kujung tidak tersentuh oleh sumur bor
    ini.
    Juga telah ditekankan keberadaan diapirism dalam selang overpressured
    shale,
    yang banyak menganggap sebagai sumber lumpur. 

    Mengenai sumber air ini masih juga ada yang berpendapat bahwa lumpur ini
    berasal dari overpressured shale yang diyakini semua orang keberadaannya
    jauh di atas formasi Kujung, namun berdasarkan analisa penampang seismic 
    dibantah oleh Dr. Alam sebagai mud diapir. Dr. Adriano Mazzini  dari
    Oslo
    University masih berpandangan bahwa sumber lumpur ini adalah dari
    overpressured shale ini, tetapi ketika ditanyakan oleh Richard Davies 
    bagaimana begitu banyak air dapat dihasilkan dari overpressured shale
    ini,
    mengingat shale adalah impermeable, yang bersangkutan menghindar untuk
    menjawabnya dengan dalih pertanyaannya tidak jelas. Namun suatu hal 
    penting
    yang dikemukakannya adalah bahwa cekungan Jawa Timur adalah matang
    (ripe)
    atau rawan terjadinya gunung api lumpur dibuktikan dengan adanya
    overpressured shales dan banyaknya gunung api lumpur, tanpa pemboran 
    (atau
    gempa) pun gunungapi lumpur dapat terjadi sewaktu-waktu. Mengenai
    kayanya
    cekungan Jawa Timur Utara juga telah dibahas oleh Dr. Djajang  Sukarna,
    Kepala Badan Geologi, dalam keynote speech nya

    Yang menarik adalah makalah dari Dr. Gregorii Akhmanov dari Moscow
    University yang membahas mud volcanism di Elean Basins yang,  dengan
    tidak
    mengenyampingkan jenis gunungapi lumpur di daerah lain seperti shale
    diapirism,  menyatakan bahwa pembentukan mudvolcano di Elean basins
    adalah
    oleh hydro-fracturing. Hydro-fracturing adalah proses terjadinya LUSI
    yang
    dianut oleh mereka yang meyakini bahwa bahwa air dari Fm Kujung sebagai 
    penyebab semburan lumpur LUSI. Saya catat bahwa tidak ada makalah yang
    membahas berbagai jenis atau klasifikasi mudvolcano, sedangkan menurut
    hemat
    saya gunungapi lumpur itu ada berbagai jenis dengan yang disebabkan 
    shale
    diapirism di satu ujung (end member), biasanya merupakan lumpur kental
    dan
    membentuk keruncut yang terjal, dan jenis mud spring di ujung lain, yang
    sangat encer (kadar air yang sangat tinggi) dan nyaris tidak membentuk 
    kerucut atau kerucut yang sangat landai. Saya menganggap LUSI ini lebih
    sebagai jenis mud spring.



    Walaupun makalah-makalah pada umumnya membahas asal gunungapi lumpur
    disebabkan air yang bertekanan tinggi, yang boleh jadi disebabkan gempa, 
    namun  gunungapi Lusi disimpulkan selain terjadi secara alamiah juga
    disebabklan karena rekahan dan aktivitas tektonik yang diakibatkan oleh
    gempa bumi Jogya. Namun anehnya pada seluruh persidangan ini tidak
    satupun
    ada makalah yang membahas tektonik serta sistim sesar dari daerah
    Sidoarjo,
    bahkan peta geologi yang menunjukkan patahanpun nyaris tidak ada kecuali
    peta sesar Watukosek dengan satu garis saja yang menghubungkan Watukosek 
    dengan Lusi dan G. Anyar dengan arah NNE-SSW.dan sesar-sesar amblasan
    yang
    berarahkan WSW-ENE yang menghubungkan semburan-semburan lumpur yang
    sekarang
    sudah tidak aktif lagi.  Apa lagi pembahasan bagaimana  mekanisme gempa 
    bumi
    Jogya  dapat  mengakibatkan sesar (rekahan) itu sama sekali tidak ada.
    Inilah yang dikeluhkan Dr. Benyamin Sapiie dari ITB pada komentar yang
    diberikannya sesaat sebelum rumusan akhir dari hasil workshop ini 
    dibacakan.
    Beliau menyatakan betapa pentingnya kita menganalisa tegangan-tegangan
    tektonik yang aktif di daerah Sidoarjo ini untuk menentukan critical
    stresses yang didapatkan, namun pembahasan ini tidak ada sama sekali. 



    Sdr. Ketua yang terhormat.

    Saya sangat prihatin dengan hasil dari workshop yang disebutkan sebagai
    bertaraf internasional ini. Rumusan yang diberikan banyak tidak relevant
    dengan apa yang dibahas, bahkan cenderung bertolak belakang. Ini sangat 
    menyedihkan, orang awampun akan bertanya-tanya apakah kesimpulan dari
    workshop ini sudah ditentukan sebelumnya demi kepentingan nasional?
    Komentar
    di masyarakat ilmiah di luar negeri pun sudah bermunculan.

    Sampai di mana kebenaran pengamatan dan pendengaran  saya ini selama
    mengikuti persidangan  tentu akan ada  yang meragukannya mengingat usia
    saya
    yang sudah lanjut  ini. Untuk itu saya sudah meminta pada panitya supaya 
    bisa mendapatkan Power Point files dari presentasi masing-masing
    pembicara
    itu. Namun sayangnya panitiya hanya akan memberikannya sesudah dilakukan
    peng-edit-tan terlebih dulu (mengingat adanya data-data yang dianggap 
    confidential oleh BP Migas).



    Satu hal yang menarik adalah Workshop ini tidak memberikan rekomendasi
    mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi
    masalah ini, atau kapan . Padahal inilah yang ditunggu-tunggu oleh 
    masyarakat. Masyarakat tidak terlalu peduli mengenai apa penyebab
    gunungapi
    lumpur ini, walaupun mereka cenderung untuk menyalahkan pemboran. Yang
    berkepentingan dalam apa penyebab dari gejala ini adalah dalam masalah 
    soal
    siapa yang harus menanggung biaya penanggulangan bencana ini. Masyarakat
    hanya ingin mendengar bagaimana  bencana lumpur ini dapat dihentikan.
    Tentu
    saja kita bisa berdalih bahwa untuk dapat menghentikan semburan lumpur 
    itu
    kita harus tahu penyebabnya. Kalau panitya workshop ini berkeyakinan
    bahwa
    hasil workshop ini adalah LUSI murni gejala alam dan tidak dapat
    dihentikan
    dan tidak dapat diprediksikan kapan akan berhentiknya, maka satu-satunya 
    rekomendasi yang bisa diberikan adalah mengevakuasi (mengosongkan)
    daerah
    yang dipengaruhi LUSI, khususnya daerah yang bakal amblas, membangun
    tanggul
    sekitarnya serta mengalirkan airnya dengan saluran bertanggul ke laut, 
    sedangkan lumpur padatnya secara alamiah dapat ditinggalkan di daerah
    amblasan, bahkan mudah-mudahan dapat mengkompensasi amblasannya sendiri.
    Saya lihat ada lebih dari 1 makalah (a.l. dari Dr. Ir. Prihadi
    Sumintapura 
    dari ITB) para pakar kita  telah mampu melakukan deliniasinya. Saya
    sadar
    bahwa pernyataan demikian mungkin mempunyai dampak yang luas bagi
    masyarakat, tetapi saya kira itu satu-satunya rekomendasi yang dapat 
    diberikan kalau panitia perumus menganggap penyebab ini gejala alam yang
    tidak dapat dihentikan atau tidak dapat diprediksi kapan berhentinya..
    (bersambung)





    ------------------------------------------------------------------------ 
    ----
    Hot News!!!
    CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
    [EMAIL PROTECTED]
    Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual 
    Convention and Exhibition,
    Patra Bali, 19 - 22 November 2007
    ------------------------------------------------------------------------
    ----
    To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
    To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
    Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
    Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
    Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
    No. Rek: 123 0085005314 
    Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
    Bank BCA KCP. Manara Mulia
    No. Rekening: 255-1088580
    A/n: Shinta Damayanti
    IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ 
    IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
    ---------------------------------------------------------------------


    
---------------------------------------------------------------------------- 
    Hot News!!!
    CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
    Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
    29th IATMI Annual Convention and Exhibition, 
    Bali Convention Center, 13-16 November 2007
    ----------------------------------------------------------------------------
    To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
    To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id 
    Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
    Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
    Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
    No. Rek: 123 0085005314
    Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 
    Bank BCA KCP. Manara Mulia
    No. Rekening: 255-1088580
    A/n: Shinta Damayanti
    IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ 
    IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
    ---------------------------------------------------------------------



Kirim email ke