Yah..sudah mba/mas RDP jangan diterima atau jangan diinterview tuh orang India....nehi..nehi... Sekarang kan banyak orang kita yang lulusan LN pake saja mereka. Bisanya India kalau sudah megang di perusahaan, akan eksodus deh....ke mari
TJ -----Original Message----- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, March 26, 2007 10:33 AM To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia; iagi-net@iagi.or.id; migas indonesia; [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Fw: [iagi-net-l] BPMIGAS: 2.444 Lowong untuk GGE Aku ini barusan ngobrol dengan seorang yang "akan" diwawancara untuk interview (belum di-interview), dia seorang dari India. Yang mengagetkan aku ... Belum apa-apa orang India ini sudah menanyakan, "Berapa kebutuhan posisi ini atau jumlah orang yg dicari ?". Dia melanjutkan bilang gini " Aku ada kandidat kawan lain yang kualifikasinya mungkin memenuhi, kalau kau mau ?" Waddduh .... Aku ini ngga ngebayang mental ngajak kawanan-nya. Dia sendiri belum diterima sudah menawarkan untuk kawan lain, apa ya ndak takut saingan ya ? RDP On 3/24/07, Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]> wrote: ini ada bahasan yang menarik dari kawan kita Syafri Syafar di milis tetangga. saya hanya coba emphasize lagi . mudah2an ada gunanya. fbs ----- Forwarded Message ---- From: Franciscus B Sinartio < [EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 24, 2007 3:26:35 PM Subject: Re: [iagi-net-l] BPMIGAS: 2.444 Lowong untuk GGE It is a good point Syafri.... jadi kekurangan tenaga GGE itu utamanya bukan karena banyak yang lari ke luar negeri, tetapi karena TIDAK ADA PENKADERAN DARI DULU. ini harus di garis bawahi sekarang....... Apa yang dilakukan perusahaan2 minyak sekarang? saya ikutan milis di dua universitas di Indonesia, dan kedua milis itu sangat terasa kurang nya penyaluran tenaga kerja lulusan mereka. Kalau ada yang bisa magang kerja praktek di suatu service co saja sudah merupakan suatu anugrah besar,sampai di kasih ucapan selamat di milis. saking jarang nya ada penerimaan untuk tugas akhir, apalagi di terima dapat pekerjaan. Di milis tsb. mereka membahas cara2 meningkatkan nilai "jual diri" ke industri migas. mereka sudah saling bantu informal dalam hal tehnologi, tetapi itu sangat terbatas. kapan ada usaha dari industry? Lagi lagi saya kasih contoh di Petronas. sejak dua tahun lalu mereka rekruit banyak fresh graduate, di G&G aja ada sekitar 150 orang. mereka di kasih training di induction program untuk mengenal industry minyak. lalu langsung terjun ke pekerjaan, ikutan senior2 mereka yang lagi-lagi kebanyakan orang Indonesia. saya pernah ngomong sama GM dan manager HR nya ttg hal ini,mereka merasa harus melakukan hal tsb, walaupun mereka sadar mungkin 50 % atau lebih dari tenaga tsb apakah akan pindah ke perusahaan lain atau "tidak jadi" tenaga professional seperti yang diharapkan. kalau ada yang memperlihatkan leadership yang bagus, akan di catat. tetapi tetap skill dan knowledge tehnikal nya dulu yang diasah. untuk jadi manager harus bisa lulus jadi staff engineering(atau G&G) dulu. justru itu waktu saya usul metode ban berjalan untuk mengajarkan "art" dari interpretasi, saya langsung diajakin diskusi. Entah sekarang dipakai atau tidak, tetapi sekarang mereka menyewa konsultan untuk memikirkan bagaimana expedite pendidikan fresh graduate mereka. bukan hanya memikirkan tapi nanti menjalankan dan memonitor usul2 konsultan tsb. mereka juga rekruit lulusan S2 Cina, dengan paket semi expat, gajinya sekitar usd 3000 sebulan, tapi fasilitasnya jauh lebih kecil daripada expat Indonesia atau dari negara lain. Hasilnya kelihatan lumayan....... sekarang mereka mengambil fresh graduate dari Vietnam, India, dan Indonesia, katanya puluhan jumlah nya. entah apakah mereka disamain dengan pegawai nasional mereka atau jadi semi expat. kita kecolongan lagi ada belasan fresh graduate kita diambil Petronas. sebenarnya mengambil fresh graduate dari Indonesia sudah dilakukan sejak 5 tahun lalu, ada 4 orang di G&G, satu di engineering dan satu di finance. sebenarnya waktu di recruit, mereka sebenarnya bukan tenaga fresh graduate benar2an, tetapi sudah bekerja satu atau dua tahun di perusahaan di Indonesia. Mereka dijadikan pegawai tetap dan di "treat" mirip dengan pegawai nasional. sudah tiga orang yang lari(satu ke JKT), tiganya masih bertahan. kalau bisa culik tiga yang bertahan untuk balik ke Indonesia boleh juga tuh. saya kenal mereka dan tahu kwalitas mereka..worth kidnapping. sekarang kita harus berpacu dengan waktu, kapan kita mulai......... yang 10-15 tahun pengalaman ini akan pensiun dalam 20 - 15 tahun lagi, jadi kalau sekarang mulai di kaderisasi maka tenaga fresh graduate yang sekarang lah yang akan menggantikan tenaga2 10-15 tahun pengalamn ini. kita semua sadar bahwa menciptakan tenaga siap pakai ini perlu waktu, tapi kapan kita memulai nya? waktu awal di usulkan"free trade" masyarakat sangat ketakutan membanjirnya tenaga ahli dan murah dari India dan Cina ke Indonesia. Terbukti kita semua salah, kita underestimate kemampuan tenaga kerja kita. malahan kita yang di drain tenaga kerja nya. kalau nanti sudah habis, maka tentu saja kita harus terima expat dari luar lagi. kan harus ada yang mengerjakan nya? Kabarnya Pertamina sudah melakukan "jemput bola" melakukan recuitment di LN, mudah2an bisa dapat banyak yang bagus dan COCOK dengan environment Pertamina. Tetapi jangan lupa asset yang sudah dipunyai. cukup banyak pegawai Pertamina yang "sell-able", tetapi mereka masih bertahan satu dan lain hal. kalau mereka tertahan karena mereka tidak bisa mendapatkan tabelbesar (pensiun) mereka, itu sih bukan retention sukarela namanya. terlalu panjang yah. tapi dua point yang saya mau share disini. 1. perlu program penkaderan yang menyeluruh 2. perlu program retention yang membuat pegawai yang masih ada di dlm negeri tinggal secara sukarela. sekian pendapat saya, sepertinya memang sangat "menggurui" tapi kalau sering2 ada yang menulis kayak gini,mungkin lama2 "decision maker" mulai berpikir dan action juga. Bambang, iya saya masih di Lagos, sebentar lagi musim hujan. pergantian musim ini menyebabkan saya sakit flu. atau mungkin flu karena tidak ada yang ngelonin ya........ he... he... he... fbs rasanya saya tidak termasuk yang 323 tsb. karena saya "lari" dari service co. (PGSC). Jadi mungkin lebih 500 an yang keluar. ----- Original Message ---- From: Syafri Syafar < [EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 24, 2007 1:50:30 PM Subject: Re: [iagi-net-l] BPMIGAS: 2.444 Lowong untuk GGE Kalau melihat dari angka posisi lowong yang ada sebanyak 2.444 dan dibandingkan dengan yang keluar dari KKKS yang totalnya hanya 323 orang, itu hanya 13.21604% saja. Seandainya posisi yang kosong itu adalah real 2.444 , dan asumsi yang 323 kembali ke KKKS, juga tidak akan mencukupi. Jadi bisa dilihat, keluarnya GGE bukanlah penyebab utama kekosongan di KKKS. Kalau dilihat kilas balik 10-15 tahun kebelakang, dimana saatnya GGE yang dibutuhkan sekarang ini (seperti yang dikatakan 10-15 pengalaman) "dilahirkan", kekosongan ini kita bisa katakan sebagai akibat "dosa masa lalu", dimana pada tahun-tahun '90-an, karena harga minyak "biasa saja" kalau tidak dikatakan rendah, tidak banyak perusahaan minyak dan gas yang melakukan "exploration campaign" seperti sekarang ini. Ujung-ujungnya, recruitment hanya sedikit dilakukan, dan itupun hanya terbatas untuk keperluan pemenuhan "natural retirement", dan bukan disiapkan untuk keperluan "business development". Walhasil, dari sekian puluh sampai ratusan lulusan GGE saat itu, hanya sedikit yang bisa tertampung di perminyakan, sementara yang lain dengan "keihklasan hati" melirik lahan lain diluar perminyakan. Jadi bisa dibayangkan, yang direcruit pada masa-masa "sulit" tersebut itulah yang sekarang ini sudah "berusia" 10-15 tahun. Keadaan tersebut dibumbui dengan harga minyak yang cukup tinggi sekarang ini, sehingga banyak perusahaan minyak dan gas yang ingin mengembangkan bisnisnya, juga termasuk perusahaan non minyak dan gas yang ingin ikut berkecimpung dibidang ini. Terjadilah permintaan yang cukup "significant" terhadap kebutuhan tenaga GGE ini, hukum ekonomi supply-demand berlaku, pasar berbicara. Inilah situasi yang ada sekarang ini. Jadi kekosongan yang 2.444 tersebut bukanlah semata karena ratusan GGE "menjauhkan diri dari negrinya sendiri", tapi lebih kepada kurangnya ketersediaan tenaga GGE yang ada saat ini. Apakah untuk pemenuhan kebutuhan tsb perlu dilakukan 'effort' utnuk mengembalikan para GGE yang "hengkang" tsb ke KKKS, saya pikir tidak perlu, setuju dengan pendapatnya Frank. Karena "need dan environment" yang dibutuhkan cukup beragam untuk dapat tersedia sehingga para GGE ini bisa kembali ke KKKS saat ini. Toch kepergian mereka keluar KKKS adalah untuk mencari dan mengembangkan keahlian dan pengalaman didunia perminyakan dengan segala konsekuensi dan resiko yang dihadapi; dilecehkan dinegeri orang, kesulitan untuk pulang sekalipun untuk keperluan pemakaman keluarga terdekat bahkan termasuk ancaman penculikan akibat kelabilan situasi politik dinegara tsb. Mudah-mudahan semua pengalaman dan keahlian yang didapat nantinya bisa diterapkan kembali di KKKS .... jika diterima... Nah yang penting sekarang ini dilakukan adalah, bagaimana menyiapkan lulusan baru saat ini bisa diberdayakan dan siap ambil bagian untuk mensukseskan program besar BPMIGAS menaikan 30% produksi nasional. Dan harus ada "retension progam" untuk tenaga GGE yang ada saat ini maupun yang sekarang ini di"recruit". Jangan sampai karena alasan "regulasi" semuanya menjadi terlambat, "regulasi" bukanlah harga mati karena dibuat oleh para regulator, jadi bisa di 'de-regulasi" setiap saat. Kalau dulu dengan program "housing allowance" dan "tuition program" bahkan jabatan "managerial" bisa membuat para "employee" bertahan lama di suatu perusahaan, mungkin sudah saatnya sekarang ini dicari jalan lain, sesuai dengan "emerging needs" yang ada. Selamat berkarya, Syafri Syafar Yang pernah "singgah" di hrd selama 2 tahun. On 3/24/07, Bambang Satya Murti < [EMAIL PROTECTED]> wrote: Betul itu Frans (maksudku, statement-nya Nuning). Pernah coba kotak-katik ke ekonomian suatu block, start from the scratch, ternyata, komponen salary yang sudah dimaksimalkan, tetep saja ndak mencapai 7% dari the whole budget. Kalau untuk development lebih "gila" lagi, bagian terbesar yang di spent ke facilities, hmmm, bener-bener bikin "merem melek" nih. Pak Awang lebih tahu mengenai realita hal ini. Lha sekarang kalau misalnya salary di adjust, ndak usah muluk-muluk, 50% aja dari yang didapat disono, kurasa itu sudah menjadi magnet yang kuat. Cuma, kembali lagi kepada blunder yang lama, bagaimana kita meningkatkan professionalisme dan tetep mempertahankan integrity. Mungkin daily rate lebih menarik dibanding package kali? Hmm, belum kepingin "home sweet home" ? How is Lagos? Ciao Bambang ---------[ Received Mail Content ]---------- Subject : Re: [iagi-net-l] BPMIGAS: 2.444 Lowong untuk GGE Date : Fri, 23 Mar 2007 10:44:01 -0700 (PDT) From : Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]> To : iagi-net@iagi.or.id Saya pikir tidak perlu ditangisin yang sudah pergi, tetapi yang masih di dalam yang dibuat betah. kalau misalnya gajinya sama dengan yang ditawarkan Petronas, ngapain pindah ke malaysia? atau sama yang ditawarkan Saudi Aramco, ngapain ke Dahran? di negara2 Arab, rata2 gaji tenaga nasional mereka sama dengan gaji expat (malah banyak yang lebih). saya pikir cara pemikiran ini perlu dipertimbangkan. seperti yang di bilang Ibu Nugrahani di email yang lalu, bahwa gaji adalah komponen yang kecil dari E&P migas. Tapi kalau bisa membuat situasi dimana yang sudah diluar mau balik, yah mungkin boleh juga tuh. tidak usah dapat 2444 orang cukup setengah nya saja sudah lumayan? fbs jadi ingat lagu KoesPloes -- http://rovicky.wordpress.com/