Bagaimana pendapat Pak Rudi yang dituangkan dalam presentasinya di IAGI juga, berjudul : PEMBELAJARAN DARI ERUPSI LUMPUR DARI ERUPSI LUMPUR DI SEKITAR LOKASI SUMUR BANJAR PANJI DI SEKITAR LOKASI SUMUR BANJAR PANJI-1 IAGI, Jakarta, 27 September 2006
Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S.- Teknik Perminyakan ITB - Ketua Majelis AhliI ATMI Kalau saya tengok, ada kesimpulan yang ditarik (waktu itu) bahwa : 1.Tim masih meyakini fenomena Underground Blowout (UGBO) dari lapisan Air - Asin - Panas sebagai penyebab erupsi, yang diperjalanan mengkikis lapisan shale atau reactive-shale atau mud-diapir yang sangat tebal, kemudian keluar di permukaan membentuk gununglumpur (Mud-Vulcano) 2.Akibat keyakinan UGBO tersebut, sehingga Teknologi Relief Well (Skenario-3) adalah teknologi yang sangat tepat sampai saat ini untuk menanggulanginya. 3.Kini sedang direncanakan dan akan dilaksanakan untuk melakukan 3 sumur sekaligus. Item 2 dan 3 mungkin sudah terlambat, tetapi apakah kesimpulan 1 masih valid bahwa terjadi UGBO seperti yang juga ungkap ADB waktu itu (kalau ga salah transkrip wawancara dg salah satu radio) ? RDP On 3/27/07, Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Koesoemadinata yang sangat saya hormati dan banggakan, Dalam akhir respon-4 yang lalu saya sampaikan bahwa kami mengundang Ir Sayogi Sudarman MSC(ahli geothermal) untuk menyampaikan pendapatnya tentang LULA ditinjau dari fenomena geothermal dalam seminar kedua yang diselenggarakan di gedung BPPT pada minggu ketiga/keempat Februari 2007. Dalam presentasinya (bahan terlampir, Mas Sayogi menyampaikan comparative model, yaitu model Tentative & Hidrogeologi Sistem Panasbumi Cisolok-Cisukarame, Jawa Barat dan model Tentatif Porong - Arjuno~Welirang~Anjasmoro (AWA), Jawa Timur. Dengan model ini diinterpretasikan bahwa LULA yang bertemperatur tinggi merupakan fenomena geothermal. Kalo menggunakan pendapat Dr. Ir. Lambok dalam seminar ketiga, bila terjadi re-charge yang berkelanjutan di kompleks AWA maka semburan LULA makin tdk terprediksi kapan berhentinya (bias forever), dalam kesimpulannya untuk mematikan Mas Sayogi perlu 3 relief wells yang difungsikan ganda (untuk mematikan dan re-injeksi air tapis lumpur) tetapi untuk mengerjakan ini menurut Mas Sayogi harus diketahui detil dan kejelasan model dan mekanisme semburan, lha kalo ini merupakan fenomena alam bagaimana mematikan LULA. Kalo ini fenomena alam, Pak Untung S dari BPPT dalam seminar kedua ini mengatakan (paper terlampir) "Selanjutnya bila kemudian terbukti bahwa yang terjadi sesungguhnya adalah gejala pembentukan mud volcano yakni asumsi fenomena kedua, maka satu-satunya jalan adalah membiarkan lumpur tetap mengalir, meskipun hingga puluhan bahkan bisa dalam kurun ratusan tahun. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengendalikan, mengarahkan, ataupun melokalisir aliran lumpur di permukaan agar tidak membahayakan kehidupan manusia dan lingkungan hidup secara umum. Sekalipun fenomena mud volcano semakin memberikan fakta nyata, namun hipotesa ini perlu pula didukung dengan fakta yang penting yakni bahwa mud volcano pada umumnya terbentuk dan berasosiasi dengan pembentukan gelembung lempung (shale diapir). Di berbagai tempat yang memperlihatkan adanya mud volcano selalu didahului oleh gejala diapirism material plastis di bawah permukaan yang menyembul ke permukaan akibat tekanan dan perasan lapisan batuan di sekelilingnya, melalui bidang-bidang retakan dan sesar. Material plastis bertekanan tinggi itu umunya dibentuk oleh lempung bercampur air dari dalam lapisan lempung yang terkurung dan terperas misalnya oleh gaya-gaya tektonik aktif di sekitarnya". Sedangkan menurut presentasikan Dr. Ir. Syamsu Alam dari data seismic tidak terlihat ada gejala diapirism, penjelasan Bung Alam inilah yang disampaikan Pak Koesoemadinata dalam salah suratnya melemahkan pendapat bahwa LULA merupakan mudvolcano terjadi akibat proses alamiah, dan ini terus menjadi perdebatan yang belum berujung karena belum tahu siapa yang benar. Apakah kita hanya berpuas dengan berbagai argumentasi ilmiah untuk mengetahui detil dan kejelasan model dan mekanisme semburan LULA beserta penyebabnya. Bolehlah ini untuk khasanah ilmiah, tetapi saya sebagai presiden IAGI tidak memprioritaskan hal ini, saya ingin membawa IAGI agar menyuarakan pembuangan LULA ke laut secara aman dari berbagai aspek. Kebetulan waktu itu G. Merapi yang terletak tak jauh dari Jogja menarik perhatian kita semua karena sedang aktif plus mbah Maridjannya. Saya terpikir siapa sih yang sanggup menyetop semburan G. Merapi, tidak adalah kecuali Yang Maha Kuasa, karena itu para ahli hanya bisa bagaimana mengendalikan erupsi merapi terutama yang berupa lahar melalui kali Gendol dan kali Krasak yang kebetulan berlokasi disekitar G. Merapi, para ahli teknik sipil membangun berbagai check-dam di kali tsb agar aliran lahar terkendali. Lha bagaimana mengendalikan aliran LULA ? Dalam seminar kedua tersebut Dr. Ir. Agus Kristijono, MSc dari BPPT menyampaikan presentasi "Pemanfaatan Lumpur untuk Reklamasi Mangrove Belt" (bahan terlampir), Mas Agus K menawarkan teknik pembuangan lumpur dengan sistim "SLUFTER" (pernah dimuat di Buletin LULA), sistim ini diadopsi dari sistim pembuangan lumpur industri di Rotterdam, Belanda yang mampu menampung lumpur 30 juta ton dengan luas slufter 165 hektar. Lha mestinya membuang LULA harus dengan teknologi tidak secara konvensional yang telah dilakukan selama ini di porong. Sebetulnya inilah yang ingin kami amplifier-kan agar didengar oleh tim yang menangani LULA. Dalam press conference setelah seminar ketiga yang lalu di BPPT, Ketua BPPT Prof Dr. Ir. Said Djeni menjawab salah satu pertanyaan wartawan, beliau mengatakan dari awal BPPT merekeomendasikan untuk membuang lumpur melalui kanal2 terbuka (tentunya dengan teknologi). Apa yang dikemukakan oleh ketua BPPT ini sejalan dengan pernyataan terdahulu yang dikemukakan oleh IAGI agar LULA dibuang ke laut. Namun apa dikata pendapat ini kalah kuat dengan harapan yang dilambungkan oleh para ahli perminyakan bahwa dengan relief well LULA akan berhasil dimatikan. Akhirnya harapan ini membuahkan petaka. Dalam respon-6 surat terbuka tsb, saya akan membahas "HARAPAN BERBUAH PETAKA" dan bagaimana positioning IAGI. ............................TOETOEGE (BERSAMBUNG). Note: lampiran dikirim menyusul krn file-nya besar -----Original Message----- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 25 Februari 2007 13:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI-(2) SURAT TERBUKA KEPADA KETUA UMUM IAGI (2) Di lain pihak yang sangat menarik adalah telah terungkapnya pula data pemboran yang pada waktu sebelumnya (terutama pada permulaan erupsi Lusi) tidak pernah muncul pada laporan pemboran, yaitu yaitu bahwa 10 menit setelah terjadinya gempa di Jogya, terjadi 'partial loss' dari lumpur pemboran yang teramati pada mud pit. Hal yang sama diungkapkan pula oleh Dr. Doddy Nawangsidi, tetapi waktunya adalah 70 menit sesudah gempa (mungkin Pak Doddy ini keliru membaca 1 sebagai 7). Ini data yang sangat menarik karena sebelum data ini belum pernah dilaporkan dan menunggu 7 bulan untuk terungkap. Di lain pihak Dr. Nawangsidi ini menunjukkan secara kwantitafi dengan menggunakan rumus reservoir (Darcy) dengan parameter2 yang diasumsikan bagaimana tidak mungkinnya laju (rate of production) jumlah air sebegitu besar (100 sampai 160 juta meter kubik per hari?) dari satu lubang sumur yang menembus Kujung hanya 15 kaki saja.. Analisa ini tentu merupakan pukulan, paling tidak renungan, bagi mereka yang berpendapat bahwa gunung api lumpur ini bersumber dari air bertekanan tinggi dari reservoir terumbu Kujung yang telah ditembus sumur BP-1, walaupun tentu orang dapat mempertanyakan data serta parameter yang diasumsikannya, serta adanya tambahan sumber air panas lainnya yang ikut terpicu dengan underground blow-out dari Kujung ini. Mengenai stratigrafi lubang bor Dr. Adi Kadar dkk mengakui telah mereview serta menganalisa ulang data biostratigrafi dan disimpulkan bahwa seluruh lapisan batuan yang ditembus Banjar Panji hanyalah berumur Pleistocene yang menimbulkan kesan bahwa Formasi Kujung tidak tersentuh oleh sumur bor ini. Juga telah ditekankan keberadaan diapirism dalam selang overpressured shale, yang banyak menganggap sebagai sumber lumpur. Mengenai sumber air ini masih juga ada yang berpendapat bahwa lumpur ini berasal dari overpressured shale yang diyakini semua orang keberadaannya jauh di atas formasi Kujung, namun berdasarkan analisa penampang seismic dibantah oleh Dr. Alam sebagai mud diapir. Dr. Adriano Mazzini dari Oslo University masih berpandangan bahwa sumber lumpur ini adalah dari overpressured shale ini, tetapi ketika ditanyakan oleh Richard Davies bagaimana begitu banyak air dapat dihasilkan dari overpressured shale ini, mengingat shale adalah impermeable, yang bersangkutan menghindar untuk menjawabnya dengan dalih pertanyaannya tidak jelas. Namun suatu hal penting yang dikemukakannya adalah bahwa cekungan Jawa Timur adalah matang (ripe) atau rawan terjadinya gunung api lumpur dibuktikan dengan adanya overpressured shales dan banyaknya gunung api lumpur, tanpa pemboran (atau gempa) pun gunungapi lumpur dapat terjadi sewaktu-waktu. Mengenai kayanya cekungan Jawa Timur Utara juga telah dibahas oleh Dr. Djajang Sukarna, Kepala Badan Geologi, dalam keynote speech nya Yang menarik adalah makalah dari Dr. Gregorii Akhmanov dari Moscow University yang membahas mud volcanism di Elean Basins yang, dengan tidak mengenyampingkan jenis gunungapi lumpur di daerah lain seperti shale diapirism, menyatakan bahwa pembentukan mudvolcano di Elean basins adalah oleh hydro-fracturing. Hydro-fracturing adalah proses terjadinya LUSI yang dianut oleh mereka yang meyakini bahwa bahwa air dari Fm Kujung sebagai penyebab semburan lumpur LUSI. Saya catat bahwa tidak ada makalah yang membahas berbagai jenis atau klasifikasi mudvolcano, sedangkan menurut hemat saya gunungapi lumpur itu ada berbagai jenis dengan yang disebabkan shale diapirism di satu ujung (end member), biasanya merupakan lumpur kental dan membentuk keruncut yang terjal, dan jenis mud spring di ujung lain, yang sangat encer (kadar air yang sangat tinggi) dan nyaris tidak membentuk kerucut atau kerucut yang sangat landai. Saya menganggap LUSI ini lebih sebagai jenis mud spring. Walaupun makalah-makalah pada umumnya membahas asal gunungapi lumpur disebabkan air yang bertekanan tinggi, yang boleh jadi disebabkan gempa, namun gunungapi Lusi disimpulkan selain terjadi secara alamiah juga disebabklan karena rekahan dan aktivitas tektonik yang diakibatkan oleh gempa bumi Jogya. Namun anehnya pada seluruh persidangan ini tidak satupun ada makalah yang membahas tektonik serta sistim sesar dari daerah Sidoarjo, bahkan peta geologi yang menunjukkan patahanpun nyaris tidak ada kecuali peta sesar Watukosek dengan satu garis saja yang menghubungkan Watukosek dengan Lusi dan G. Anyar dengan arah NNE-SSW.dan sesar-sesar amblasan yang berarahkan WSW-ENE yang menghubungkan semburan-semburan lumpur yang sekarang sudah tidak aktif lagi. Apa lagi pembahasan bagaimana mekanisme gempa bumi Jogya dapat mengakibatkan sesar (rekahan) itu sama sekali tidak ada. Inilah yang dikeluhkan Dr. Benyamin Sapiie dari ITB pada komentar yang diberikannya sesaat sebelum rumusan akhir dari hasil workshop ini dibacakan. Beliau menyatakan betapa pentingnya kita menganalisa tegangan-tegangan tektonik yang aktif di daerah Sidoarjo ini untuk menentukan critical stresses yang didapatkan, namun pembahasan ini tidak ada sama sekali. Sdr. Ketua yang terhormat. Saya sangat prihatin dengan hasil dari workshop yang disebutkan sebagai bertaraf internasional ini. Rumusan yang diberikan banyak tidak relevant dengan apa yang dibahas, bahkan cenderung bertolak belakang. Ini sangat menyedihkan, orang awampun akan bertanya-tanya apakah kesimpulan dari workshop ini sudah ditentukan sebelumnya demi kepentingan nasional? Komentar di masyarakat ilmiah di luar negeri pun sudah bermunculan. Sampai di mana kebenaran pengamatan dan pendengaran saya ini selama mengikuti persidangan tentu akan ada yang meragukannya mengingat usia saya yang sudah lanjut ini. Untuk itu saya sudah meminta pada panitya supaya bisa mendapatkan Power Point files dari presentasi masing-masing pembicara itu. Namun sayangnya panitiya hanya akan memberikannya sesudah dilakukan peng-edit-tan terlebih dulu (mengingat adanya data-data yang dianggap confidential oleh BP Migas). Satu hal yang menarik adalah Workshop ini tidak memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalah ini, atau kapan . Padahal inilah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Masyarakat tidak terlalu peduli mengenai apa penyebab gunungapi lumpur ini, walaupun mereka cenderung untuk menyalahkan pemboran. Yang berkepentingan dalam apa penyebab dari gejala ini adalah dalam masalah soal siapa yang harus menanggung biaya penanggulangan bencana ini. Masyarakat hanya ingin mendengar bagaimana bencana lumpur ini dapat dihentikan. Tentu saja kita bisa berdalih bahwa untuk dapat menghentikan semburan lumpur itu kita harus tahu penyebabnya. Kalau panitya workshop ini berkeyakinan bahwa hasil workshop ini adalah LUSI murni gejala alam dan tidak dapat dihentikan dan tidak dapat diprediksikan kapan akan berhentiknya, maka satu-satunya rekomendasi yang bisa diberikan adalah mengevakuasi (mengosongkan) daerah yang dipengaruhi LUSI, khususnya daerah yang bakal amblas, membangun tanggul sekitarnya serta mengalirkan airnya dengan saluran bertanggul ke laut, sedangkan lumpur padatnya secara alamiah dapat ditinggalkan di daerah amblasan, bahkan mudah-mudahan dapat mengkompensasi amblasannya sendiri. Saya lihat ada lebih dari 1 makalah (a.l. dari Dr. Ir. Prihadi Sumintapura dari ITB) para pakar kita telah mampu melakukan deliniasinya. Saya sadar bahwa pernyataan demikian mungkin mempunyai dampak yang luas bagi masyarakat, tetapi saya kira itu satu-satunya rekomendasi yang dapat diberikan kalau panitia perumus menganggap penyebab ini gejala alam yang tidak dapat dihentikan atau tidak dapat diprediksi kapan berhentinya.. (bersambung) ------------------------------------------------------------------------ ---- Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 ------------------------------------------------------------------------ ---- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------- Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 ---------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------
-- http://rovicky.wordpress.com/ ---------------------------------------------------------------------------- Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 ---------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------