Bagusnya di upload saja ke IAGI website supaya setiap anggota bisa download 
sendiri kalau dirasa membutuhkan.

Thanks. Iman

-----Original Message-----
From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, March 28, 2007 9:54 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Paulus Tangke Allo; Rovicky Dwi Putrohari
Subject: [iagi-net-l] kirim lampiran file (Re: [iagi-net-l] Respon-5
Atas Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI)


pak luthfi,

harus kontak dulu bang allo atau kang rovicky utk mengirimkan lampiran
(default iagi-net, setiap anggota milis tidak diperkenankan utk
mengirimkan lampiran file).

kirim saja file bahan presentasi dan makalah tsb ke mereka berdua.

terimakasih dan salam,
syaiful

On 3/28/07, Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Saya belum berhasil kirim 2 bahan presentasi + 1 makalah sebagai
> lampiran respon-5 atas surat terbuka kepada ketua IAGI. Saya minta
> tolong Dr. Edy Sunardi utk kirim materi tersebut setelah file
> dimodifikasi ke jpeg.
>
> Salam: LTH
>
> -----Original Message-----
> From: Achmad Luthfi
> Sent: 27 Maret 2007 20:35
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net-l] Respon-5 Atas Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI
>
>
>
>
> Pak Koesoemadinata yang sangat saya hormati dan banggakan,
>
> Dalam akhir respon-4 yang lalu saya sampaikan bahwa kami mengundang Ir
> Sayogi Sudarman MSC(ahli geothermal) untuk menyampaikan pendapatnya
> tentang LULA ditinjau dari fenomena geothermal dalam seminar kedua yang
> diselenggarakan di gedung BPPT pada minggu ketiga/keempat Februari 2007.
> Dalam presentasinya (bahan terlampir, Mas Sayogi menyampaikan
> comparative model, yaitu model Tentative & Hidrogeologi Sistem Panasbumi
> Cisolok-Cisukarame, Jawa Barat dan model Tentatif Porong -
> Arjuno~Welirang~Anjasmoro (AWA), Jawa Timur. Dengan model ini
> diinterpretasikan bahwa LULA yang bertemperatur tinggi merupakan
> fenomena geothermal. Kalo menggunakan pendapat Dr. Ir. Lambok dalam
> seminar ketiga, bila terjadi re-charge yang berkelanjutan di kompleks
> AWA maka semburan LULA makin tdk terprediksi kapan berhentinya (bias
> forever), dalam kesimpulannya untuk mematikan Mas Sayogi perlu 3 relief
> wells yang difungsikan ganda (untuk mematikan dan re-injeksi air tapis
> lumpur) tetapi untuk mengerjakan ini menurut Mas Sayogi harus diketahui
> detil dan kejelasan model dan mekanisme semburan, lha kalo ini merupakan
> fenomena alam bagaimana mematikan LULA. Kalo ini fenomena alam, Pak
> Untung S dari BPPT dalam seminar kedua ini mengatakan (paper terlampir)
> "Selanjutnya bila kemudian terbukti bahwa yang terjadi sesungguhnya
> adalah gejala pembentukan mud volcano yakni asumsi fenomena kedua, maka
> satu-satunya jalan adalah membiarkan lumpur tetap mengalir, meskipun
> hingga puluhan bahkan bisa dalam kurun ratusan tahun. Yang perlu
> dilakukan adalah bagaimana mengendalikan, mengarahkan, ataupun
> melokalisir aliran lumpur di permukaan agar tidak membahayakan kehidupan
> manusia dan lingkungan hidup secara umum. Sekalipun fenomena mud volcano
> semakin memberikan fakta nyata, namun hipotesa ini perlu pula didukung
> dengan fakta yang penting yakni bahwa mud volcano pada umumnya terbentuk
> dan berasosiasi dengan pembentukan gelembung lempung (shale diapir). Di
> berbagai tempat yang memperlihatkan adanya mud volcano selalu didahului
> oleh gejala diapirism material plastis di bawah permukaan yang menyembul
> ke permukaan akibat tekanan dan perasan lapisan batuan di sekelilingnya,
> melalui bidang-bidang retakan dan sesar. Material plastis bertekanan
> tinggi itu umunya dibentuk oleh lempung bercampur air dari dalam lapisan
> lempung yang terkurung dan terperas misalnya oleh gaya-gaya tektonik
> aktif di sekitarnya". Sedangkan menurut presentasikan Dr. Ir. Syamsu
> Alam dari data seismic tidak terlihat ada gejala diapirism, penjelasan
> Bung Alam inilah yang disampaikan Pak Koesoemadinata dalam salah
> suratnya melemahkan pendapat bahwa LULA merupakan mudvolcano terjadi
> akibat proses alamiah, dan ini terus menjadi perdebatan yang belum
> berujung karena belum tahu siapa yang benar. Apakah kita hanya berpuas
> dengan berbagai argumentasi ilmiah untuk mengetahui detil dan kejelasan
> model dan mekanisme semburan LULA beserta penyebabnya. Bolehlah ini
> untuk khasanah ilmiah, tetapi saya sebagai presiden IAGI tidak
> memprioritaskan hal ini, saya ingin membawa IAGI agar menyuarakan
> pembuangan LULA ke laut secara aman dari berbagai aspek. Kebetulan waktu
> itu G. Merapi yang terletak tak jauh dari Jogja menarik perhatian kita
> semua karena sedang aktif plus mbah Maridjannya. Saya terpikir siapa sih
> yang sanggup menyetop semburan G. Merapi, tidak adalah kecuali Yang Maha
> Kuasa, karena itu para ahli hanya bisa bagaimana mengendalikan erupsi
> merapi terutama yang berupa lahar melalui kali Gendol dan kali Krasak
> yang kebetulan berlokasi disekitar G. Merapi, para ahli teknik sipil
> membangun berbagai check-dam di kali tsb agar aliran lahar terkendali.
> Lha bagaimana mengendalikan aliran LULA ? Dalam seminar kedua tersebut
> Dr. Ir. Agus Kristijono, MSc dari BPPT menyampaikan presentasi
> "Pemanfaatan Lumpur untuk Reklamasi Mangrove Belt" (bahan terlampir),
> Mas Agus K menawarkan teknik pembuangan lumpur dengan sistim "SLUFTER"
> (pernah dimuat di Buletin LULA), sistim ini diadopsi dari sistim
> pembuangan lumpur industri di Rotterdam, Belanda yang mampu menampung
> lumpur 30 juta ton dengan luas slufter 165 hektar. Lha mestinya membuang
> LULA harus dengan teknologi tidak secara konvensional yang telah
> dilakukan selama ini di porong. Sebetulnya inilah yang ingin kami
> amplifier-kan agar didengar oleh tim yang menangani LULA. Dalam press
> conference setelah seminar ketiga yang lalu di BPPT, Ketua BPPT Prof Dr.
> Ir. Said Djeni menjawab salah satu pertanyaan wartawan, beliau
> mengatakan dari awal BPPT merekeomendasikan untuk membuang lumpur
> melalui kanal2 terbuka (tentunya dengan teknologi). Apa yang dikemukakan
> oleh ketua BPPT ini sejalan dengan pernyataan terdahulu yang dikemukakan
> oleh IAGI agar LULA dibuang ke laut. Namun apa dikata pendapat ini kalah
> kuat dengan harapan yang dilambungkan oleh para ahli perminyakan bahwa
> dengan relief well LULA akan berhasil dimatikan. Akhirnya harapan ini
> membuahkan petaka. Dalam respon-6 surat terbuka tsb, saya akan membahas
> "HARAPAN BERBUAH PETAKA" dan bagaimana positioning IAGI.
>
> ............................TOETOEGE (BERSAMBUNG).
> Note: lampiran dikirim menyusul krn file-nya besar
>
> -----Original Message-----
> From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: 25 Februari 2007 13:41
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net-l] Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI-(2)
>
> SURAT TERBUKA KEPADA KETUA UMUM IAGI (2)
>
>
>
> Di lain pihak yang sangat menarik adalah  telah terungkapnya pula data
> pemboran yang pada waktu sebelumnya (terutama pada permulaan erupsi
> Lusi)
> tidak pernah muncul pada laporan pemboran, yaitu yaitu bahwa 10 menit
> setelah terjadinya gempa di Jogya, terjadi 'partial loss' dari lumpur
> pemboran yang teramati pada mud pit. Hal yang sama diungkapkan pula oleh
> Dr.
> Doddy Nawangsidi, tetapi waktunya adalah 70 menit sesudah gempa (mungkin
> Pak
> Doddy ini keliru membaca 1 sebagai 7). Ini data yang sangat menarik
> karena
> sebelum data ini belum pernah dilaporkan dan menunggu 7 bulan untuk
> terungkap. Di lain pihak Dr. Nawangsidi ini menunjukkan secara
> kwantitafi
> dengan menggunakan rumus reservoir (Darcy) dengan parameter2 yang
> diasumsikan bagaimana tidak mungkinnya  laju (rate of production) jumlah
> air
> sebegitu besar (100 sampai 160 juta meter kubik per hari?) dari satu
> lubang
> sumur yang menembus Kujung hanya 15 kaki saja.. Analisa ini tentu
> merupakan
> pukulan, paling tidak renungan, bagi mereka yang  berpendapat  bahwa
> gunung
> api lumpur ini bersumber dari air bertekanan tinggi dari reservoir
> terumbu
> Kujung yang telah ditembus sumur BP-1, walaupun tentu orang dapat
> mempertanyakan data serta parameter yang diasumsikannya, serta adanya
> tambahan sumber air panas lainnya yang ikut terpicu dengan underground
> blow-out dari Kujung ini.
>
> Mengenai stratigrafi lubang bor Dr. Adi Kadar dkk mengakui telah
> mereview
> serta menganalisa ulang data biostratigrafi dan disimpulkan bahwa
> seluruh
> lapisan batuan yang ditembus Banjar Panji hanyalah berumur Pleistocene
> yang
> menimbulkan kesan bahwa Formasi Kujung tidak tersentuh oleh sumur bor
> ini.
> Juga telah ditekankan keberadaan diapirism dalam selang overpressured
> shale,
> yang banyak menganggap sebagai sumber lumpur.
>
> Mengenai sumber air ini masih juga ada yang berpendapat bahwa lumpur ini
> berasal dari overpressured shale yang diyakini semua orang keberadaannya
> jauh di atas formasi Kujung, namun berdasarkan analisa penampang seismic
> dibantah oleh Dr. Alam sebagai mud diapir. Dr. Adriano Mazzini  dari
> Oslo
> University masih berpandangan bahwa sumber lumpur ini adalah dari
> overpressured shale ini, tetapi ketika ditanyakan oleh Richard Davies
> bagaimana begitu banyak air dapat dihasilkan dari overpressured shale
> ini,
> mengingat shale adalah impermeable, yang bersangkutan menghindar untuk
> menjawabnya dengan dalih pertanyaannya tidak jelas. Namun suatu hal
> penting
> yang dikemukakannya adalah bahwa cekungan Jawa Timur adalah matang
> (ripe)
> atau rawan terjadinya gunung api lumpur dibuktikan dengan adanya
> overpressured shales dan banyaknya gunung api lumpur, tanpa pemboran
> (atau
> gempa) pun gunungapi lumpur dapat terjadi sewaktu-waktu. Mengenai
> kayanya
> cekungan Jawa Timur Utara juga telah dibahas oleh Dr. Djajang  Sukarna,
> Kepala Badan Geologi, dalam keynote speech nya
>
> Yang menarik adalah makalah dari Dr. Gregorii Akhmanov dari Moscow
> University yang membahas mud volcanism di Elean Basins yang,  dengan
> tidak
> mengenyampingkan jenis gunungapi lumpur di daerah lain seperti shale
> diapirism,  menyatakan bahwa pembentukan mudvolcano di Elean basins
> adalah
> oleh hydro-fracturing. Hydro-fracturing adalah proses terjadinya LUSI
> yang
> dianut oleh mereka yang meyakini bahwa bahwa air dari Fm Kujung sebagai
> penyebab semburan lumpur LUSI. Saya catat bahwa tidak ada makalah yang
> membahas berbagai jenis atau klasifikasi mudvolcano, sedangkan menurut
> hemat
> saya gunungapi lumpur itu ada berbagai jenis dengan yang disebabkan
> shale
> diapirism di satu ujung (end member), biasanya merupakan lumpur kental
> dan
> membentuk keruncut yang terjal, dan jenis mud spring di ujung lain, yang
> sangat encer (kadar air yang sangat tinggi) dan nyaris tidak membentuk
> kerucut atau kerucut yang sangat landai. Saya menganggap LUSI ini lebih
> sebagai jenis mud spring.
>
>
>
> Walaupun makalah-makalah pada umumnya membahas asal gunungapi lumpur
> disebabkan air yang bertekanan tinggi, yang boleh jadi disebabkan gempa,
> namun  gunungapi Lusi disimpulkan selain terjadi secara alamiah juga
> disebabklan karena rekahan dan aktivitas tektonik yang diakibatkan oleh
> gempa bumi Jogya. Namun anehnya pada seluruh persidangan ini tidak
> satupun
> ada makalah yang membahas tektonik serta sistim sesar dari daerah
> Sidoarjo,
> bahkan peta geologi yang menunjukkan patahanpun nyaris tidak ada kecuali
> peta sesar Watukosek dengan satu garis saja yang menghubungkan Watukosek
> dengan Lusi dan G. Anyar dengan arah NNE-SSW.dan sesar-sesar amblasan
> yang
> berarahkan WSW-ENE yang menghubungkan semburan-semburan lumpur yang
> sekarang
> sudah tidak aktif lagi.  Apa lagi pembahasan bagaimana  mekanisme gempa
> bumi
> Jogya  dapat  mengakibatkan sesar (rekahan) itu sama sekali tidak ada.
> Inilah yang dikeluhkan Dr. Benyamin Sapiie dari ITB pada komentar yang
> diberikannya sesaat sebelum rumusan akhir dari hasil workshop ini
> dibacakan.
> Beliau menyatakan betapa pentingnya kita menganalisa tegangan-tegangan
> tektonik yang aktif di daerah Sidoarjo ini untuk menentukan critical
> stresses yang didapatkan, namun pembahasan ini tidak ada sama sekali.
>
>
>
> Sdr. Ketua yang terhormat.
>
> Saya sangat prihatin dengan hasil dari workshop yang disebutkan sebagai
> bertaraf internasional ini. Rumusan yang diberikan banyak tidak relevant
> dengan apa yang dibahas, bahkan cenderung bertolak belakang. Ini sangat
> menyedihkan, orang awampun akan bertanya-tanya apakah kesimpulan dari
> workshop ini sudah ditentukan sebelumnya demi kepentingan nasional?
> Komentar
> di masyarakat ilmiah di luar negeri pun sudah bermunculan.
>
> Sampai di mana kebenaran pengamatan dan pendengaran  saya ini selama
> mengikuti persidangan  tentu akan ada  yang meragukannya mengingat usia
> saya
> yang sudah lanjut  ini. Untuk itu saya sudah meminta pada panitya supaya
> bisa mendapatkan Power Point files dari presentasi masing-masing
> pembicara
> itu. Namun sayangnya panitiya hanya akan memberikannya sesudah dilakukan
> peng-edit-tan terlebih dulu (mengingat adanya data-data yang dianggap
> confidential oleh BP Migas).
>
>
>
> Satu hal yang menarik adalah Workshop ini tidak memberikan rekomendasi
> mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi
> masalah ini, atau kapan . Padahal inilah yang ditunggu-tunggu oleh
> masyarakat. Masyarakat tidak terlalu peduli mengenai apa penyebab
> gunungapi
> lumpur ini, walaupun mereka cenderung untuk menyalahkan pemboran. Yang
> berkepentingan dalam apa penyebab dari gejala ini adalah dalam masalah
> soal
> siapa yang harus menanggung biaya penanggulangan bencana ini. Masyarakat
> hanya ingin mendengar bagaimana  bencana lumpur ini dapat dihentikan.
> Tentu
> saja kita bisa berdalih bahwa untuk dapat menghentikan semburan lumpur
> itu
> kita harus tahu penyebabnya. Kalau panitya workshop ini berkeyakinan
> bahwa
> hasil workshop ini adalah LUSI murni gejala alam dan tidak dapat
> dihentikan
> dan tidak dapat diprediksikan kapan akan berhentiknya, maka satu-satunya
> rekomendasi yang bisa diberikan adalah mengevakuasi (mengosongkan)
> daerah
> yang dipengaruhi LUSI, khususnya daerah yang bakal amblas, membangun
> tanggul
> sekitarnya serta mengalirkan airnya dengan saluran bertanggul ke laut,
> sedangkan lumpur padatnya secara alamiah dapat ditinggalkan di daerah
> amblasan, bahkan mudah-mudahan dapat mengkompensasi amblasannya sendiri.
> Saya lihat ada lebih dari 1 makalah (a.l. dari Dr. Ir. Prihadi
> Sumintapura
> dari ITB) para pakar kita  telah mampu melakukan deliniasinya. Saya
> sadar
> bahwa pernyataan demikian mungkin mempunyai dampak yang luas bagi
> masyarakat, tetapi saya kira itu satu-satunya rekomendasi yang dapat
> diberikan kalau panitia perumus menganggap penyebab ini gejala alam yang
> tidak dapat dihentikan atau tidak dapat diprediksi kapan berhentinya..
> (bersambung)
>
>
>
>
>
> ------------------------------------------------------------------------
> ----
> Hot News!!!
> CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
> [EMAIL PROTECTED]
> Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual
> Convention and Exhibition,
> Patra Bali, 19 - 22 November 2007
> ------------------------------------------------------------------------
> ----
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
> ------------------------------------------------------------------------
> ----
> Hot News!!!
> CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
> [EMAIL PROTECTED]
> Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
> 29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
> Bali Convention Center, 13-16 November 2007
> ------------------------------------------------------------------------
> ----
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> Hot News!!!
> CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
> Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
> 29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
> Bali Convention Center, 13-16 November 2007
> ----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
>


-- 
Mohammad Syaiful - Explorationist
Mobile: 62-812-9372808
Email: [EMAIL PROTECTED]

Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)
Head Office:
Jl. Tebet Barat Dalam III No.2-B Jakarta 12810 Indonesia
Phone: 62-21-8356276 Fax: 62-21-83784140
Email: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]

----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------


----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Reply via email to