Pak Ismail,

Lebih gampang ? kelihatannya tidak juga. Kita merdeka setelah lebih dari 3.5 
abad menjadi bangsa terjajah.

Perlu diingat juga bahwa selain bambu runcing, kemerdekaan bisa direbut juga 
karena jasa-jasa para intelektual yang berjuang melalui berbagai organisasi 
kebangsaan (Budi Utomo dll yang dalam 2 hari ini akan kita peringati hari 
lahirnya). 

Mungkin ini yang perlu kita petik pelajarannya di masa sekarang. Kita harus 
mengembangkan "organisasi kebangsaan" masa sekarang model Pertamina, Medco. 
Organisasi ini dalam perjalannya akan melalui berbagai macam "uji kelayakan" 
sehingga pada saatnya bisa siap untuk mewakili "KITA" merebut kemerdekaan 
eknonomi bangsa ini. Pada saat itulah ke"BERANI"an kita menjadi lengkap dan 
insya Allah kita dapat menjadi besar karenanya.

Terlambat? memang, tapi lebih baik dari pada seterusnya menjadi bangsa 
terjajah.....:-)

Merdeka!!


salam,

----- Original Message ----
From: Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, May 18, 2007 2:07:09 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] BERANI saja tidak cukup was Re: [iagi-net-l] 
Venezuela Nasionalisasi Ladang Minyak Orinoco


Kalau dulu KITA dg modal "bambu runcing " BERANI merebut kemerdekaan dari 
penjajahan ( Fisik)
Sekarang apakah KITA juga harus BERANI merebut kemerdekaan dari "Penjajahan' ( 
Ekonomi).
Kelihatanya lebih gampang merebut "kemerdekaan "dari "penjajahan fisik" 
daripada "Penjajahan ekonomi"
Lha kalau sekarang "bambu runcingnya" opo yo....
 
ISM
 
----- Original Message ----- 
From: noor syarifuddin 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, May 17, 2007 3:33 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] BERANI saja tidak cukup was Re: [iagi-net-l] 
Venezuela Nasionalisasi Ladang Minyak Orinoco


Kang ADB dan pak Edison,
 
Saya setuju dengan anda berdua, tapi yang saya takutkan: BERANI yang muncul 
dalam wacana sekarang tidak-lah seperti yang anda berdua ceritakan.
 
Kenapa saya berkesimpulan seperti itu ? Seperti yang saya sebutkan di email 
sebelumnya, masih banyak daerah yang berpotensi untuk dieksplorasi serta banyak 
lapangan-lapangan yang belum dikembangkan. Tapi entah kenapa "KITA" (pinjam 
istilah ADB) tidak berkeinginan untuk menanganinya. Pertamina sudah menawarkan 
beberapa lahan KSO, tapi sampai sekarang kelihatannya tidak banyak perusahaan 
nasional yang berminat. Kenapa "KITA" yang tidak punya ke"BERANI"an di sini, 
namun tiba-tiba menjadi pem"BERANI" untuk mengambil alih yang lebih besar ? 
 
Saya sebutkan Medco sebagai contoh yang bagus karena mereka mulai dari hal-hal 
itu waktu mereka mengambil alih Tesoro dan Stanvac. Siapapun tentunya tahu 
tingkat produksi Tesoro dan Stanvac waktu itu. Namun demikian hal-hal kecil 
tersebut menjadi "training ground" bagi semua elemen perusahaan dan akhirnya 
Medco bisa menjadi seperti sekarang.  Jadi kalau -katakanlah- Medco menjadi 
bagian dari "KITA" untuk mengambil alih tentu definisi "BERANI" menjadi seperti 
yang anda sebutkan. 
 
"KITA" tidak akan pernah menjadi besar dengan mengambil punya "MEREKA" begitu 
saja, tapi kita bisa menjadi besar melalui hal-hal kecil yang -mestinya- sudah 
mulai kita lakukan sejak lama.
 
 
 
salam,
 
----- Original Message ----
From: edison sembiring <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, May 11, 2007 8:33:54 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] BERANI saja tidak cukup was Re: [iagi-net-l] 
Venezuela Nasionalisasi Ladang Minyak Orinoco


Kalau dari kacamata saya melihat arti "BERANI" berarti
sudah komplit atau sudah siap dengan segala
kemungkinannya, sudah di pikirkan baik dan buruknya,
tak akan ada yang berani bertempur jika bedilnya gak
ada........


Best,
/Edison Sembiring


--- Andang Bachtiar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Mengubah paradigma "KITA" dan mendefinisikan
> "MEREKA" dalam PSC
> 
> 70% s/d 85% dari diri "KITA" hidup dari jatah
> kekayaan migas bangsa Indonesia
> 30% s/d 15% dari diri "KITA" dibayari oleh "MEREKA"
> yang punya hak kontrak mengelola kekayan migas
> bangsa Indonesia tersebut
> 
> Jumlah "KITA" 90%-95% dari keseluruhan tenaga kerja
> yang ada di PSC-MNC
> Sisanya yang 10%-5% adalah "MEREKA" atau minimal
> nominee dari "MEREKA"
> 
> Dan, dengan ide-ide brillian seperti terungkap dalam
> sliweran email di milis ini (dan milis serupa di
> berbagai profesi kemigasan), maka secara matematis
> 90-95% "KITA" ini pasti bisa mengelola sendiri
> kekayaan migas bangsa, tanpa harus takut salah
> menyembelih angsa bertelor emas "KITA"
> 
> Saya setuju 100% dg Cak Noor Kopral,... berani saja
> tidak cukup. Integritas, militansi, persistensi, dan
> smartness harus juga jadi satu paket. Tidak perlu
> harus semua 90%-95% punya lengkap persyaratannya.
> Cukup 1 orang seperti Cak Noor di tiap level/bagian
> unit kerja saja .... dan insyaallah lepaslah kita
> dari belenggu sindrom "rendah-diri inlander" di
> industri hulu migas dalam waktu yang tidak lama.
> 
> Salam
> 
> ADB
>   ----- Original Message ----- 
>   From: noor syarifuddin 
>   To: iagi-net@iagi.or.id 
>   Sent: Friday, May 11, 2007 5:50 PM
>   Subject: [iagi-net-l] BERANI saja tidak cukup was
> Re: [iagi-net-l] Venezuela Nasionalisasi Ladang
> Minyak Orinoco
> 
> 
>   Pak Awang,
> 
>   Pertanyaan ini memang susah dijawab. Mungkin pak
> Awang pernah membaca satu reportase di IHT (?) yang
> judulnya cukup provokatif : Minyak : berkah atau
> petaka ?
> 
>   Artikel itu menjadi menarik karena si reporter
> mengumpulan cerita dari sekian banyak negara yang
> mempunyai sumber daya minyak dan gas dari negara
> dengan sistem kapitalis maupun sosialis. Dan
> ternyata hasil yang melimpah dari minyak di
> negara-negara tsb tidak memberikan berkah
> kesejahteraan bagi rakyatnya. Entah karena duitnya
> dikorupsi, mis-manajemen, ditipu kontraktor atau
> dipakai hal-hal yang tidak jelas. Di sini menjadi
> lebih menarik karena hal ini tidak terjadi di
> negara-negara yang secara ekonomi sudah lebih mapan
> seperti UK, atau Norwegia.
> 
>   Dalam skala kecil kita juga bisa melihat contoh di
> Ku-kar. Kabupaten penerima bagi hasil yang mungkin
> terbanyak di Indonesia ternyata masih kalah dalam
> menyejahterakan rakyatnya dibanding Kabupaten
> Klungkung (?) yang Bupatinya sangat kreatif dan
> inovatif. Tanpa mengandalkan bagi hasil minyak dia
> berhasil memberikan fasilitas kesehatan dan
> pendidikan gratis bagi rakyatnya.
> 
>   Jadi kenapa kita tidak belajar dari hal-hal ini.
> Masih banyak lapangan yang bisa dijadikan "training
> ground" perusahaan nasional untuk nantinya bisa
> menjadi pemain kelas dunia. Contoh bagus untuk ini
> adalah Medco. Kita sekarang maunya langsung ambil
> yang sudah jadi dan berpikir dengan demikian maka
> kita akan bisa menjadi "besar"....... tidak-kah kita
> akan mengulangi cerita "angsa yang bertelor emas",
> ingin hasil lebih banyak malah kita sembelih
> angsanya. 
> 
>   Kita mungkin bisa bercermin ke Qatar yang cadangan
> gasnya tidak habis 7 turunan. Namun dengan bijak
> pemerintah di sana malah menggunakan dana hasil gas
> dan minyak untuk mulai mensupport visi Qatar sebagai
> negara hub dan services...
> 
>   Jadi menurut saya BERANI saja tidak cukup.
> 
> 
>   salam,
> 
>   ----- Original Message ----
>   From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
>   To: iagi-net@iagi.or.id
>   Sent: Friday, May 11, 2007 2:01:44 PM
>   Subject: RE: [iagi-net-l] Venezuela Nasionalisasi
> Ladang Minyak Orinoco
> 
> 
>   Pak Noor,
> 
> 
> 
>   Menarik, hanya akan menimbulkan pertanyaan, kemana
> hilangnya harta dari alam tersebut ? Apakah dibawa
> oleh perusahaan-perusahaan asing, atau habis
> dikorupsi oleh pejabat2 Venezuela ?
> 
> 
> 
>   Salam,
> 
>   awang
> 
> 
> 
>   -----Original Message-----
>   From: noor syarifuddin
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
>   Sent: Friday, May 11, 2007 12:43 C++
>   To: iagi-net@iagi.or.id
>   Subject: Re: [iagi-net-l] Venezuela Nasionalisasi
> Ladang Minyak Onorico
> 
> 
> 
>   From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
>   Apa iya sekarang produksi Venezuela 3 juta BOPD ?
> 
>   Si - Abah
> 
> 
> 
>   Abah, ini yang menarik dari Venezuela....
> 
>   Produksi mereka memang sekitar 3 juta bopd. Ini
> artinya kurang lebih 3 kali produksi Indonesia
> sekarang. Penduduk mereka kurang lebih hanya sekitar
> 28 juta saja (+/- 10% penduduk Indonesia). Namun
> demikian ternyata hasil produksi minyak yang begitu
> melimpah tidak atau belum bisa mensejahterakan
> rakyatnya. Bayangkan produksi 3 kali lipat, dan
> jumlah penduduk hanya 1/10 Indonesia itu artinya
> produksi per kapita per harinya sekitar 27 kali
> Indonesia tapi tingkat kemiskinan dan pengangguran
> tidak jauh lebih baik dari Indonesia. Coba
> perhatikan data kecil dari Wikipedia berikut:
> 
> 
> 
>   - angka pengangguran                 : 9%
> (Indonesia 10.3%)
> 
>   - jumlah penduduk miskin            : 37%
> (Indonesia (27%, mungkin sekarang 35-40%)
> 
>   - angka inflasi                              : 21
> % (Indoensia 7-8% per BPS, tapi mungkin riil sekitar
> 12-15%)
> 
> 
> 
>   Jadi tidak hanya rakyat yang belum sejahtera,
> secara politik dan ekonomi, Venezuela juga jauh
> tertinggal dengan negara-negara berkembang lainnya.
> Inflasi rata-rata masih dua digit. Beberapa teman
> seprofesi yang saya kenal memilih untuk "sementara
> tidak pulang" dulu ke Caracas karena alasan politik
> dll.Termasuk diantaranya akan adanya UU baru yang
> mengatur bahwa anak yang lahir adalah anak negara,
> jadi orang tua tidak punya hak lagi untuk membawa
> pergi jika orang tuanya mau menjadi emigran. Hampir
> semua ekspatriate yang bekerja di Caracas diberi
> mobil yang "anti peluru" karena angka penculikan
> anak cukup tinggi.
> 
> 
> 
>   Kalau yang pernah melihat di acara mingguannya
> Chavez "Allo president", pasti teringat zaman orba
> dulu. Selama berjam-jam Chavez siaran seorang diri
> di TV dan ngomong tanpa henti tentang segala macam.
> 
> 
> 
>   Apakah setelah nasionalisasi semuanya akan berubah
> .......? kelihatannya terlalu dini untuk
> menjawabnya. Tapi kalau melihat sejarah, maka tidak
> mudah untuk membalik keadaan.
> 
> 
> 
> 
> 
>   salam,
> 
> 
> 
> 
> 
=== message truncated ===



       
____________________________________________________________________________________Pinpoint
 customers who are looking for what you sell. 
http://searchmarketing.yahoo.com/

----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------





Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links.

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke