Kali ini issue dari KOMPAS - Hoax
?<http://rovicky.wordpress.com/2007/05/29/issue-dari-kompas/> Mei
29th, 2007 — Rovicky
<http://rovicky.wordpress.com><http://rovicky.wordpress.com/wp-admin/post.php?action=edit&post=880>

[image: dg_banner1.png]Sudah baca kompas yang berjudul "* Patahan Sunda -
Ancaman Eksistensial
Jawa-Sumatera<http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm>
*" Sebuah tulisan dari seorang warga Indonesia di Tokyo, ya Tokyo di Jepang
yang merupakan negara " *penggemar*" gempa bumi. Cukup mengagetkan dan
mungkin bahkan menakutkan. Hanya saja, mestinya tidak perlu ketakutan atau
khawatir yang berlebihan soal ini.

Mari kita tengok satu-satu apa kata Mu'man Nuryana *Peneliti Tamu di Hosei
School of Policy Sciences, Universitas Hosei, Tokyo*

<http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm>

Quote <http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm>

*Ancaman eksistensial *

*Motivasi tulisan ini sekadar mengingatkan bahwa aktivitas seismik Patahan
Sunda adalah sebuah ancaman paling realistis dan serius dewasa ini bagi
keberlanjutan bangsa Indonesia, terutama bagi mereka yang tinggal di Pulau
Sumatera dan Jawa.*

*Benarkah ini sebuah ancaman eksistensial ?*

Bencana besar yang melanda Indonesia terutama Jawa dan Sumatra akhir-akhir
ini seperti yang disitir ditulisan itu, telah terjadi telah terjadi pada 26
Desember 2004. Begitu pula peristiwa gempa bumi di Nias (28 Maret 2005), di
Yogyakarta (27 Mei 2006), di Pangandaran (17 Juli 2006), dan di Padang (6
Maret 2007). Rentetan peritiwa ini memang sangat mengagetkan terutama
peristiwa bencana multi nasional di Aceh, dan bencana gempa besar di
Jogjakarta.

Bencana Aceh memang sangat fenomenal terutama dalam jumlah korban dan jumlah
negara yg mengalami. Kejadian inilah yang menjadi pemicu kesadaran akan
kerawanan Indonesia karena bagian dari Ring of Fire - Ring of Disaster.
Kejadian gempa selang empat bulan berikutnya di Nias tidak sebesar Aceh,
bahkan beritanyapun "*tertutupi*" kebesaran bencana Aceh. Sedangkan gempa di
Jogja dan Padang sangat mengagetkan lagi karena terjadi pada pulau yang
sangat padat penduduknya. Dampak psikologis kejadian bencana-bencana ini pun
sebenernya berketerusan ketika terjadi semburan lumpur di Sidoarjo.
Kontroversipun muncul apakah penyebab semburan ini natural ataukahakibat
aktifitas manusia.

Rentetan bencana inipun tidak sendirian sebenarnya. Karena sebuah statistik
jumlah kebencanaan memang menunjukkan adanya peningkatan bencana secara
mendunia. Silahkan baca tulisan disini sebelumnya "*Bumi semakin berbahaya*
<http://rovicky.wordpress.com/2007/04/09/bumi-semakin-berbahaya/>". Namun
kalau dilihat dalam skala waktu yang lebih panjang, sebenarnya
kejadian-kejadian lebih teruk dari yang sedang terjadi ini pernah terjadi
juga sebelumnya.

Letusan Tambora 1815, kemudian letusan Krakatau tahun 27 August 1883
sebenarnya daua letusan yang jauh lebih besar pada masa itu. Namun letusan
inipun tidak menjadikan eksistensi Jawa hilang. Bahkan Jawa masih menjadi
tujuan perdagangan masa kolonial Belanda, dan akhirnya Indonesia berhasil
merdeka tahun 1945 MERDEKA !!!.

Bencana besar di Jogjapun pernah terjadi sebelumnya. Bahkan diperkirakan di
sekitar Jogja pernah terjadi gempa yg lebih besar dari gempa 2006 ini.
Frekuensi gempa di Jawa barangkali 150-200 tahun sekali namun ketika terjadi
gempa seringkali berukuran diatas 6/7 SR. Bahkan gempa tahun 1867 yang
merusak Taman Sari diselatan Jogja itu diperkirakan berkekuatan 8 MW. Sebuah
gempa yg sangat kuat kan ? Ya, perkiraan ini didasarkan atas kerusakan Taman
Sari (di selatan Pasar Ngasem Jogja) juga adanya korban hingga 500 orang.
Memang sepertinya hanya 500 orang korban meninggal tetapi pada kala itu
tentunya Jogja belum sepadat saat ini kan ?

Apa yang terlihat ? Bahwa bencana alam memang sudah terjadi jauh sebelumnya.
Dan itu semua tidak membuat eksistensi Jawa hilang. Bukan sok berlagak dan
sombong bahwa Jawa bangsa yang kuat menghadapi alam. tetapi justru
menunjukkan eksistensi Jawa yang mampu bercengkerama dengan kondisi alam
yang sangat dinamis ini. Tulisan tentang bencana lumpur yang ditulis oleh
Awang *sebelumnya
disini<http://rovicky.wordpress.com/2007/03/20/bencana-lusi-di-jaman-majapahit-1297-caka/>
* juga menunjukkan bahwa bencana-bencana besar pernah pula terjadi di Jawa
dan sekitarnya pada jaman Majapahit. Walaupun ada kemungkinan peristiwa ini
menjadi alasan kemunduran kejayaan kerajaan Terbesar di Asia Tenggara ini,
namun dari sisi manusia tetap saja manusia Jawa eksis di tanah ini.

*- [image: :(] "Pakdhe, wong Jowo niku klamak-klemek tapi kok tegar juga ya
dhe"
+ [image: :D] "justru kuwi tole, wong Jowo kui intine ora grusa-grusu, ngga
pernah terburu-buru"*

Melongok dan membandingkan kondisi saat ini dengan jaman dahulu sangat
bermanfaat dalam proses '*adaptasi lingkungan*'. Manusia Jawa dapat
beradaptasi dengan alam. Demikian juga rakyat Jepang yang sudah ' *terbiasa*'
dengan bencana gempa. Eksistensi bangsa ini bukan dalam usia ratusan tahun,
tetapi dalam ribuan tahun. Migrasi besar-besaran yang diindikasikan oleh
Mu'man di Tokyo ini barangkali terlalu berlebihan. Bahkan barangkali Mu'man
lupa kalau Tokyo sendiri justru lebih terancam oleh bencana tektonik
terutama gempa, namun tidak menunjukkan adanya migrasi manusia Jepang.
Bahkan Jepang bekerja keras membangun dan berpikir keras untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, misalnya mempelajari karakteristik bangunan tahan
gempa.

*Migrasi besar-besaran*

Cukup beralasan bila mulai berpikir tentang konsep migrasi penduduk dalam
skala besar dalam konteks jangka panjang bagi mereka yang tinggal di Pulau
Sumatera dan Jawa ke pulau lain yang relatif lebih aman. Di dalam Nusantara
sendiri, Indonesia memiliki Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi yang relatif
aman bagi permukiman penduduk.

Usulam migrasi besar-besaran ini justru malah mengundang problem lain yang
berkepanjangan, tengok saja latar belakang migrasi yang terjadi beberapa
ratus terakhir ini. Migrasi penduduk gelombang pertama jaman pra sejarah
dari teori Out of Africa, kemudia migrasi penduduk pada jamanmasuknya Islam
di jawa menggeser Jawa kuno, dan juga migrasi bangsa eropa menggeser
aborigin berbeda-beda konteksnya. Awalnya migrasi karena soal mencari
makanan hingga berkembang kemudian sebagai penjajahan. Migrasi besar-besaran
yg di usulkan menjadi berlebihan kalau dengan alasan kebencanaan Jawa.

Walaupun perlu dipikirkan juga bagaimana memindahkan asset-asset ke tempat
lebih aman, namun harus disadari dan dimengerti tidak seluruhnya permukaan
Jawa terancam akan bencana yang sama. Lusi ini hanya secara alami hanya
sekitar bediameter 5-10 Km. Bahkan gunung api-pun diameternya hanya 30-50
Km, itupun berkembang dalam orde jutaan tahun. Sedangkan pulau Jawa memiliki
luas hingga  138.793,6 Km persegi dengan panjang sekitar 1000 Kilometer.

*Bencana yang mungkin diantisipasi*

Bencana gempa yang terjadi dalam akhir 5 tahun ini tidak harus dikhawatirkan
berlebihan, bahkan tidak perlu dikhawatirkan sampai mengancam eksistensi
Jawa-Sumatra. Namun mestinya kebencanaan dapat diantisipasi, bagaimana kita
harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Fenomena alam ada yang mudah
diperkirakan misal cuaca, namun ada yg susah diperkirakan. Kapan, dimana dan
seberapa besar kekuatan terjadinya gempa sangatlah susah diperkirakan atau
diramalkan. Berbeda dengan kejadian alam lainnya yang mungkin diramalkan.
Gunung meletus masih bisa diramalkan dan diatisipasi beberapa bulan
sebelumnya. Fenomena alam atmosferik lebih mudah diatisipasi beberapa bulan
sebelum kejadian.

*- [image: :(] "Menggugah orang tidur kan harus diguncang-guncang Pakdhe.
Mosok pakai lagu mendayu nan merdu to, Dhe"
- [image: :D] "Lah iyo tole. Tapi nek baru tidur digugah pakai gertakan bisa
jantungen juga. Perlu dua sisi itu, kan"
- [image: :(] "Tapi tulisan kayak pakdhe gini ngga bakalan laku di koran,
week !"*

Saat ini selain mempelajari patahan-patahan aktif di selatan Jawa dan
Sumatra, justru yang perlu dipikirkan dan diantisipasi adalah bencana global
yang mungkin melanda pesisir pantai utara Jawa dan Sumatra. Pesisir pantai
utara Jawa dan Sumatra ini secara perlahan justru mungkin akan mengalami
penenggelaman. bencana yang mungkin terjadi pada puluhan tahun mendatang ini
bisa diprediksikan, dan bisa diantisipasi. Dampaknya akan
*menggerogoti *walaupun
tidak mengagetkan dalam jangka hidup manusia.

*- [image: :(] "Dhe ini nanti kayak Jogja itu. Takut ancaman Gunung Merapi
di utara ngga tahunya malah terjadi gempa diselatan Jogja" **
+ [image: :D] "sing penting eling lan waspodo tole"*

Posted in RuPa-RupI <http://id.wordpress.com/tag/rupa-rupi/>, Bencana
Alam<http://id.wordpress.com/tag/bencana-alam/>.



--
http://rovicky.wordpress.com/

Kirim email ke