Oh maaf Mas, saya salah, bukan DPR ya, DPD MPR ternyata.  Tapi sama2
perwakilan rakyatlah itu...

Good luck deh untuk tim LUSInya IAGI, tanggungjawab profesi mudah2an
bisa memberikan yang terbaik buat negara.  Kalau boleh hasil rapat yang
Mas Awang tulis saya terjemahkan dalam bahasa inggris ya.  

 

Parvita H. Siregar

Salamander Energy

Jakarta-Indonesia

 

 

Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.

________________________________

From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, June 08, 2007 11:56 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] IAGI Diminta Pendapat Soal LUSI oleh DPD-MPR
RI

 

Vita,

 

Jangan salah membaca DPD bukanlah DPR dan DPR bukanlah DPD. 

 

Geoscientists dan drilling engineer bule yang datang ke BPMIGAS dari
sekian banyak oil company pun suka saya tanya satu2 soal LUSI ini.
Mereka juga terkotak2 pendapatnya, tak ada bedannya dengan kita. 

 

Salam,

awang

 

From: Parvita Siregar [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, June 08, 2007 11:25 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] IAGI Diminta Pendapat Soal LUSI oleh DPD-MPR
RI

 

Masih ada yang berani melontarkan isi hati nurani di milis ini, saya
salut sama Mas Kabul.  Ya kita2 ini kan banyak kerja di oil kumpeni,
Mas, jadi ndak terlalu berani ngeluarin pendapat blak2an di sini (ngerti
kan ya maksudnya...).  Kita Cuma bisa berpihak didalam hati kalau lihat
komentar2 orang2 independen seperti Pak Kusuma dan yang lain2. 

 

Cuma sebagai info, di sekitar saya juga banyak orang2 geoscientist asing
yang mengikuti hal ini dan kadang2 suka miris juga begitu mereka bilang,
dengan ketawa2 sembari ngopi, "Well, now they are saying that the
Lapindo thing is a natural disaster".  Dan di dalam hati kecil kita
sebagai scientist kan tahu ya, bencana ini apa murni natural disaster
atau human triggerred disaster.  Sekarang sudah campur aduk antara
politik dan kepentingan2 masing2 termasuk dari DPR sendiri jadi mungkin
saatnya kita nonton saja apa yang terjadi antara petinggi2 ini...
ujung2nya kan juga mencari siapa yang bertanggungjawab membayar, apa
negara atau operator. 

 

Kalau saya jadi DPR mungkin tidak hanya panggil IAGI saja tetapi juga
mendengarkan pendapat dari ilmuwan2 atau kumpeni2 negara lain yang
pernah mengalami hal seperti ini.  Cuma walaupun udah pada dibagiin
Laptop, saya ragu DPR pada sanggup browsing mencari info dari source
yang independent. 

 

Setelah itu IAGI mungkin bisa mencarikan solusi bagaimana mengalirkan
lumpur ini ke tempat yang aman.   

 

Cuma kasihan aja lihat rakyat tergantung2 nasibnya setelah sekian lama. 

 

Parvita H. Siregar

Salamander Energy

Jakarta-Indonesia

 

 

Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.

________________________________

From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, June 07, 2007 5:00 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] IAGI Diminta Pendapat Soal LUSI oleh DPD-MPR
RI

 

Bagi saya menyambut gembira undangan DPD RI.

Yang mengejutkan bagi saya adalah kesimpulannya itu : Apa penyebab LUSI
: erupsi gununglumpur akibat gerak tektonik dan dapat berhubungan dengan
gejala geothermal dari kompleks gunungapi Anjasmoro-Welirang-Arjuno di
sebelah selatan Sidoarjo.

 

Gerak tektonik ?? Apa ada bukti gerak tektonik yang menyebabkan semburan
lumpur itu ? Jika lorong semburan itu merupakan "sesar baru" yang
merupakan jalannya lumpur keatas..yang mana dari kedalam 9000 kaki
hingga permukaan, lha kok kota Sidorajo dan Porong kok nggak diguncang
gempa hebat ? Kok nggak porak poranda ? bayangkan tektonik "memecah"
lapisan tanah dari kedalam itu apa bukannya ada gempa super dahsyat ?
Tak ada khan ? kecuali dua hari sebelumnya di Yogya...wong kota Madiun,
Mojokerto, bahkan Sragen aja nggak terganggu akibat gempa Bantul itu.
Juga gunung api yang disebutkan itu waktu ada "gerak tektonik" yang
"memecah" tembus keatas Lusi kok nggak ada laporan reaksi  ??  Erupsi
kecil kek...atau tanda-tanda aktifitas g.api yang meninggi kek..

Kalau sekarang sudah menyembur dan berhubungan dengan fenomena
geothermal memang benar ( geothermal drive mechanism ), lha wong
panasnya sampai lebih 200 derajat dipermukaan.

 

Lha hubungan dengan histori sumur Banjarpanji-1 apa tidak masuk hitungan
? Catatan ada lost dan kick, ada over ppressure, sumur tanpa selubung (
casing ) - dari 3580 ft - 9297 ft alias 5717 feet tanpa casing, ada plug
( whipstock ) di intermediate casing dll, adanya kick yang besar -
underground blowout,  apa tidak diungkap ? awal semburan di sumur yang
berupa air asin panas sekali juga tidak diungkap ? Lalu lapisan
shale-clay yang "telanjang" - alias open hole setebal 750 meteran yang
diketahui saat drilling juga tidak diungkap ? Lalu lagi, drill pipe yang
kejepit saat di pull out di daerah shale-clay saat kick itu juga tidak
diungkap di depan DPD-RI ?

Lalu lagi, kick yang tersumbat drill pipe dan tidak tersalurkan
lama-lama tekanannya merekahkan lapisan atau membuat channel keatas itu
juga sempat dibicarakan dengan DPD-RI ?

Secara langsung disini IAGI mengatakan bahwa Lusi murni akibat Bencana
Alam ?? Lalu kenapa selama ini "hanya" Lapindo Brantas yang bertanggung
jawab ?..ya karena pihak Lapindo sendiri secara hati nuraninya juga
menyadari sepenuhnya bahwa BJP-1 ada "kecelakaan pemboran". Terbukti
dengan pembiayaannya selama ini, sampai melego saham dan membuat
perusahaan baru menangani ganti rugi dsb. Andaikata tidak ada BJP-1 yang
"celaka" itu, apa iya akan muncul Lusi disitu ?

 

Perkara finansial nya yang tidak mampu lagi membiayai penanggulangan itu
soal lain...bukan soal pemboran dan geologi.

 

Wah akan menjadi perdebatan lebih panjang lagi....Mohon dengar pendapat
ini bisa dikutip secara lengkap sehinga tidak sepotong sepotong
nangkapnya. Termasuk tanya jawabnya....

Sorry, jadi buanyak banget pertanyaan yang nganeh-anehi...Hati Nurani
ini perlu saluran juga..

 

KA

 

        ----- Original Message ----- 

        From: Awang Harun Satyana <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  

        To: iagi-net@iagi.or.id 

        Sent: Thursday, June 07, 2007 3:16 PM

        Subject: [iagi-net-l] IAGI Diminta Pendapat Soal LUSI oleh
DPD-MPR RI

         

        Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah (DPD) - MPR RI
melayangkan undangan bernomor DN860/141/DPD/V/2007 tanggal 30 Mei 2007
kepada Ketua IAGI untuk permintaan RDPU (Rapat Dengar Pendapat Umum)
soal bencana LUSI (Lumpur Sidoarjo). DPD RI telah membentuk Panitia
Khusus (Pansus) soal LUSI dan telah mengadakan studi/kunjungan lapangan
ke lokasi bencana. Pansus ini dibentuk untuk mencermati perkembangan
dampak bencana LUSI pada masyarakat sekitar dan perkembangan
penanganannya serta perspektif solusi/rekomendasi pada konteks upaya
penanggulangan semburan lumpur dan penanganan luapan lumpur.

         

        Rapat diadakan pada hari Rabu 6 Juni 2007 di Ruang Rapat Badan
Kehormatan Lantai 3 Gedung B DPD RI di Kompleks Gedung MPR, Jalan
Jenderal Gatot Subroto, Jakarta. Rapat berlangsung dari pukul
13.00-16.00. IAGI diwakili oleh : Achmad Luthfi (Presiden IAGI), Ridwan
Djamaluddin (SekJen IAGI), Edy Sunardi (Ketua Bidang Keilmuan IAGI
sekaligus Ketua Tim LUSI IAGI), Slamet Riadhi (Ketua Bidang Migas IAGI),
Elan Biantoro (PP IAGI), Kodir (Sekretariat IAGI), Awang Satyana (PP
IAGI).  

         

        Rapat dibuka, domoderatori, dan diberi pengantar oleh Set Jen
DPD-RI. Dikatakan bahwa Pansus LUSI DPD-RI baru saja kembali dari
kunjungan ke wilayah Sidoarjo untuk melihat dampak sosial LUSI. "Rakyat
sudah marah", katanya. "Bayangkan, dari 13.000 bidang tanah dan 9000
bidang bangunan yang terendam LUSI, baru bisa diverifikasi 522 bidang di
antaranya (verifikasi = mengecek kelengkapan administrasi bidang tanah
dan bangunan), dan dari 522 bidang ter-verifikasi, baru 219 bidang yang
sudah dilakukan penggantiannya oleh PT Minara, sebuah PT yang ditunjuk
PT Lapindo untuk keperluan ganti rugi. PT Lapindo Brantas tak mampu
melakukan urusan ganti rugi ini. Melihat skalanya yang begitu luas,  di
mana enam desa telah tenggelam dan mengorbankan 10.800 keluarga, kami
sependapat bahwa ini adalah bencana alam, dan sebuah bencana alam tentu
menuntut Pemerintah untuk menanganinya secara serius, apalagi di
lapangan kami melihat bahwa PT Lapindo tak mampu menyelesaikannya" ,
begitu  dikatakan ketua rapat dari DPD-RI. "Juga, kami melihat bahwa
TimNas bentukan Pemerintah telah gagal dalam menangani LUSI", begitu
ditambahkannya. Di Sidoarjo, Pansus LUSI DPD-RI juga bertemu dengan BPLS
(Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo), yang menurut kesimpulan Pansus
belum jelas program-program penanggulangan yang akan dilakukannya.

         

        Untuk itu, Pansus LUSI DPD-RI memutuskan membuka kembali kasus
LUSI sejak awal, yaitu sejak hari-hari pertama mulai terjadinya bencana.
IAGI, yang diyakini DPD-RI adalah organisasi yang paling mengetahui
duduk perkara bawah permukaan LUSI, kemudian dibidik untuk memberikan
keterangan. Pak Luthfi membuka keterangan IAGI dengan mengatakan bahwa
IAGI mendapatkan kehormatan yang tinggi diundang untuk memberikan
keterangan sebab inilah kali pertama IAGI secara resmi dimintai
keterangan oleh badan legislatif negeri ini. Sangat lucu sebenarnya,
mengapa IAGI selama ini tidak diprioritaskan untuk dimintai keterangan,
dan baru dimintai keterangan setelah bencana berlangsung hampir 13
bulan. Dan, Pemerintah kelihatan sangat ragu untuk meminta keterangan
resmi dari IAGI seputar kasus LUSI. Pemerintah (Pusat dan Daerah) lebih
memilih mengakomodasi keterangan-keterangan dari pihak lain di luar IAGI
bahkan "paranormal" sekalipun. Kalau saja IAGI sudah diakomodasi dari
awal, barangkali penanganan LUSI tidak perlu berlarur-larut, trial and
error dengan berbagai metode yang sudah menghabiskan biaya puluhan juta
US dollar, dll. Semuanya bermula dari bawah permukaan sebab kasus LUSI
adalah kasus bawah permukaan, maka sangat lucu dan percuma kalau
mengatasi LUSI tidak mengindahkan kondisi-kondisi bawah permukaaan.
Begitu pembukaan dari Pak Luthfi. Pak Luthfi pun mengakui bahwa ada
perbedaan pendapat seputar kasus penyebab LUSI. Ada yang bilang :
"underground blow out", "mud volcano eruption yang dipicu gejala
tektonik" dan "fenomena geothermal". Sampai sekarang pun perbedaan
pendapat masih terjadi.

         

        Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan detail Pak Edy
Sunardi tentang hasil studi geologi dan geofisika soal LUSI. Presentasi
ini pernah disampaikan di beberapa kesempatan, tetapi diperbaharui
dengan data terakhir yang berhasil dikumpulkan. Seperti yang disampaikan
dalam beberapa publikasi di media massa dan forum-forum seminar LUSI,
kesimpulan resmi tim LUSI IAGi yang beranggotakan : Dr. Edy Sunardi
(geologist), Dr. Syamsu Alam (geophysicist), Dr. Agus Guntoro
(structural geologist), Dr. Arief Rachmansyah (geologist), Arief Budiman
(operation geologist), Soffian Hadi (geologist), dan Mipi Ananta Kusuma
(geodetic engineer) adalah tetap sama, yaitu : (1) semburan LUSI hampir
tidak bisa dimatikan dan akan berlangsung dalam waktu relatif lama ,
bila bisa dimatikan di tempat semburan sekarang akan muncul di tempat
lain sekitarnya, (2) lumpur agar dialirkan ke laut daripada ditanggul
sebab lumpur ini bukan limbah bukan barang berbahaya berdasarkan
analisis kimiawi, (3) agar dilakukan re-lokasi penduduk secara permanen.
Apa penyebab LUSI : erupsi gununglumpur akibat gerak tektonik dan dapat
berhubungan dengan gejala geothermal dari kompleks gunungapi
Anjasmoro-Welirang-Arjuno di sebelah selatan Sidoarjo. Tentu jalannya
panjang untuk sampai ke kesimpulan ini, dan telah banyak sekali diskusi
tentang ini. Saya tahu bahwa ada  kelompok anggota IAGI yang  tidak
sependapat tentang penyebab bencana ini seperti kesimpulan tim LUSI IAGI
- tetapi inilah kesimpulan tim resmi IAGI untuk kasus LUSI. Presentasi
Pak Edy juga memuat usulan cara membuang lumpur ke laut, yaitu
menggunakan usulan BPPT yang disebut "Slufter Porong". Dengan sistem
ini, akan dapat ditampung sebanyak 41.5 juta m3 lumpur dalam waktu 15.5
tahun menggunakan beberapa asumsi. Sistem ini nantinya akan membentuk
delta Porong seluas sekitar 2500 ha sampai kedalaman laut 2 meter.

         

        Pada sesi pertanyaan, para anggota DPD-RI bertanya hal2 yang
dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan2 : (1) mengapa selama ini
Pemerintah tak mau mendengarkan IAGI padahal IAGI lah yang paling
mengetahui soal bawah permukaan kasus LUSI, (2) apakah LUSI ini bencana
alam atau bencana buatan manusia, (3) bagaimana hubungan gempa di Yogya
27 Mei 2008 dengan semburan LUSI yang dimulai 29 Mei 2006, (4) bagaimana
peluang bahwa PT Lapindo/Minara akan menguasai tanah negara yang kaya
minyak sebab merekalah yang selama ini dimintai Pemerintah mengganti
rugi kepada masyarakat, kelak bila kasus LUSI telah selesai dan
eksplorasi migas positif, maka daerah tidak akan mendapatkan sedikit pun
bagian migas sebab tanahnya telah menjadi hak milik PT Lapindo/Minara,
(5) Bagaimana mendapatkan kesepakatan para ahli tentang penyebab kasus
LUSI, (6) apakah memang semburan LUSI tidak bisa dihentikan. Pertanyaan2
dapat dijawab dengan baik oleh perwakilan IAGI yang hadir di rapat.

         

        Rapat ditutup oleh SetJen DPD-MPR RI dengan kesimpulan bahwa
DPD-RI puas dengan penjelasan teknis IAGI atas kasus LUSI dan akan
meneruskannya ke pihak2 terkait di lembaga legislatif maupun eksekutif
(Pemerintah).

         

        Demikian yang bisa saya sampaikan untuk info rekan2 IAGI netter
. 

         

        Salam,

        awang

         

         

Kirim email ke