Wah,penjualan fosil memang sungguh-sungguh terjadi di Sangiran, juga di 
tetangga kampung saya di kawasan perbukitan Patiayam, Kudus. Kayaknya memang 
pemerintah belum fokus untuk pengelolaan dan penataan hal seperti ini, baik 
untuk kepentingan pendidikan atau aset wisata budaya. Sekalipun jauh dari sisi 
ekonomi yang gemerlapan, sebetulnya perlindungan, pencagaran, kemudian dikelola 
untuk pendidikan dan kepariwisata, bisa juga mendatangkan potensi ekonomi 
masyarakat lokal secara benar dan legal. 

Pak Zaim, kemarin saya mampir ke Patiayam, menjumpai warga setempat yang pernah 
bekerja dengan bapak, dan mengeluhkan, kenapa koq tidak segera direalisasikan 
bentuk-bentuk kegiatan yang produktif terhadap keberadaan cagar budaya di 
Patiayam. Wah..., eman buanget..., fosil-fosil asal ditumpuk dan dijejer di 
rumah penduduk. Coba kalau ada niat untuk dijual,karena yang datang di situ 
juga ada orang bule.

Bupati Kudus, juga tidak begitu peduli, karena lagi semangatnya kampanye ingin 
jadi Gubernur jawa tengah. Saya mau sowan ke beliau atau mampir ke dinas 
pariwisata..., yoo wegah............ Sekalipun ada kawan geologist yang ada di 
pemda Kudus. 
Saya yakin pak Zaim, dulu sudah ada ide ke arah sana, cuman gak direalisasikan 
oleh pemerintah. mungkin itu kaleee...
Nah, kalau gak ada niat baik dari pemerintah, masyarakat lokal...yaa..rame-rame 
jualan fosil demi kepentingan kebutuhan hidupnya. blaikkk...

salam
agus

mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]> wrote: umur 1,7 juta tahun lalu? apa nggak 
salah? holosen alias recent alias
dimana wilayah antropologi bekerja, setahu saya hanya setua 10.000
(sepuluh ribu) tahun lalu.

mungkin pak awang, pak zaim, dkk lainnya dapat memberikan info yg lebih akurat.

salam,
syaiful

On 6/12/07, Raharja, Sulastama  wrote:
> Tuesday, 12 June 2007, Jawa Tengah
> PENCANANGAN DESA WISATA PURBA DI KARANGANYAR; Penjualan Fosil Purba
> Masih Marak
>
> KARANGANYAR (KR) - Penjualan fosil secara ilegal terutama yang berasal
> dari situs Dayu, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten
> Karanganyar, yang belakangan ini semakin marak, diminta untuk segera
> dihentikan. Praktik penjualan fosil di situs purbakala oleh peduduk
> setempat selain merugikan juga akan mengurangi kekayaan benda-benda
> budaya yang dilindungi negara.
>
>  "Warga Dayu harus menghentikan penjualan fosil. Penjualan fosil hanya
> akan memberikan keuntungan sesaat, dibanding kerugian besar karena anak
> cucu kita tidak akan lagi bisa melihat peninggalan purbakala," ujar
> Bupati Karanganyar Hj Rina Iriani kepada KR di sela pencanangan 'Desa
> Wisata Purba' di Dusun/Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Sabtu (9/6).
> Meski untuk menyadarkan masyarakat agar menghentikan penjualan fosil
> tidak mudah, namun Rina optimistis praktik penjualan itu akan terhenti
> seiring dicanangkannya desa wisata purba.
>
> Apalagi, di kawasan Dayu yang berbatasan langsung dengan situs Sangiran
> Sragen ini direncanakan akan dibangun sebuah museum purbakala sebagai
> penunjang wisata purba. Bahkan Rina menjanjikan pembangunan museum akan
> terealisasi pada tahun depan dengan dana bantuan dari pusat Rp 4,4
> miliar.
>
> Pada kesempatan pencanangan desa wisata purba ini, Bupati Rina melihat
> secara langsung artefak sejarah purbakala yang ditemukan beberapa waktu
> lalu. Beberapa artefak yang masih tersimpan di antaranya peralatan
> bertani serta alat berburu yang diperkirakan berumur 1,7 juta tahun
> lalu. Tempat penyimpanan tersebut hanya ditutup dengan seng yang berada
> di pinggir sungai desa setempat.
>
> Diungkapkan, fosil-fosil yang ditemukan penduduk setempat beberapa waktu
> lalu memang kelihatannya hanya benda sepele, namun sebenarnya memiliki
> nilai sejarah yang tinggi. Pendirian museum purbakala di Desa Dayu
> sendiri dinilai tepat dan bisa dijadikan objek wisata mengingat secara
> geografis berdekatan dengan Museum Sangiran yang berada di Desa
> Sangiran, Kecamatan Kalijambe, Sragen.
>
> Menyusul segera didirikannya museum purbakala itu, Bupati Rina berharap
> fosil-fosil yang telah dijual dapat ditarik kembali dan nantinya dapat
> dijadikan satu disimpan di museum. Benda-benda purbakala itu kemudian
> diregritasi mengingat fosil itu memiliki nilai budaya. "Museum purbakala
> itu jumlahnya sangat sedikit di dunia. Yang ada hanya di Afrika dan
> Indonesia. Di Indonesia pun hanya di Sangiran, dan rencananya di Desa
> Dayu ini," katanya.
>
> Masih Marak
>
> Sementara menurut Mustakim, salah seorang tokoh masyarakat setempat,
> praktik penjualan fosil oleh penduduk sampai saat ini masih marak.
> Biasanya yang terjadi, pembeli atau semacam tengkulak mendatangi
> penduduk yang menemukan fosil. Harga jual fosil itu sendiri cukup
> variatif dari Rp 200 ribu hingga Rp 5 juta, tergantung besar kecilnya
> jenis fosil yang ditemukan.
>
> Untuk rahang gajah yang diperkirakan berumur ratusan juta tahun,
> baru-baru ini, telah dijual warga senilai Rp 5 juta. Tapi, menurut salah
> satu warga lain yang keberatan disebut namanya, jika fosil dibeli
> pembeli dari luar negeri, harganya bisa lebih mahal lagi. Bahkan ada
> yang pernah menjual sampai Rp 20 juta.
>
> Mengingat pentingnya benda-benda cagar budaya tersebut, Pemkab
> Karanganyar diminta untuk benar-benar serius melindungi. Meski sudah ada
> UU Nomor 5 Tahun 1993 tentang Cagar Budaya, Mustakim berharap ada aturan
> khusus dari pemerintah kabupaten setempat seperti peraturan daerah
> (Perda) untuk melindungi fosil dari Desa Dayu agar tidak dijual seenanya
> sendiri. (M-1/Ths)-g.
>
> http://www.kr.co.id/article.php?sid=126730
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> Hot News!!!
> CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
> Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
> 29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
> Bali Convention Center, 13-16 November 2007
> ----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
>


-- 
Mohammad Syaiful - Explorationist
Mobile: 62-812-9372808
Email: [EMAIL PROTECTED]

Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)
Head Office:
Jl. Tebet Barat Dalam III No.2-B Jakarta 12810 Indonesia
Phone: 62-21-8356276 Fax: 62-21-83784140
Email: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]

----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------



       
---------------------------------
Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.

Kirim email ke