Abah,

 

Kemungkinan ada saja, tetapi yang kemungkinan besar adalah untuk lapisan
silisiklastik < 6000 ft depth. Tak ada cuttings gamping yang naik dari
wilayah total loss (kalau diasumsikan bahwa total loss di wilayah
gamping), maka kita tidak akan tahu apakah gamping itu Kujung atau
bukan. Berdasarkan data korelasi dengan Porong dan data semua
Oligo-Miosen carbonates di Jawa Timur, saya tak yakin kalau gamping di
TD BJP-1 (kalau memang gamping) adalah Kujung. Argumentasinya di bawah
ini, yang saya posting di IAGI-net tanggal 28 Juni y.l. untuk menjawab
pertanyaan Pak Rovicky.

 

Salam,

awang

 

Pak Rovicky,

 

Walaupun banyak kisah sedih, air mata, geram, amarah, perdebatan,
perpecahan, dll. soal bencana LUSI yang mungkin berkaitan dengan BJP-1
ini (atau BPJ-1 ? - pokoknya Banjar Panji-1 lah..), BJP-1 membuka banyak
hal baru tentang pemahaman geologi Jawa Timur. Nanti kalau ada waktu
kita urai satu-satu apa implikasi geologinya.

 

Model karbonat Kujung yang pernah saya buat untuk Jawa Timur tidak
berubah, hanya sedikit ada modifikasi. BD trend tetap memanjang ke
Porong bahkan ke BJP. Sebab, itu adalah trend basement ridge atau
offshore isolated platform (vs land-attached platform di wilayah
Petronas-NEM 4, Anadarko-NEM 3, COPI Ketapang-Kodeco West Madura).
Hanya, reefs yang tumbuh di ridge ini bisa macam-macam, bisa reef
Kujung, bisa reef Ngimbang (gak banyak sebab koral tak dominan di
Eosen), bisa reef Wonosari. Jadi, bukan hanya Kujung I saja (seperti
yang saya modelkan - ini pengetahuan dari BJP).

 

Seismic interpretation Porong to BJP baik yang diajukan oleh Lapindo
saat pengusulan sumur dulu, maupun yang muncul di paper Arse Kusumastuti
dan para pembimbingnya di AAPG Bull 2002, atau di blog-nya Pak Rovicky
dulu masih berekspektasi bahwa sekuen Porong dan BJP bersamaan, hanya
Porong tumbuh stage lebih tinggi daripada BJP. Ini wajar sebab
pengetahuan regional kita untuk semua reefs isolated platform di Jawa
Timur memang begitu karena ridge-nya miring ke BD, sehingga akan terjadi
backstepping ke TL dan reef paling tinggi akan di timur laut dan reef
paling rendah stage-nya alias yang paling low relief akan di sisi BD.
Itu kalau semuanya Kujung I, bagaimana kalau yang duduk di situ ekivalen
Wonosari ? Belum pernah kita definisikan..

 

Apakah gamping di cutting 9283 ft di BJP ekivalen dengan gamping yang
ditembus Porong-1 ? Pertanyaan bagus, tetapi saya belum tahu jawabannya.
Mestinya Pak Adi Kadar, biostratigrapher dari Lapindo tahu ini, silakan
Pak Adi kalau ada datanya. Hanya, saya gak yakin kalau umurnya akan
determined, biasanya in-determinate kalau berdasar paleontology. Dulu
SWC gamping di Porong pernah diperiksa paleontologinya, tetapi tak ada
age-diagnostic fossils yang ditemukan. Ada long-ranging nannofossils,
coralline red algae, coral fragments, dan traces encrusting foram,
tetapi umurnya tak meyakinkan.

 

Hanya, kelebihannya, isotop Strontium pernah dilakukan untuk SWC
Porong-1 pada red algal fragment di kedalaman 8487 ft. hasil 87Sr/86
Sr-nya menghasilkan rasio 0.708548 yang kalau dikonversikan ke umur
absolute menjadi 16 Ma berdasarkan kurva isotop Sr dari Koepnick et al.
(1985). Sebuah SWC di shales di atas gamping Porong (Kalibeng) pada
kedalaman 8478 ft menghasilkan umur isotop 3 Ma. Nah...loncat 13 juta
tahun (!) -menarik sekali.

 

Apakah gamping Porong berumur 16 Ma itu Kujung-I yang ekivalen dengan
Kujung-I lain di Jawa Timur yang produktif itu ? Bukan. Saya punya
stratigrafi Jawa Timur terbaru yang sudah menggunakan umur standar
absolute berdasarkan 87Sr/86Sr and micropaleontology age dating.
Beberapa tahun belakangan ini hampir semua operator di Jawa Timur
melakukan Sr dating, ini sangat membantu pemahaman stratigrafi Jawa
Timur yang memang kompleks. Kujung I paling muda yang produktif di Jawa
Timur berumur 22 Ma (itu sedikit masuk ke lowermost Aquitanian). Gamping
Porong 6 juta tahun lebih muda dari gamping Kujung I. Ia sedikit lebih
muda dari gamping Mudi di lapangan Mudi dan Sukowati. Maka, kita tak
bisa lagi menyebutnya Kujung, juga bukan Mudi. Saya cenderung
menyebutnya ekivalen Jonggrangan (Kulon Progo) atau Wonosari reef bagian
bawah di Peg Kidul saja sebab ini adalah reef2 yang muncul di selatan
Kendeng. 

 

Kalau ada data strontium isotop untuk cutting 9283 ft di sumur BJP maka
akan sangat membantu pemahaman ini. 

 

Salam,

awang

 

-----Original Message-----

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Thursday, June 28, 2007 3:45 C++

To: iagi-net@iagi.or.id

Subject: [iagi-net-l] Porong Limestone

 

Aku ganti judulnya supaya berkesan lebih tehnis.

 

Pak Awang apakah batugamping (yg masih hanya berdasar dari cutting

BPJ-1 ini) ekivalen dengan batugamping yang ditembus oleh sumur

Porong-1 ? Sewaktu seminar di BPPT yg ditunjukkan wektu itu, saya rasa
dari seismic yang diinterpretasi dari Porong-1 Ke BPJ-1, sepertinya satu
tubuh gamping besar. cmiiw.

 

Kalau kedua sumur itu tidak menembus tubuh batugamping yang identik,
apakah BD trend tidak memanjang hingga Porong ?

Jadi model Kujung yang Pak Awang pernah buat dahulu itu apakah berubah ?

 

Salam

RDP

 

 

 

 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, July 05, 2007 9:58 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] produktivitas Formasi Kujung

 

>> 
> Masalah kedua adalah semburan lumpur panas sebesar itu kemungkinan
besar 
> bukan dari lapisan gamping di TD BJP-1, tetapi dari sekuen
silisiklastik 
> di kedalaman sekitar 6000 ft atau di atasnya. Kontribusi dari lapisan 
> bawah gamping itu ada, tetapi minimal saja. 

   Awang.

    ..............kemungkinan besar ..............

Jadi artinya ada kemungkinan bahwa "influx" itu berasal "JUGA"  dari
"KUJUNG".
 
Mengutip apa yang Anda katakan " yang populer belu tentu benar dan yang
tidk populer belum tentu salah " , maka kemungkia ini tetap ada.
Saya tahu Pak RPK adalah salah satu yang berpendapat seperti ini.

Atau dengan kata lain apakah data dat yang ada saat ini sama sekali tidk
mendukung bahwa limstone yang sudah tertembus buka Kujung ?

Wassalam 

si Abah

_____________________________________________________________________
> 
> Dengan dua masalah di atas, maka tak valid membandingkan produktivitas

> Kujung di Jawa Timur dengan kasus semburan lumpur LUSI. 
> 
>

Kirim email ke