Masih terngiang dalam memori lemah saya, saya pernah ikut kuliah khusus Pak 
Sampurno, 

yang membahas  bencana Geologi (Banjir Bandang?) yang membahas keruntuhan 
Majapahit 

dari segi kebencanaannya. Kalau gak salah ada analisa beliau, tentang ketebalan 
lumpur yang

menutupi situs-situs di sekitar Trowulan, dikaitkan dengan seberapa tinggi muka 
banjir.

Bolehkah saya mendapatkan tulisan Pak Awang terkait dengan Majapahit?

 

Agus Sutoto

 

________________________________

From: Prasiddha Hestu Narendra [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, July 20, 2007 10:46 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Balasan: RE: [iagi-net-l] OOT "Saya Terbakar Amarah 
Sendirian" !

 

sedikit bocoran............

di JCB2007 ada dua presenter yg membahas sejarah, bahasanya pun disajikan dgn 
cukup enak alias mak nyusssss.....

yaitu :

 

- drs. Jan Van der Horst (dari Belanda, tapi fasih Indonesianya), THE TRADE 
ROUTE INDIA-CHINA V.V. OR THE RISE AND FALL OF THE SRIWIJAYA KINGDOM

 

nah satu lagi pasti banyak yg kenal yaitu

- Awang Harun Satyana, Bencana Geologi dalam "Sandhyâkâla" Jenggala dan 
Majapahit : Analisis Erupsi Gunung Lumpur Historis Berdasarkan Babad Pararaton, 
Folklor Timun Mas, Analogi Erupsi LUSI, dan Kondisi Geologi Delta Brantas

seperti apa ceritanya.......tunggu dulu di JCB2007

 

oh ya ADB itu seneng baca buku Gajahmada karena lagi menelusuri siapa 
sebanarnya nenek moyangnya, beliaunya kan dari Malang mestinya keturunan Ken 
Arok, lha tapi dari studi geologi lebih deket ke Gajahmada, perhatikan saja 
wajahnya yg mirip Gajahmada............apalagi pas rambutnya masih panjang 
dikuncir...pas sekali......

 

 


Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

        Abah,

         

        Dua bulan lalu saya bertemu dengan Langit Kresna Hariyadi, penulis 
kelima roman sejarah Gajah Mada itu, kebetulan Pak Langit diundang oleh Tiga 
Serangkai dan IKAPI untuk membedah buku-buku yang ditulisnya. Kelihatannya ini 
roman sejarah paling tebal yang pernah ditulis. Di samping Pak Langit duduk Pak 
Luluk Sumiarso (DirJen Migas) yang rupanya penggemar berat karya2 tersebut. Pak 
Langit mengemukakan banyak hal2 baru yang "keluar" dari sejarah Majapahit yang 
kita kenal selama ini. 

         

        Kalau rekan2 mau berkumpul membahas buku2 Gajah Mada ini, saya 
mengusulkan Pak Andang Bachtiar (he2..) untuk nara sumbernya, kelihatannya ke 
mana-mana, sampai ke Perth pun buku ini dibawanya (sudah sampai jilid ke berapa 
nih Pak membacanya ? - hati-hati kalau membaca pas jilid "Perang Bubat" - 
banyak kontroversinya). 

         

        Kalau dalam bidang sejarah, Prof Slametmuljana-lah yang paling banyak 
meneliti Majapahit ini, dan kini buku-bukunya (yang dulu zaman awal OrBa sempat 
dilarang beberapa di antaranya) bisa dibaca lagi, untung ada sebuah penerbit 
kecil di Yogya yang menerbitkan dan mencetak lagi semua buku Slametmuljana. 
Sejarah baik dan buruk mestinya tak boleh ditutup-tutupi, apalagi dimanipulasi 
lalu diajarkan ke anak2 sekolah.  Hampir seluruh karier profesional 
Slametmuljana adalah untuk Majapahit. Kalau saya ulas di sini tentang bukunya 
yang berhubungan dengan masuknya Islam ke Indonesia dan Jawa, tentang Wali-Wali 
Sanga, dan tentang runtuhnya Majapahit mungkin akan segera menyulut banyak 
pendapat pro dan kontra seperti buku2nya Pram.  

         

        Salam,

        awang

         

        From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
        Sent: Friday, July 20, 2007 9:09 C++
        To: iagi-net@iagi.or.id
        Subject: RE: [iagi-net-l] OOT "Saya Terbakar Amarah Sendirian" !

         

        > Iman dan rekan rekan
        
        Jangan hanya komentar dong , apa pendapat Anda ?
        Ngomong ngomong , mungkin IAGI atau pencinta buku IAGI bisa bikin Club 
yang mencoba berdiskusi dan membahas /membongkar isi buku.
        Ndak usah terlalu ilmiah lah , apa yang kita rasakan setelah membaca 
buku kita "share". 
        Ya juga ndak usah Luxurious lah.
        Bagaimana kalau buku Gajah Mada (yang lima jilid) jadi pilot project. 
Atau buku-nya ML,Pram .
        
        Ya , tempatnya sih di Set IAGI , tinggal daftar  (supaya konsumsi bisa 
pas , ya yang sederhana umpama gorengan kopi /teh panas).Waktu diluar jam 
kantor.
        
        Hayo yuk.
        
        Si-Abah.
        
        ______________________________________________________________________
        
        
        
            Wah, makin banyak "sejarahwan2" dari G&G ....... Enak dibaca tutur 
        > bahasanya dan mudah dicerna, banyak yang sedikit "puitis" lagi. 
Kapan2 
        > mestinya ada lomba penulisan sejarah geologi modern tapi dikemas 
dengan 
        > bahasa bebas seperti ini ?? Misal dalam acara Annual Convention-nya 
IAGI 
        > ? 
        > 
        > 
        > 
        > Just a comment. 
        > 
        > 
        > 
        > Thanks. Iman 
        > 
        > 
        > 
        > ________________________________ 
        > 
        > 
        From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
        > Sent: Friday, July 20, 2007 3:57 AM 
        > To: iagi-net@iagi.or.id 
        > Subject: Re: [iagi-net-l] OOT "Saya Terbakar Amarah Sendirian" ! 
        > 
        > 
        > 
        > Bagaimanapun sebagai humanis Muchtar Lubis tentunya tak terima 
kekejaman 
        > PKI semasa 1948 dan 1965, ingat bahwa pembantaian yang sadis telah 
        > dilakukan oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) yang berideologi 
marxisme 
        > dalam Affair Madiun atau Peristiwa Madiun (Pemberontakan PKI di 
Madiun, 
        > 18 September 1948 pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin). Dimana 
peristiwa 
        > Madiun menunjukkan tentang hilangnya kemanusiaan berganti dengan 
        > kesadisan. dokumentasi di kantor berita foto, Ipphos, menunjukkan 
        > tentang foto genangan darah ulama yang disembelihi PKI (Partai 
Komunis 
        > Indonesia) dalam Affair Madiun atau Peristiwa Madiun 18 Sepetember 
1948. 
        > Foto genangan darah ulama itu menunjukkan setebal bercenti-centi 
meter 
        > saking banyaknya ulama yang disembelihi PKI. Di Kampung Gorang Gareng 
        > Madiun saja, ada seratusan lebih ulama beserta keluarganya yang 
dibantai 
        > PKI pimpinan Muso dan Amir Sjarifuddin. 
        > 
        > Memang terjadi pergerakan massal untuk membalikkan fakta saat ini, 
bahwa 
        > komunis lah sebenarnya yg paling humanis, dan paling menderita akibat 
        > politik penguasa, menurut saya Pak Agus manusia-manusia yg melupakan 
        > kekejaman PKI dan komunis lainnya didunia lain seperti kehilangan 
hati 
        > nuraninya.Hal yg sebenarnya ingin diungkap habis oleh Muchtar Lubis 
        > "bagaimana Pram (bagian dari ) politik kelam dunia komunis Indonesia 
        > harus mendapatkan penghargaan Budaya seperti yang dia dapatkan", ada 
        > perasaan jijik mungkin yg dirasakan oleh Pak Muchtar Lubis 
disejajarkan 
        > dengan Pram, sehingga begitu kuatnya prinsipnya untuk mengembalikan 
        > penghargaan Magsasay. Saya pikir Muchtar Lubis mendahulukan sikap 
empati 
        > humanisnya dalan case ini terlepas apapun ideologi Pram. 
        > 
        > KH Yusuf Hasyim, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa 
        > Timur, secara tepat mengimbangi "akal- akalan" pembalikan opini 
mengenai 
        > kejahatan PKI. Pada akhir 2001, ia memprakarsai Pameran Foto 
Kekejaman 
        > Komunis 1948 dan 1965, juga di berbagai negara komunis di dunia. 
Pameran 
        > digelar kembali di Gedung KNPI Kuningan, Jakarta. Foto-foto 
dokumentasi 
        > langka kekejaman PKI di Madiun terpampang, di mana puluhan kiai 
        > dicemplungkan ke sumur tua. Satu dua kiai yang selamat dihadirkan 
untuk 
        > memberi kesaksian. Kekejaman komunis di Kamboja pun digelar, di mana 
        > rezim Pol Pot membantai lebih dari dua juta warga Kamboja yang lalu 
        > dikenal sebagai The Killing Field. Di mozambique, satu juta orang 
tewas 
        > akibat kekejaman Party komunis dalam civil war. Fakta kekejaman 
komunis 
        > ini sulit dimanipulasi begitu saja. 
        > Bukankah sejarah menunjukkan bahwa ajaran komunislah yang senantiasa 
        > menciptakan konflik horizontal dan vertikal yang mengakibatkan 
        > pembantaian ummat manusia?, lantas kenapa "anda" mau balik jadi 
        > komunis?. 
        > 
        > 
        > 
        > On 7/19/07, Agus Sutoto (BWM) < [EMAIL PROTECTED] 
        > <mailto:[EMAIL PROTECTED]> > wrote: 
        > 
        > Yth. pak Awang dan teman-teman semua, 
        > 
        > Mohon maaf saya ikut nimbrung nih, tampaknya kita harus berhati-hati 
        > memasuki wilayah wacana ini, dengan lebih peka/sensitif lagi, apalagi 
        > untuk wilayah publik yang lebih luas lagi. Apapun respek, penghargaan 
        > kita terhadap seseorang, tentunya tidak menghalangi kita untuk tidak 
        > kritis. Walaupun tampaknya wacana ini hanya menyentuh wilayah sastra 
        > ataupun budaya, tapi tampak nuansa politisnya sangat kental. Seperti 
        > lazimnya ranah politik, fakta dan data sering tertutupi kepentingan 
        > golongan atupun komunitas tertentu. 
        > 
        > Saya cuma ingin berusaha menyeimbangkan wacana ini dengan wacana yang 
        > berseberangan, yang walaupun referensinya sementara ini hanya 
        > berdasarkan ingatan semata (tetapi bisa dilacak, dan diyakini 
faktanya). 
        > Benar, seperti Uni Yuriza Noor kemukakan tentang Mochtar Lubis, 
bahkan 
        > beliau merupakan lawan polemik yang sangat tangguh. Kedua-duanya 
        > sama-sama pernah merasakan 'penindasan' rezim yang pernah berkuasa, 
        > bahkan Mochtar, lebih 'lama' masa penindasannya, yaitu pada masa orde 
        > lama dan baru, sedangkan Pram hanya pada orde baru saja (walaupun 
masa 
        > pengasingan Pram di P. Buru lebih lama). Mokhtar dua kali mengalami 
        > pembreidelan,(kasus Manikebu dan harian Indonesia Raya), sedangkan 
Pram 
        > hanya pada masa orde baru saja. Dari sini saja tampak bahwa Mochtar 
        > lebih universal perjuangannya terhadap totaliterisme, KKN, 
penghianatan 
        > terhadap demokrasi dll. Sedangkan Pram 'membisu seribu basa' kalau 
        > tidak dapat dikatakan 'membonceng' arus kepentingan orde lama, vis a 
        > vis, kaum Marxis atau lebih dikenal sebagai diktator proletariat. 
        > Dalam hal ini tampaknya Pram lebih beruntung karena trend wacana 
global 
        > kiwari kaum humanis lebih memihak kepadanya (Post-Marxist?), 
sedangkan 
        > tipikal humanismenya Mochtar kurang diminati, terkaburi oleh euphoria 
        > 'post-marxist' ini. Dapat dikatakan juga, Pram lebih piawai mengemas 
        > tema, teknik narasi, bahkan lebih kaya penguasaan wacana 
socio-historis, 
        > sehingga tampak lebih mengena pada trend pasar humanisme global. 
        > 
        > Selanjutnya tidak dapat dikatakan Pram sangat eksesif meperjuangkan 
        > kepentingan kaum tertindas. Sangat jelas fakta sejarah yang merekam, 
        > 'hiprokitnya' / ke diktatoran budaya' Pram dengan Lekranya, 
menghantam 
        > kelompok Mochtar dengan Manikebunya. Sedangkan Mochtar tidak pernah 
        > membonceng kekuasaan siapapun (baik orde lama, orde baru, orde 
        > silumanpun) untuk menindas lawan-lawan budaya atau ideologinya 
        > Hal inilah yang membuat Mochtar dan kawan-kawan eks Manikebunya, 
        > memprotes keras pemberian hadiah Magsaysay, beberapa belas tahun yang 
        > lalu kepada Pram. Saya kira protes Mochtar dkk. Bukan karena ideologi 
        > Pram, tapi lebih kepada ketidak konsistenan Pram dalam bersikap, yang 
        > terkesan pilih-pilih rezim, kritis pada suatu rezim, tapi tidak pada 
        > rezim lainnya. 
        > 
        > Saya juga kurang setuju pendapat bahwa Mochtar lebih lembut 
paparannya 
        > dibanding Pram. Justru Mochtar lebih keras mengkritik penguasa, 
bahkan 
        > bukan dalam bentuk sastra saja, malah langsung menyerang jantung 
politik 
        > kekuasaan pada masa Orba (dalam artikel-artikel jurnalistik), 
khususnya, 
        > sampai-sampai korannya dibreidel (termasuk tulisan-tulisannya yang 
        > mengkritik praktek-praktek KKN di Pertamina pada masa itu).Ingat pula 
        > bahwa Mochtar dapat dikatakan mewakili etnis Sumatra/Tapanuli yang 
        > dianggap lebih lugas. 
        > 
        > Ada lagi hal yang 'tidak dibela' oleh Pram (karena berlawanan 
        > kepentingan/ideologi?). Taufik Ismail - sastrawan yang sangat lembut 
dan 
        > halus (termasuk kelompok manikebu) dibandingkan dengan Pram maupun 
        > Mochtar - malahan pernah memaparkan fakta yang amat sangat mengerikan 
        > (saya mengikuti sendiri paparan Taufik, di Balikpapan, tahun 2001 
yang 
        > lalu, juga pernah dimuat di Tempo/Gatra? Tahun-tahun itu). Taufik 
        > kemukakan bahwa belum pernah dalam sejarah peradaban manusia ini 
suatu 
        > rezim ideologis yang membantai 100 JUTA MANUSIA secara kumulatif 
dalam 1 
        > 
        > ABAD (1900 - 2000), selain REZIM KOMUNIS DI SEANTERO DUNIA, dari 
Rusia, 
        > Cina, Eropa Timur, Kampuchia/Khmer, Kuba dll. (sayang sekali, 
tampaknya 
        > saya harus mencari-cari lagi tulisan Taufik, karena tertumpuk tidak 
        > keruan ketika menyelamatkan buku-buku dari amukan banjir Februari 
yang 
        > lalu). Wallahua'lam. Lebih kurangnya , mohon maaf. 
        > 
        > Agus Sutoto 
        > 
        > PS. : Uni Yuriza, sekali2 ambil cuti ke Jakarta, pada saat Book Fair 
        > (Maret, Juni, September, biasanya). Saya pernah dapet diskon buku 
        > gila-gilaan, hanya 40 ribuan - dari harga lebih dari 100 ribuan, 
setebal 
        >> 500 halaman. Judulnya Holy Blood, Holy Grail, lumayan baru, terbitan 
        > July 2006, suatu buku yang menginspirasi The Da Vinci Code yang 
        > legendaris itu. 
        > 
        > -----Original Message----- 
        > 
        From: Awang Harun Satyana [mailto: [EMAIL PROTECTED] 
        > <mailto:[EMAIL PROTECTED]> ] 
        > Sent: Thursday, July 19, 2007 3:25 PM 
        > To: iagi-net@iagi.or.id 
        > Subject: RE: [iagi-net-l] OOT "Saya Terbakar Amarah Sendirian" ! 
        > 
        > Sayangnya, mengapa Mochtar Lubis mesti mengembalikan penghargaan 
Raymond 
        > 
        > Magsaysay yang diterimanya saat Pram diganjar penghargaan tersebut 
tahun 
        > 1995 ? Protes karena seorang yang dicap marxist diganjar penghargaan 
? 
        > Ah, itu kan karena kisah lama perseteruan antara Mochtar Lubis dengan 
        > Pram tahun 1960-an. Asyik juga mengikuti karya sastra Mochtar Lubis, 
        > terutama "Harimau-Harimau !" 
        > 
        > Mbak Yuriza, jalan-jalannya jangan hanya ke Gramedia, ke Jakarta saja 
        > kalau sedang digelar pameran buku di Senayan, 3x setahun oleh IKAPI. 
        > Banyak sekali buku bagus, dari penerbit bagus dan sangat beragam, 
dengan 
        > harga discount yang besar lagi - one stop shopping ! Mei lalu saya 
dapat 
        > dua buku klasik kumpulan prosa dan puisi "Gema Tanah Air" dari H.B. 
        > Jassin - masih buku2 aslinya, sudah menguning, sisa di gudang Balai 
        > Pustaka - yakin tak akan ada dim ana pun selain di Balai Pustaka. 
        > 
        > Salam, 
        > awang 
        > 
        > -----Original Message----- 
        > 
        From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
        > Sent: Thursday, July 19, 2007 2:22 C++ 
        > To: iagi-net@iagi.or.id 
        > Cc: iagi-net@iagi.or.id 
        > Subject: Re: [iagi-net-l] OOT "Saya Terbakar Amarah Sendirian" ! 
        > 
        > Abah, 
        > 
        > Saya rasa tulisan tulisannya Mochtar Lubis juga cantik dan berat 
seperti 
        > Pram, dia pun juga seorang idealis yang mengusung pesan nasionalis. 
        > Sayang semenjak tergusurnya Indonesia Raya namanya kok hilang ya 
..... 
        > at 
        > least dari perhatian orang umum seperti saya ... 
        > Pram dikagumi oleh "pihak luar", tapi selain dia juga ada penulis 
        > penulis 
        > lain yang keren punya .... kenapa kita cuma menengok kearah Pram ?, 
        > karena 
        > "orang luar" menengok kedia?. 
        > Sayangnya kalau kita jalan jalan ke Gramed saat ini, nggak ada buku 
buku 
        > bernuansa seperti itu lagi, apakah jaman sudah berubah sehingga orang 
        > lebih 
        > global cara berpikirnya ?. 
        > 
        > y 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > [EMAIL PROTECTED] 
        > 
        > 
        > 
        > 07/19/2007 01:51 
        > To 
        > PM iagi-net@iagi.or.id 
        > 
        > 
        > cc 
        > 
        > 
        > Please respond to 
        > Subject 
        > < [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Re: 
        > [iagi-net-l] OOT "Saya 
        > Terbakar 
        > .id> Amarah Sendirian" ! 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > Awang 
        > 
        > Sedari saya kecil saya sudah mengagumi Amarhum , buku buku lama 
eperti 
        > Ceritera dari Blora , Keluarga Gerilya dsb saya baca berkali-kali. 
        > Buku yang baru sudah sedikit berubah , lebih romantis walaupun pesan 
        > pesannya mengeai penderitaan rakyat tertindas masih 
        > mengemuka dengan nyata . 
        > 
        > Apakah dia seorang marxist ? 
        > 
        > Menurut saya dia berfikiran atau menganut sikap / pemikiran seorang 
        > marxist 
        > walaupun dia tidak mengakui-nya.Coba saja baca dengan teliti pesan 
pesan 
        > dalam buku buku-nya. 
        > Tapi dia adalah mrxist nasionalist. 
        > Dia seorang nasionalist yang mendambakan bangsa Indonesia bisa makmur 
        > dan 
        > adil sejahtera , sebagimana diamanatkan dalam mukdimah Konstitusi 
kita. 
        > ==================sorry deleted to shorten 
mail========================= 
        > 
        > 
        > 
        > 
------------------------------------------------------------------------ 
        > ---- 
        > Hot News!!! 
        > CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to 
        > [EMAIL PROTECTED] 
        > Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 
        > 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, 
        > Bali Convention Center, 13-16 November 2007 
        > 
------------------------------------------------------------------------ 
        > ---- 
        > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id 
        > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id 
        > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id 
        > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: 
        > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta 
        > No. Rek: 123 0085005314 
        > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 
        > Bank BCA KCP. Manara Mulia 
        > No. Rekening: 255-1088580 
        > A/n: Shinta Damayanti 
        > IAGI-net Archive 1: 
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ 
        > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi 
        > --------------------------------------------------------------------- 
        > 
        > 
        > 
        > 
        > -- 
        > OK TAUFIK 
        > 
        > 

 

  

________________________________

Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers 
<http://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http:/id.answers.yahoo.com/> 

Kirim email ke