Awang
Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat Merayakan Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???) Tahun Baru 2008. Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di Sekolah Rakyat. Sebagai seorang anak kecil , waktu itu saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom hawk-nya , dan bagaimana mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak salah). Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan kesan bahwa Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan menjadi "liar dan kejam" karena-nya. Sungguh suatu maha karya dari seorang manusia . Yang juga tidak kurang meariknya adalah karangan Karl May "di-sudut2 Balkan" , terus terang saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou . Tetap kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan "seperti apa it Balkan". Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !!!!!! YNG JUGA SAYA INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH HASIL PINJAMAN DARI "PERPUSTAKAN RAKYAT" , yang berlokasi di > Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua > selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali > tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May > dalam liburan akhir tahun kemarin. > > Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal > Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka > membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. > > Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia > dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu > (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P & K di > Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan > seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. > Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi > anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan > Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan > Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, > Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, > trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. > > Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 > petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou > tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old > Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. > Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan > kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi > kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari > jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad > Hatta. > > Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 > petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 > yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan > Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. > > Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl > May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir > dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta > sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. > > Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam > kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. > Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang > tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya > imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat. > > Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu > diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja > keras tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga > terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di > otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, > disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari > mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. > > Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua > jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan > tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa > tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. > Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas > usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin 500 halaman > buku geografi agar ia bisa belajar dengan baik. Karl juga diajari > etnografi oleh ayahnya. Belakangan, geografi dan etnografi adalah warna2 > yang menonjol dalam kisah2 karangan Karl May. > > Pada umur enam tahun, Karl baru bisa melihat berkat operasi mata yang > dilakukan dua dokter bedah yang merasa kasihan kepada keluarga miskin > itu. Tetapi, karena kurang gizi sejak kecil, kaki Karl pun bengkok > terkena rakitis, dan dia lebih pendek daripada rata-rata orang Jerman, > Karl hanya punya tinggi badan 166 cm. Tetapi, semua kekurangan fisiknya > sungguh tak sebanding dengan daya imajinasi Karl yang luar biasa. > > Walaupun keluarga miskin, buku dihormati di keluarga itu. Karl menulis, > > “Di langit-langit rumah, di rak berlaci tua, ada buku-buku warisan > leluhur, baik yang religius maupun yang sekuler. Ketika malam tiba, > lampu kecil dinyalakan, sekeluarga berkumpul, salah satu dari mereka > membaca buku-buku itu, yang lain mendengar dengan takzim. Saat jeda, > mereka membahas apa yang baru didengarnya. Terkadang buku itu dibaca > lebih dari dua puluh kali, dan mereka tidak jemu juga. Ada saja bahan > baru untuk diperbincangkan” (dikutip dari Hoffman, K., 1988, Karl May : > Leben und Werk, Austellung in der Villa Shatterhand, Redebeul) > > Masa kecil yang penuh imajinasi, didikan keras ayahnya, dan humanisme > ibunya adalah tiga hal penting yang akan membawa kesuksesan luar biasa > untuk Karl kelak. Dari mana kepandaian mengarang Karl datang ? Dari > penjara (!) > > Setelah bersekolah dasar dan dilanjutkan sekolah guru, Karl putus > sekolah karena tak ada biaya, kemudian ia bekerja sebagai guru. Beberapa > tuduhan kejahatan ditimpakan kepadanya karena suatu kesalahan. Sejak itu > mulailah Karl menunjukkan kelainan jiwa. Ia mengalami perpecahan > kejiwaan, ia punya pribadi ganda atau lebih. Belakangan, penyakit > kejiwaannya ini disebut DID (dissosiative identity disorder). Ini > terjadi pada tahun 1865, saat Karl May berumur 23 tahun. Kekacauan > identitas ini membuat Karl May menyamar menjadi banyak hal : dokter mata > yang membuatkan resep dalam bahasa Latin, guru seminari, pengacara, > polisi, pencuri kuda, agen rahasia, karyawan, dan masih banyak lagi. > > Penyamarannya ini membuat Karl May menjadi pelarian dan telah > berkali-kali ia diganjar dengan hukuman penjara dari tahun 1865-1874. > Empat tahun terakhir di penjara (1870-1874), Karl mendapatkan pengobatan > yang efektif dari seorang pastor Katolik yang bertugas di penjara. > Pastor ini bahkan mengajari Karl mengarang sebagai salah satu > pengobatannya. Karl pun dipercaya sebagai penjaga perpustakaan penjara. > Karena usahanya yang keras, Karl semakin baik dalam mengarang, bahkan > sewaktu masih di penjara, Karl telah dipercaya menjadi seorang editor > untuk sebuah penerbitan di luar penjara. > > Setelah beberapa karangan awal yang dimuat di berbagai penerbitan, > mulailah Karl dengan karangan2 ber-genre baru, yaitu sebuah > “reiseerzahlungen” (kisah perjalananan atau lebih tepatnya kisah > petualangan). Ini terjadi pada tahun 1874/1875, pada saat itu di Amerika > tengah terjadi perlawanan orang Indian yang tanahnya diserobot orang > kulit putih bangsa pendatang. Teknik bercerita Karl May mengalir dan > memukau, para pembacanya terpukau membayangkan kisah petualangan yang > nyata sebagai kisah perjalanan apalagi Karl menggunakan narrator sebagai > “aku”, yang terlibat di dalam kisah2-nya. Tahun 1875, keluarlah tokoh > utama kisahnya : Winnetou sang kepala suku Apache, lalu rekan kulit > putihnya yang melawan bangsanya sendiri : Old Shatterhand (1879). > Demikianlah, Karl May yang buta dan miskin pada masa kanak-kanak, > berpenyakit rakitis, dan berkelainan jiwa pada masa mudanya, akhirnya > sampai tahun 1910 berhasil menulis 33 buku kisah2 petualangan dengan > tokoh2 Winnetou, Old > Shatterhand di Amerika dan Kara Ben Nemsi di Asia Kecil dan Eropa. > > Pada masa akhir hidupnya, Karl May sempat melakukan perjalanan selama > 1,5 tahun ke negara-negara yang suka disebutnya di buku2 kisah > petualangannya, termasuk ke Sumatera (Aceh dan Padang - lihat bukunya > “Dan Damai di Bumi”). Tetapi wilayah2 yang dijalani Old Shatterhand dan > Winnetou tak bisa dikunjunginya karena situasi keamanan yang tidak > mendukung. Karl May meninggal pada usia 70 tahun, tahun 1912. Selama > hidupnya, ia telah menulis sekitar 70 judul buku, hampir setengahnya > adalah kisah2 petualangan yang diterjemahkan ke dalam 39 bahasa, > termasuk bahasa Indonesia dan Sunda. Kisah2 petualangannya itulah yang > kakek/nenek, orang tua kita, dan kita pernah baca sejak zaman Belanda, > zaman kemerdekaan, sampai saat ini. > > Apa keistimewaan buku Karl May ? Pertama, ceritanya merupakan imajinasi > namun berdata faktual. Uniknya, data faktual itu belum pernah > dilihatnya. Cerita Winnetou berkisah tentang perang dan damai orang > Indian di gunung dan lembah Amerika, padahal Karl belum pernah ke > Amerika saat ia menulis bukunya, apalagi bertemu dengan orang Indian. > Namun, data geografi dan etnografi di buku2 Karl sangat akurat. > Keistimewaan keduanya, Karl mengarang mundur. Ia mulai menulis bab > penutup lalu mundur ke bab pembuka. Keistimewaan ketiga, ia menempatkan > dirinya sendiri dalam cerita, Old Shatterhand adalah personifikasi > dirinya. > > Tetapi, keistimewaan yang mendalam dalam buku2 Karl adalah > filsafat/teologinya. Ia menggambarkan manusia sebagai “Edelmensch”, > yaitu manusia yang berjiwa mulia (itulah yang dipidatokannya beberapa > hari sebelum ia meninggal). Buku2 Karl May adalah sebuah apologi > (pembelaan teologis) terhadap filsafat Nietsche yang mengajarkan bahwa > manusia adalah “Ubermensh”, yaitu manusia yang bernafsu unggul. Menurut > Karl May, kehebatan manusia justru terletak dalam kemauan untuk berdamai > dan bersahabat. Jiwa mulia itu tampak dalam diri Winnetou dan Old > Shatterhand yang selalu mencari damai dan memulihkan hubungan semua suku > Indian dan kulit putih. > > Begitulah Karl May, ada hal2 yang bisa dipelajari dari dirinya, juga > banyak hal yang bisa dipelajari dari kisah2nya yang selalu menarik > sepanjang zaman. Maka, tetap berharga membaca buku2nya. > > “Saya telah berbicara. Howgh !” > > Salam, > awang > > > --------------------------------- > Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! > Search.