Pak Suratman, guru saya sewaktu di PPT-Migas Cepu (1990), pernah menulis soal 
geologi yodium, khususnya yang di Jawa Timur, di Proceedings PIT IAGI. Edisi ke 
berapa, nanti saya cek lagi.

Saat ini 95 % kebutuhan yodium dunia dipasok oleh Chili, Amerika, Jepang yang 
mengekstraksi yodium dari "Chili salt", semacam halit sepertinya, di Indonesia 
sulit kelihatannya mendapatkan deposit semacam saltrock seperti Chili salt.

Yodium kan terdapat juga di air laut atau ganggang seperti yang Pak Bambang 
sebutkan. Kelihatannya dari asal itulah yang diekstraksi di PT Kimia Farma 
Watudakon, Mojokerto. Produksinya 100-120 ton/tahun, bisa memenuhi pasar 
domestik. Perusahaan tersebut memproduksi iodium dari bahan baku air sumur 
artesis yang digali hingga kedalaman 200 meter untuk sumur dangkal dan 700 
meter untuk sumur dalam. Kandungan ion iodida air sumur berkisar antara 60-130 
mg/L.

Menggenjot produksinya, kiranya bisa dilakukan dengan dua cara : intensifikasi 
dan ekstensifikasi (jadi ingat program peningkatan pangan/padi yang digulirkan 
oleh alm. Pak Suharto, presiden RI ke-2). Intensifikasi, ya membor sumur2 baru 
di sekitar Watudakon atau memperbaiki sumur2 tua yang sudah 200 tahun umurnya 
itu. Ekstensifikasi, ya mencari deposit yodium baru, sementara ini ikuti saja 
jalur Watudakon ke arah barat, masih sama kok geologinya. Ekstensifikasi ini 
terbukti di lapangan2 Cepu. Berdasarkan hasil survei dan penelitian yang 
dilakukan sebuah perusahaan sebenarnya sumur-sumur tersebut mempunyai cadangan 
deposit iodium yang potensial. Diantaranya adalah sumur minyak bumi Lapangan 
Ledok dan Nglobo, yang dikelola oleh Pertamina-Cepu, masing-masing mempunyai 
kapasitas air total sebesar 500 m3/hari dan 700 m3/hari serta mengandung iodida 
sebesar 60-170 mg/L.

Sampai saat ini limbah cair itu belum dimanfaatkan dan dibuang begitu saja ke 
sungai atau laut. Tidak ada perbedaan teknologi proses yang digunakan dalam 
produksi iodium dari air asosiasi minyak ini, kecuali penambahan 1 buah unit 
pre-treatment. Unit tersebut berperan memisahkan sisa-sisa partikel minyak dan 
dapat dilakukan pemisahan secara mekanis atau adsorbsi menggunakan batuan 
aluminosilikat-seperti kaolin, bentonit atau zeolit.

Pemanfaatan limbah air sumur minyak jelas banyak gunanya : mengurangi 
pencemaran, menghasilkan yodium, menghemat devisa negara untuk impor, dan jelas 
mengatasi penyakit2 GAKI (gangguan akibat kekurangan iodium).

Salam,
awang

-----Original Message-----
From: Bambang Satya Murti [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, January 27, 2008 11:45 C++
To: IAGI NET
Subject: [iagi-net-l] Yodium & mud diapirism

Sharing knowledge saja
Yodium merupakan salah satu komponen vital dalam kehidupan kita...cerita-nya 
bisa panjang ditinjau dari segi medis. Njenengan luka, hmm, perlu Iodine 
Providon ("Betadin"), dalam garam dapur, hmm, mencegah kretinisme 
("kerdil")...dst..dst..
Lha di Indonesia, yodium di ekstrak secara komersial di plant Watudakon, 
Jombang, dari deep water well yang memproduksi brine water dari formasi 
Pucangan - Kalibeng, dengan konsentrasi NaCl sekitar 20,000 ppm. Tinggi kan? 
Sementara, konsentrasi iodine-nya hanya sekitar 100 ppm.
Nah, yang menarik, aquifer dari kedua formasi tersebut di daerah Watudakon, 
berdasarkan core dan data biostrat yang pernah dilakukan, menunjukkan umur 
Plio-Pleistosen, dan besar kemungkinan diendapkan dalam lingkungan bathyal dan 
arus turbid.
Menjadi semakin menarik, karena dalam beberapa literatur, iodine merupakan 
hasil dekomposisi red algae, yang umumnya dijumpai dalam lingkungan laut 
dangkal yang beriklim hangat.
Sekarang, pertanyaannya, bagaimana asal-usul iodine di Watudakon tersebut? 
Jelas, "beliau"-nya bukan merupakan "mahluk" indigenous di aquifer-nya. 
Barangkali lateral migration dari facies lain di formasi yang setara? ATau 
justru migrate dari deepr & older formation, let's say, setara Ngimbang?
Barangkali ada yang pernah "utak-atik" mengenai hal tersebut? Rekan-rekan di 
Kaltim barangkali ada yang pernah melakukan extraksi atau analysis water 
content dari air yang ter produksi dan  melihat keberadaan unsur I tersebut? 
Adakah dia-nya "bersimbiose" dengan let's say, mud diapirism?

Salam,
Bambang




      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ

This email was Anti Virus checked by Administrator.
http://www.bpmigas.com



----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

---------------------------------------------------------------------

Reply via email to