Pak Herry,
Thanks sharing infonya. Dari penjelasan tsb, apakah bisa diartikan bahwa Dairi (Anjing Hitam) deposit/ prospect adalah kombinasi antara sedex dan MVT? Kadar Ag sendiri bagaimana ya kalau boleh tahu? Atau adakah published paper ttg Dairi? Salam - Daru _____ From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of herry hardian Sent: Tuesday, January 29, 2008 8:31 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [economicgeology] RE: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex Pak Daru salam kenal, Klo boleh saya cerita sedikit micro geologi Anjing Hitam Deposit. sedex argueable di dairi, hosted di calcareous/dolomitic carbonaceous shale. lenses /tabular stratiform horizon, sering merupakan multiphase mineralisation/overprinting. Kita membagi 3 jenis Mineralisasi utama yaitu Massive pyritic, banded pyritic dan High grade massive sulfide. Hanging wall merupakan clastic sediment yang kita sebut Dagang sandstone, yg sebagian besar sudah mengalami metamorfosa awal atau meta sediment. dibagian footwall adalah Jehe Dolostone. Mineralisasi MVT biasa dijumpai di Jehe Dolostone bagian atas, biasanya grade Pb lebih besar daripada Zn dengan style pengisian paleo voids/cavity atau breccia filling. Ag biasanya muncul lebih tinggi di MVT dibanding SEDEX. Saya sendiri sudah banyak lupa teori-teori berkenaan dgn SEDEX karena lebih banyak kerja di non technical. Oleh karena itu thread ini sangat menarik untuk refreshing. trims Herry Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang, Pak Andri dkk, Terima kasih berbagi ilmunya. Pada awalnya deposit tipe ini memang diduga berasosiasi (host rock-nya) dengan reduced sediment seperti black shale, namun penemuan belakangan menunjukkan bahwa host rock deposit ini sangat bervariasi walau masih terbatas pada "clastic sediments". Saya belum menemukan juga penjelasan kenapa umur deposit ini kebanyakan sangat tua. Dugaan saya di umur-umur tua tsb cekungan-cekungan sediment tsb tidak banyak terganggu oleh tektonisme (??) sehingga memberikan kesempatan metalliferous brines untuk mengendapkan Pb-Zn -nya dalam jumlah yg signifikan di sea floor. Sedangkan basin-basin muda (bacan Tertiary) terutama di Indonesia memeliki rentang waktu pengendapan relative pendek (karena terganggu tektonisme) dibanding dengan basi-basin tua (Proterozic/ Paleozoic). Benarkah ??? Dugaan lain, metalliferous brines yg berumur tua kebanyakan bersifat lebih dingin dan kental, sehingga waktu keluar di dasar laut dan bereaksi dengan air laut unsur logam-nya langsung mengendap menjadi deposit sedex, sementara yg muda lebih panas dan encer sehingga terhambur begitu saja bersama air laut. Kenapa demikian ya?? Seandainya dugaan-dugaan di atas salah, tentunya basin-basin Tertiary adalah target yg bagus untuk eksplorasi sedex. Salam - Daru -----Original Message----- From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] <mailto:andri%40gc.itb.ac.id> ac.id] Sent: Saturday, January 26, 2008 5:11 PM To: [EMAIL PROTECTED] <mailto:iagi-net%40iagi.or.id> or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex Pak Sukmadaru dan Rekan IAGI Netter, Sebagian besar riset cekungan di Indonesia berkaitan dengan hydrocarbon, sangat sedikit yang menelaah mineralisasi logamnya. Padahal bukan tidak mungkin mineralisasi juga berasosiasi dengan source atau reservoir rocks hydrocarbon. Apalagi di Indonesia yang merupakan jalur volkanik-magmatik yang panas intrusinya juga punya andil dalam pematangan HC. Beberapa mineralisasi akhir-akhir ini ditemukan pada cekungan sedimen, seperti stratiform galena-sfalerit-kalkopirit di Dairi - Padangsidempuan, juga lapisan bijih besi hematit yang berasosiasi dengan VMS di Kendawangan yang telah mengekspor ratusan ribu ton bijihnya ke Asia timur. Mungkin sedex, VMS atau BIF di Indonesia berasal dari sempalan atau fragment benua yang kemudian bersatu menjadi mozaic kepuluan Indonesia, bisa jadi ada Paleozoikum hingga Arhean ?! Serpih cekungan hidrokarbon juga memungkinkan bagi terdaptnya mineral radioaktif seperti pitchblende atau uraninit seperti yang terdapat di bawah kota Dresden, Jerman (Dulu Jerman Timur), atau juga Coppershale seperti yang terdapat di cekungan eropa tengah. Saya setuju dengan Pak Sukmadaru, bila memungkinkan, dalam xplorasi energi fossil juga dilihat kemungkinan mineralisasi di source dan reservoir rocknya. Nuhun Andri SSM -----Original Message----- From: Awang Satyana [mailto:awangsatyana@ <mailto:awangsatyana%40yahoo.com> yahoo.com] Sent: Friday, January 25, 2008 10:21 PM To: [EMAIL PROTECTED] <mailto:iagi-net%40iagi.or.id> or.id; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex Pak Daru, Mengapa umur cekungan dan sedimennya mesti menjadi pembatas mineralisasi sedex ini ? Tokh apa yang terjadi pada Proterozoikum atau Paleozoikum pun bisa terjadi pada kebanyakan cekungan di Indonesia yang berumur Mesozoikum - Tersier (Indonesia Timur) atau Tersier (Indonesia Barat). Cekungan2 di Indonesia umumnya diisi sedimen tebal yang bisa memeras melalui diagenesis metal-bearing brines panas mengandung Zn-Cu-Pb ini, memigrasikannya ke atas via bounding faults di cekungan atau batas cekungan, dan mengendapakannya di dasar laut lalu bereaksi dengan air laut dan diendapkan sebagai deposit sedex stratiform yang mengandung Zn, Pb, atau barit. Proses ekshalasi semacam di atas biasa terjadi pada dolomitisasi karbonat. Saya pernah mempelajari semua dolomit di Cekungan Salawati yang kadar dolomitisasinya di atas 90 %. Di sana, ternyata dolomitisasi itu terjadi pada semua reefal carbonate yang berposisi menghadap dalaman di depannya dan ada sesar penghubung antara dalaman itu ke puncak reef. Saat diagenesis, kompaksi sedimen penyusun cekungan terjadi, Mg-Ca brines terperas dari sedimen marin di bawah akibat burial sediments di atasnya. Mg-Ca fluids (ini fluida dolomit) lalu bermigrasi ke atas mencari tekanan yang rendah dan begitu saja masuk ke sesar di dekatnya. Mg-Ca fluids naik sepanjang sesar lalu bereaksi dengan CaCO3 penyusun reef yang tersesarkan itu. Di sini terjadilah proses dolomitisasi tersebut, mirip dengan proses ekshalasi Zn-Pb brines dengan fine-grained sediments (clay) di dasar laut. Sedimen2 Paleogen di Indonesia Barat mulai Oligo-Miosen umumnya transgresif dan marin, jadi akan punya saline-hypersaline brine, Zn-Pb-Cu-nya terdapat sebagai trace metals di sedimen2 itu yang saat diagenesis bersama brine tersebut akan terperas lalu membentuk hot Zn-Pb-Cu saline-hypersaline brine yang siap bermigrasi menghasilkan mineralisasi ekshalatif. Ikatan kimiawi/atom trace metal ini dengan hydrous clays lemah maka mudah terlepas saat diagenesis. Kalau bisa dengan skenario genesis di atas pada umur2 sedimen yang tak mesti Proterozoikum atau Paleozoikum; data seismik regional dan detil cekungan2 di Indonesia akan membantu para hardrock geologists. Sebab, dengan data seismik tersebut bisa diketahui dan direkonstruksi mana sedimen2 yang banyak trace metal Zn-Pb-Cu-nya (fine grained sediments macam clay dengan reflektor seismik yang khas -low energy). Seberapa dalam sedimen itu sekarang terkubur agar dapat mencapai sedex brine yang biasanya pada temperatur 150-350 C, menduga di mana stratiform terbentuk misalnya menyisip di antara clay beds sisa sea bed masa lalu, di mana sesar2 konduit untuk migrasi metal-bearing fluids tersebut, dll -pasti akan ada kolaborasi yang baik antara soft dan hard rock geologist. Contoh2 yang Pak Daru sebutkan itu (Riau-Belitung-Kal Bar) tak pernah diidentifikasi keberadaan cekungan yang dalam, tetapi merupakan Sundaland yang granitik, meragukan kalau deposit sedex di situ benar merupakan exhalative mineralisasi oleh diagenetic fluids karena terperas oleh burial sediments; kelihatannya malahan merupakan deposit sedex yang punya source magmatic fluids dari subseafloor magma chambers dan hydrothermal fluids yang digenerasi panas magma chamber lalu mengintrusi saturated sediments. salam, awang