Capek dah ................................................................................................
2008/2/28 Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>: > Pak Nyoto, > > Jangan berburuk sangka dulu Pak. Data tidak dibuka kan kepada umum dan > media. Kepada pihak2 yang memerlukan (DPR, Polda, Tim BPLS, geologists dan > drilling engineers yang ditunjuk resmi untuk mempelajarinya) data telah > dibuka. > > Karena telah mempelajarinya, maka mereka bisa berpendapat. Kalau tidak > mempelajarinya lalu berpendapat maka secara ilmiah tak ada dasarnya dong. > Masalah perbedaan interpretasi kan biasa saja di antara geologists itu. > Memang kita tahu persis 100 % saat2 kejadiannya ? Dan apakah semua kejadian > sedetail-detailnya itu bisa terukur dengan data ? Tetap ada keterbatasan. > Sehingga, yang bisa dilakukan hanyalah pendekatan2. > > Dalam kasus ini, media berlomba2 berpendapat dan berpihak, dan pendapat > mereka telah menggalang opini publik. Ini pencerminan chaos theory, dari > yang kecil yang masih kacau lalu ditangkap media dan terus-menerus membesar > dalam hampir dua tahun ini, akhirnya terbentuklah opini publik yang tunggal > yang seolah2 menjadi kebenaran umum. > > Yang berani menentang kebenaran umum itu disudutkannya, dituduhnya > macam-macam (seorang teman yang merasa namanya "dicemarkan" akan menuntut > sebuah majalah dalam waktu dekat ini). Yang mendukung kebenaran umum itu > dipujinya setinggi langit. > > Hm...sungguh tidak sehat situasi seperti ini. Capee dech..! > > Dua kubu ahli : (1) pro-Banjar Panji/underground blow out/man > made-disaster dan (2) pro-gempa/tektonik/bencana alam sebagai penyebab LUSI > saat ini (27-28 Feb 2008) sedang beradu pendapat di Surabaya atas inisiatif > sebuah forum di Jatim dan DPR/DPRD. Apakah akan ada kesepakatan di antara > mereka ? Saya meragukan bahwa kesepakatan akan tercapai. > > Saya teringat kata2 Prof. Mori di simposium internasional LUSI setahun > yang lalu. "Ini adalah bencana alam". "Penyebabnya ada dua : bisa pemboran > Banjar Panji-1 bisa gempa Yogya 27 Mei 2006". Ditanya oleh yang hadir, "yang > mana di antara dua itu ?". Dijawab, "Saya tidak tahu karena pelik, mungkin > dua-duanya". > > Perseteruan dan perdebatan biasa terjadi di kalangan para ahli karena > mereka pintar. Lihat saja kasus terkini tentang susu formula untuk bayi dan > anak. Peneliti IPB bilang hampir 40 % mengandung bakteri yang bisa > membahayakan perkembangan otak. Menteri kesehatan bilang : saya meragukan > hasil penelitian ahli2 IPB itu. Peneliti POM bilang : tidak ada bakteri yang > berbahaya, kalau bahaya pun bisa mati saat dimasak 1/2 jam (si peneliti POM > mungkin tak tahu menyiapkan susu anak - masa susu anak dimasak 1/2 jam ?? > -kata sebuah surat pembaca). Alhasil : masyarakat yang punya anak balita > saat ini sedang bingung dan was-was. > > Salam, > awang > > > -----Original Message----- > From: nyoto - ke-el [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, February 28, 2008 12:06 C++ > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] seolah IAGI saling "berseteru" > > Lha kenapa ya, koq raw datanya jadi "Black Box" gitu ...? takut ketahuan > kesalahannya ya ? or harus dibeli mahal dulu baru boleh dibuka ? or bahkan > udah dimusnahin biar nggak bisa dipelajari/diselidiki oleh yg berwenang > ...? > > Benar mas Deni, kalau raw data nggak dibuka, ya semua bebas > "menterjemahkan > sendiri2" apa maunya atau debat kusir itu tadi, nggak akan ada > kesimpulannya > ... > > > wass, > > > > 2008/2/28 Deni Rahayu <[EMAIL PROTECTED]>: > > > raw data ngak pernah dibuka sich..setiap orang pasti > > punya asumsi dan analogi masing2, kl ngak dibuka2 raw > > data nya wah...orang akan bebas berfantasi..he..he..he > > tanpa fakta dan data...terus aja debat kusir....cape > > dech.... > > > > salam, > > oden > > > > --- Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> > > wrote: > > > > > "...Inilah alasannya mengapa seolah IAGI saling > > > "berseteru" tepatnya setahun silam dalam sebuah > > > workshop internasional... "- gak ada wasitnya kali > > > ya.... > > > > > > ar-. > > > > > > Lumpur Lapindo, Lumpurnya "Tuhan"? > > > > > > Kamis, 28 Februari 2008 | 02:41 WIB > > > Jonatan Lassa > > > Without correct words, there will be no correct > > > practice. (Dombrowsky) > > > Rabi Greenberg menuturkan kisah lucunya tahun > > > 1950-an di New York City yang dilanda musim kering > > > dan pemerintah membuat awan buatan sebagai awal > > > teknologi hujan buatan. > > > Hal ini menyebabkan agamawan bertanya, apakah > > > manusia mengambil alih peran Tuhan? "Saya ingat > > > sebuah kartun di the New Yorker yang melukiskan > > > sekelompok pendeta yang kelihatan amat cemas sedang > > > duduk mengelilingi meja dan melihat keluar melalui > > > jendela, menyaksikan turunnya hujan. Seorang pendeta > > > berkata, 'Ini hujan kita, atau hujan mereka?'" > > > (John Naisbit, 2001:49) > > > Kita membayangkan suasana batin yang mungkin > > > melingkupi Senayan dan Istana terkait peristiwa di > > > Sidoarjo. Karikatur imajiner yang bisa menggambarkan > > > batin penguasa dan rohaniwan Indonesia dengan > > > pertanyaan, "Ini lumpur Lapindo atau lumpurnya > > > Tuhan?" Kini, dalam realitas, DPR dan pemerintah > > > memerlukan jawaban "bencana alam atau bencana > > > teknologi"? > > > Dalam tradisi mendefinisikan/ pendefinisian atas > > > sesuatu, sebuah definisi terdiri dua bagian, yakni > > > kata yang didefinisikan (definiendum) dan kelompok > > > kata atau konsep yang digunakan untuk mendefinisikan > > > (definien). Sebuah definiendum harus bermakna sama > > > dengan definien. > > > Neil Britton mengatakan, "Sebagaimana > > > seorang/pihak menafsirkan sesuatu bergantung pada > > > apa yang disyaratkan untuk dilakukan terhadap > > > sesuatu dimaksud." Namun, Britton mengingatkan > > > definisi bukan sekadar alat bantu berpikir, tetapi > > > juga soal orientasi mental dan emosi, model > > > pemaknaan dan cara pandang pemberi definisi. > > > > > > Definisi > > > Salinan UU No 24/2007 mendefinisikan, "bencana > > > adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang > > > mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan > > > masyarakat yang disebabkan faktor alam dan/atau > > > faktor non-alam maupun faktor manusia, mengakibatkan > > > timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, > > > kerugian harta benda, dan dampak psikologis." > > > Karena itu, peristiwa Sidoarjo memenuhi kecirian > > > definisi bencana UU No 24/2007. Jika ditanyakan > > > kepada rakyat yang mengalami, jawabannya, "rumah > > > terkubur, pekerjaan hilang, aset penghidupan hancur, > > > kerugian nasional mencapai paling sedikit Rp 7 > > > triliun. Orang dari kaya menjadi miskin. Yang miskin > > > makin melarat. Secara psikis tidak ada kata yang > > > bisa menyamai pengalaman mengalami bencana itu." > > > Definisi ini dikenal dengan definisi situatif. > > > Pada titik ini, kata 'bencana' tidak > > > merepresentasikan diri sendiri. Bencana juga tidak > > > sekadar merepresentasikan lingkungan yang rusak. > > > Bencana dan lingkungan yang rusak merepresentasikan > > > manusia dan kepentingan manusia di baliknya. > > > Istilah "bencana alam" bermakna kausalitas. > > > Salinan UU No 24/2007 mengatakan, "Bencana alam > > > adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau > > > rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, > > > antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung > > > meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah > > > longsor. Bencana non-alam adalah bencana yang > > > diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa > > > non-alam, antara lain berupa gagal teknologi, gagal > > > modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit." > > > Kelemahan paling mendasar UU No 24/2007 adalah tidak > > > memberi ruang atau definisi kausalitas bencana untuk > > > interaksi atau keterkaitan antara yang alami dan > > > buatan manusia. Secara empiris, ini bertentangan > > > karena ada yang dikenal sebagai "bencana > > > antara". Peristiwa yang satu men-triger yang lain. > > > Bisa saja kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber > > > daya yang tidak menjalankan prinsip kehati-hatian > > > men-trigger kejadian alam yang ekstrem. Misal, > > > eksploitasi hutan memicu mudahnya banjir. > > > Sebaliknya, peristiwa alam seperti gempa bisa memicu > > > kecelakaan kebakaran seperti gempa Kobe 1995 atau > > > kecelakaan nuklir di Jepang setahun silam. > > > Wapres Jusuf Kalla mengatakan, "Perlu penelitian > > > mendalam. Saya kira tidak bisa dinyatakan secara > > > politik (oleh DPR). Bencana alam atau bukan, itu > > > bukan masalah politis." (Kompas, 19/2/2008) > > > Perlu diketahui, sains tidak menawarkan kepastian > > > 100 persen. Sains datang dengan skenario, > > > probabilitas, kemungkinan, dan solusi trial and > > > error. Ini yang terjadi dengan sains dalam konteks > > > lumpur di Sidoarjo. Dalam tradisi epistemik di > > > universitas-universitas dunia, sebuah hasil > > > penelitian yang dipublikasikan akan mendapat banyak > > > pertanyaan ketimbang jawaban. Inilah alasannya > > > mengapa seolah IAGI saling "berseteru" tepatnya > > > setahun silam dalam sebuah workshop internasional. > > > (Tempo Interaktif, 6/3/2007) > > > > > > Istilah bencana alam > > > Karena itu, istilah hitam-putih "bencana alam" > > > sebenarnya problematik dan masalah utama adalah pada > > > paradigma dan kuasa tafsir atas bencana. Maka, > > > tafsir bencana tidak bisa hanya diserahkan kepada > > > ahli teknis geologis/geofisik saja. Dalam > > > epistemologi bencana, alam adalah alam. Bencana > > > adalah bencana. Bukan alam yang mengeksplorasi migas > > > di Sidoarjo. > > > Tafsir bencana adalah sebuah konsensus yang > > > seharusnya trans-disiplin (baca: antara pengambil > > > kebijakan dan ahli lintas disiplin, termasuk ilmuwan > > > sosial dan pihak yang dianggap korban/pelaku). > > > Rakyat yang dipersepsikan "bodoh" tidak bisa > > > menerima begitu saja bahwa ini adalah lumpurnya > > > Tuhan. Ketiadaan konsensus atas bencana di Sidoarjo > > > ternyata mengakibatkan biaya transaksi tinggi. > > > Namun, keputusan tentang penanggung jawab bencana > > > Sidoarjo adalah bukan semata-mata putusan hukum. > > > Diperlukan keputusan politik karena lepas dari > > > faktor kausalitas yang tidak pasti karena > > > keterbatasan sains dan ketidakpastian pengetahuan, > > > ada situasi obyektif menunjukkan, jumlah rakyat > > > miskin di Sidoarjo yang terjadi dalam dua tahun > > > terakhir membutuhkan keberpihakan politik dari > > > penguasa di DPR maupun eksekutif. > > > Melemparkan tanggung jawab kepada sains yang tidak > > > pasti adalah sebuah pengkhianatan terhadap amanat > > > yang diberikan rakyat. Dan sains hendaknya > > > dimandatkan untuk tidak merampas mandat pengambilan > > > keputusan yang bersifat politik. Kepastian > > > keberpihakan dari negara diperlukan dalam > > > menyelesaikan ketidakpastian hidup dan penghidupan > > > rakyat di Sidoarjo yang semakin tak menentu. > > > Jonatan Lassa PhD Researcher Kajian Disaster Risk > > > Governance-BIGS-DR-ZEF University of Bonn-Bonn; Co- > > > editor Journal of NTT Studies; Anggota Forum > > > Academia NTT > > > > > > > > > > > > > > > > > ____________________________________________________________________________________ > > > Be a better friend, newshound, and > > > know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. > > > > > http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ > > > > > > > > > > > > > > > > > > ____________________________________________________________________________________ > > Be a better friend, newshound, and > > know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. > > http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ > > > > > > > > > ---------------------------------------------------------------------------- > > > > CALONKAN DIRI ANDA SEBAGAI KETUA UMUM IAGI 2008-2011 !!!!! > > PENDAFTARAN CALON KETUA 13 FEB S/D 6 JUNI 2008 > > PENGHITUNGAN SUARA: PIT IAGI 37 DI BANDUNG > > > > > > > ----------------------------------------------------------------------------- > > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > > No. Rek: 123 0085005314 > > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > > Bank BCA KCP. Manara Mulia > > No. Rekening: 255-1088580 > > A/n: Shinta Damayanti > > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > > --------------------------------------------------------------------- > > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no > event > > shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited > to > > direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting > > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with > the > > use of any information posted on IAGI mailing list. > > --------------------------------------------------------------------- > > > > > > This email was Anti Virus checked by Administrator. > http://www.bpmigas.com > > > > ---------------------------------------------------------------------------- > > CALONKAN DIRI ANDA SEBAGAI KETUA UMUM IAGI 2008-2011 !!!!! > PENDAFTARAN CALON KETUA 13 FEB S/D 6 JUNI 2008 > PENGHITUNGAN SUARA: PIT IAGI 37 DI BANDUNG > > > ----------------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event > shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to > direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the > use of any information posted on IAGI mailing list. > --------------------------------------------------------------------- > >