Pak Yanto R. Sumantri,

Matur nuwun komentarnya. Pemikiran saya itu pernah saya lempar ke forum
aparat Kab/ Kota se Jatim yang membidangi masalah bencana. Di luar dugaan
saya, mereka sangat mendukung. Hal yang sama pernah saya lontarkan ke teman
dari Dinas Pertambangan Jateng pada saat terjadi longsor Karanganyar. Dia
sangat setuju, dan dia bilang perlunya bola es ini digelindingkan ke forum2
yang lebih luas dan lebih pas.
Walaupun tidak sepenuhnya berorientasi keuntungan, yang namanya perusahaan
pasti dituntut adanya keuntungan, minimal bisa untuk membiayai dirinya
sendiri. Oleh karena itu, biar lebih jelas tugasnya - barangkali sekalian
saja diubah namanya menjadi *Badan Pelestarian Hutan*, atau apalah namanya
yang penting bukan lagi berbentuk perusahaan.* *

Pak Priyadi,

Calon Ketum IAGI yang guru, saya kira perlu juga kampanye ke Jawa Timur.
Bila perlu sambil membawa murid-muridnya berwisata lumpur. Kalau berwisata
ke hutan panas juga pak, karena hutannya berupa hutan pisang, hutan kentang,
hutan kopi, dll, bahkan ada hutan rumput.

Salam,
Pardan - Jatim.



On Tue, Jul 1, 2008 at 6:35 AM, <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> pak, pak,...
> Caketumnya ada yang guru lho, belum mulai kampanye kan .... :)
>
> BPriadi
>
>
> > Hi...hi... PR lagi buat Caketum........mumet Caketumnya......
> >
> > gampang saja, nanti Ketua IAGI terpilih dengan gaya kayak pak Guru ke
> > muridnya tinggal bilang ke Pemda setempat....bapak-bapak sekalian, ingat
> > pelajaran waktu SD dulu yaaaa, kalo hutan digunduli akibatnya apa
> > bapak-bapak sekalian??? ban...ban....apa bapak-bapak sekalian??
> > banjiiirrrrrr.....pak Guruuuu......(jawab bapak-bapak dari Pemda)
> >
> >
> > On 6/30/08, Bambang Satya Murti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >>
> >> Lha ini, PR buat kandidat Ketum yang baru...
> >> Berani nggak menyuarakannya? Ini akan memperkuat nilai tawar IAGI lho...
> >> Berdayakan PENGDA yang seabreg yang sudah dirintis oleh Ketum terdahulu
> >> lah...
> >> Waktunya roadshow lagi nih...
> >> Bambang
> >> (gregeten dg IAGI yang mati suri)
> >>
> >>
> >> ----- Original Message ----
> >> From: Hendratno Agus <[EMAIL PROTECTED]>
> >> To: iagi-net@iagi.or.id
> >> Sent: Monday, June 30, 2008 9:40:16 AM
> >> Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Pelajaran Buruk Morowali
> >>
> >> itu terjadi karena pemerintah pusat dan daerah sejak awal tidak pernah
> >> berpikir tentang alokasi wilayah pertambangan yang dapat dikembangkan.
> >> Kalau
> >> ada alokasi wilayah usaha pertambangan, maka idealnya tidak semena-mena
> >> pemerintah (apalagi bupati) mengeluarkan ijin KP semau gue. Mestinya di
> >> setiap kabupaten, ada wilayah yang boleh dikembangkan untuk pertambangan
> >> dan
> >> ada wilayah yang tidak boleh ditambang, sekalipun di dalamnya ada
> >> potensi
> >> yang signifikan, tapi resiko lingkungan lebih besar, jika ditambang. Hal
> >> ini
> >> yang "tidak pernah ada" dalam pikiran dan regulasi pemerintah dari pusat
> >> sampai daerah. Tata ruang selama ini tdk mencerminkan sama sekali dengan
> >> kondisi riil di lapangan atau sejarah geologi wilayah tersebut.
> >>
> >> salam, agus hendratno dari Wilis
> >>
> >> --- On Sun, 6/29/08, mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> >>
> >> From: mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>
> >> Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Pelajaran Buruk Morowali
> >> To: iagi-net@iagi.or.id
> >> Date: Sunday, June 29, 2008, 10:23 PM
> >>
> >> apakah yg bisa diperbuat oleh iagi?
> >>
> >> On Sun, Jun 29, 2008 at 5:28 AM, ET Paripurno <[EMAIL PROTECTED]>
> >> wrote:
> >> > kawan2 terhormat, ini info dari tetangga.
> >> > demikankah?
> >> >
> >> > et
> >> >
> >> >
> >> >  Pelajaran Buruk Morowali
> >> >
> >> > on Thursday, 26 June 2008
> >> >
> >> >
> >> > Jika saja pemerintah berpikir panjang – lebih panjang dari usia
> >> jabatan
> >> > mereka yang dipilih lewat Pemilu dan Pilkada. Pasti akan berpikir
> >> ulang
> >> > memilih  pertambangan - yang tak terbarukan dan berumur pendek,
> >> sebagai
> >> > pilihan utama ekonomi daerahnya.
> >> >
> >> > ***
> >> > Masih ingat banjir dan tanah longsor Morowali di Sulawesi tengah?
> >> Tahun
> >> > lalu, lebih 71 orang meninggal, puluhan lainnya dirawat di rumah
> >> sakit,
> >> > ribuan orang mengungsi dan tak terhitung kerugian materi yang hilang.
> >> Tak
> >> > hanya tahun lalu, setidaknya 10 tahun terakhir, banjir dan longsor
> >> jadi
> >> > langganan di Morowali. Dan tahun 2007 yang terparah.
> >> >
> >> > Walhi Sulawesi tengah menyoroti tingginya laju hutan sebagai pemicu
> >> > terjadinya banjir.  Sepanjang 2001 hingga 2007, penggundulan hutan
> >> mencapai
> >> > 42,27 ribu ha pertahun. Dengan laju kerusakan itu, hutan Morowali akan
> >> > musnah pada 2027. Apalagi diwaktu yang sama, pemerintah telah
> >> mengeluarkan
> >> > izin pembukaan lahan hutan seluas 253.418 ha untuk kebun skala besar
> >> sawit,
> >> > pertambangan dan penebangan kayu.  Dari luasan itu, lebih separuhnya
> >> adalah
> >> > pertambangan.
> >> >
> >> > Dan tahun ini, banjir berkunjung lagi. Ada tujuh desa terendam banjir.
> >> > Lagi-lagi, yang terendam adalah lokasi bencana yang sama tahun lalu.
> >> Banjir
> >> > kali ini akibat luapan Sungai Siombo, Makato, dan Pirangan, sungai
> >> yang
> >> sama
> >> > yang meluap Juli 2007 lalu.
> >> >
> >> > Rupanya untuk urusan banjir, Morowali sudah mirip Jakarta. Banjir
> >> berulang
> >> > karena penyebab yang sama dan di lokasi yang sama diperlakukan sama :
> >> bagai
> >> > bencana mendadak. Penggalangan bantuan banjir menjadi kegiatan utama
> >> saat
> >> > banjir datang, Begitu banjir reda, penyebab banjir  tak dibicarakan
> >> lagi.
> >> >
> >> > Saat banjir datang, penggalangan bantuan digalakkan, dana penanganan
> >> > bencana  mengucur deras. Mungkin menangani banjir  lebih menarik buat
> >> pemda
> >> > Morowali – juga daerah lainnya. Banjir  bisa menghasilkan
> >> proyek-proyek
> >> > infrastruktur baru. Dan bisa jadi lahan korupsi baru. Itulah mengapa
> >> > pekerjaan rumah mencegah terjadinya banjir jarang menampakkan hasil.
> >> >
> >> > Bagi pemerintah di banyak tempat, banjir seolah berkah. Jika tak
> >> percaya,
> >> > coba lihat pilihan-pilihan pembangunan yang digalakkan oleh pemerintah
> >> pusat
> >> > dan daerah saat ini. Bagai jauh panggang dari api. Pilihan malah jatuh
> >> pada
> >> > pembukaan kebun skala besar sawit dan pertambangan, yang rakus lahan
> >> dan
> >> > air. Begitupun Morowali.
> >> >
> >> > Menurut Sahabat Morowali, Bupati Daltin Tamalagi  dan penggantinya
> >> saat
> >> ini,
> >> > telah mengeluarkan sekitar 156 ijin Kuasa Pertambangan. Sebagian besar
> >> untuk
> >> > tambang Nikel dan Chrom.
> >> >
> >> > Setiap perijinan luasannya bisa mencapai 2 ribu  hingga 3 ribu ha. Ini
> >> belum
> >> > terhitung ijin Kontrak Karya milik PT Inco dan Rio Tinto – perusahaan
> >> > Inggris,  yang belum tuntas.
> >> >
> >> > Dalam dua tahun terakhir, Morowali banyak dikunjungi para pengusaha
> >> China..
> >> > Merekalah yang tertarik menambang bijih Nikel. Mereka datang ke daerah
> >> yang
> >> > kaya Nikel dan berusaha mendapat Kuasa Pertambangan.
> >> >
> >> > Meskipun judulnya adalah usaha tambang Nikel, tapi sebenarnya tambang-
> >> > tambang itu diperlakukan mirip  galian sirtu. Ini cara yang paling
> >> primitif
> >> > dalam teknik penambangan. Permukaan tanah disingkap, bijih Nikel
> >> digali
> >> dan
> >> > diangkut ke negara lain untuk ekspor. Tak ada pembangunan pabrik
> >> Nikel,
> >> tak
> >> > ada pengolahan menjadi Nikel. Hanya tanah batuan yang diangkut.
> >> >
> >> > Kabarnya Pemda malah memfasilitasi perusahaan melakukan transaksi
> >> pembebasan
> >> > tanah dengan warga. Untuk tiap metrik ton bijih Nikel yang diangkut,
> >> sang
> >> > pengusaha cukup membayar Rp 5000 untuk warga. Rp 2500 diberikan tunai,
> >> > separuhnya untuk kegiatan pengembangan masyarakat.
> >> >
> >> > Tak hanya Morowali, di Sulawesi Tenggara juga melakukan hal yang sama.
> >> Saat
> >> > ini lebih 120  perijinan pertambangan yang dikeluarkan. Bahkan pulau
> >> sekecil
> >> > Kabaena yang luasnya tak sampai 100 ribu ha, punya 22 konsesi
> >> pertambangan.
> >> > Salah satunya adalah konsesi PT Inco, tambang Nikel raksasa milik
> >> asing.
> >> >
> >> > Contoh lainnya Kalimantan Selatan. Hingga tahun 2005, setidaknya 1,2
> >> juta
> >> ha
> >> > lebih daratan yang punya ijin pertambangan. Dinas Pertambangan Kalsel
> >> –
> >> > dikutip Radar Banjar, menyebut tahun lalu, terdapat 400 lebih izin
> >> usaha
> >> > pertambangan di Kalsel. Sejumlah 379 izin  diantaranya, diterbitkan
> >> para
> >> > bupati.
> >> >
> >> > Bulan Juni 2006, banjir menyapu empat kabupaten, yaitu Banjar, Tanah
> >> Laut,
> >> > Tanah Bumbu dan Kotabaru. Hasil analisa citra  Lembaga Penerbangan Dan
> >> > Antariksa Nasional (LAPAN) menunjukkan kejadian itu disebabkan
> >> beberapa
> >> > faktor, yaitu curah hujan yang relatif tinggi, posisi topografi yang
> >> rawan
> >> > bencana banjir dan kondisi penutup atau penggunaan lahan yang telah
> >> banyak
> >> > menjadi lahan-lahan terbuka, baik pada daerah hilir maupun hulu.
> >> >
> >> > Kawasan terbuka itu terkait dengan pengerukan batubara. Pada daerah
> >> yang
> >> > dilanda banjir, seperti kecamatan Kintap di  Tanah Laut dan kecamatan
> >> Satui
> >> > di Tanah Bumbu,  sedikitnya 27 perusahaan dengan luas konsesi lebih
> >> dari
> >> 111
> >> > ribu ha, semua menambang pas di kawasan hulu.
> >> >
> >> > Tahun-tahun berikutnya Tanah laut dan tanah Bumubu langganan banjir.
> >> >
> >> > Dan ongkos banjir ini tak sedikit. Dalam dua tahun terakhir, banjir
> >> membuat
> >> > pasokan batubara untuk PLTU asam-asam terganggu. Lokasi dan jalan ke
> >> luar
> >> > maupun masuk tambang terendam air setinggi satu meter. PLN akhirnya
> >> > menurunkan daya listriknya dan melakukan pemadaman bergilir. Belum
> >> lagi
> >> > kerugian akibat rusaknya infrastruktur dan perekonomian desa-desa
> >> korban
> >> > banjir.
> >> >
> >> > Jika saja pemerintah disana tak malas menghitung, pasti ketemu jumlah
> >> > defisit antara pemasukan hasil kerukan batubara dengan besaran
> >> kerugian
> >> yang
> >> > dialami karena banjir.
> >> >
> >> > Jika saja pemerintah berpikir panjang – lebih panjang dari usia
> >> jabatan
> >> > mereka yang dipilih lewat Pemilu dan Pilkada. Pasti akan berpikir
> >> ulang,
> >> > memilih  pertambangan - yang tak terbarukan dan berumur pendek,
> >> sebagai
> >> > pilihan utama ekonomi daerahnya.
> >> >
> >> > Apalagi sebagian besar kerukan mineral dan batubara itu digunakan
> >> untuk
> >> > sebesar-besarnya kebutuhan asing.
> >> >
> >> >
> >> >
> >> >
> >> > --
> >> >
> >> > "hidup adalah perjuangan.ibadah yang tidak mengenal kalah atau
> >> menang"
> >> >
> >>
> >>
> >>
> >> --
> >> Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist
> >> Mobile: 62-812-9372808
> >> Emails:
> >> [EMAIL PROTECTED] (business)
> >> [EMAIL PROTECTED]
> >>
> >> Technical Manager of
> >> Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)
> >>
> >>
> >>
> --------------------------------------------------------------------------------
> >> PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
> >> * acara utama: 27-28 Agustus 2008
> >> * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
> >> * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
> >> * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
> >> * abstrak / makalah dikirimkan ke:
> >> www.grdc.esdm.go.id/aplod
> >> username: iagi2008
> >> password: masukdanaplod
> >>
> >>
> >>
> --------------------------------------------------------------------------------
> >> PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
> >> * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
> >> * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
> >> AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!
> >>
> >>
> >>
> -----------------------------------------------------------------------------
> >> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> >> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> >> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> >> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> >> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> >> No. Rek: 123 0085005314
> >> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> >> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> >> No. Rekening: 255-1088580
> >> A/n: Shinta Damayanti
> >> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> >> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> >> ---------------------------------------------------------------------
> >> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> >> posted
> >> on
> >> its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> >> IAGI
> >> and
> >> its members be liable for any, including but not limited to direct or
> >> indirect
> >> damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use,
> >> data or
> >> profits, arising out of or in connection with the use of any information
> >> posted
> >> on IAGI mailing list.
> >> ---------------------------------------------------------------------
> >>
> >>
> >>
> >
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
> * acara utama: 27-28 Agustus 2008
> * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
> * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
> * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
> * abstrak / makalah dikirimkan ke:
> www.grdc.esdm.go.id/aplod
> username: iagi2008
> password: masukdanaplod
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
> * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
> * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
> AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!
>
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>

Kirim email ke