Maksudnya Mas Oki,
kalau mau jadi geoscienties yang enggak poor,  salah satu caranya ya harus
sering pindah - pindah (field / perusahaan). Dengan pindah  field /
perusahaan maka si geoscienties akan banyak melihat field dan konsep
geologi yang berbeda - beda dan juga bagaimana perbedaan tiap perusahaan
dalam memanage fieldnya tersebut.

On 8/17/08, oki musakti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Mengutip  Pak Awang:
>
> ---- "Maka sering ditemui bahwa seorang geosaintis berpengalaman 15 tahun
> dengan
> seorang PE berpengalaman sama, biasanya si geosaintis mungkin hanya 1-2
> kali
> berubah posisi tetapi masih di rumpun geosains, sementara si PE mungkin
> sudah 5
> kali dengan rumpun yang berbeda-beda. Ketika lembaga tersebut membutuhkan
> seorang GM (general manager), maka si PE yang pengalamannya banyak dan
> variatif
> akan lebih dilirik dibandingkan si geosaintis yang pengalamannya sangat
> dalam
> tetapi sempit di situ-situ juga."----
>
> Saya pribadi percaya ada sedikitnya satu variabel penting lagi dalam kasus
> di atas : Perbedaan waktu untuk mencapai pendalaman optimal antara ilmu yang
> 'eksak' dengan ilmu alam (natural science) yang berdasarkan observasi.
>
> Pada natural science seperti geologi , untuk bisa dibilang ahli seorang
> perlu mengamati, menyerap, menganalisa berbagai fenomena dan
> mensintesakannya kedalam begitu banyak model. Coba amati seorang Henry
> Posamentier, Pak Kusuma atau pak Awang. Berapa banyak model geologi yang ada
> di kepala mereka hasil mempelajari begitu banyak singkapan, core atau
> seismic section yang untuk mengakumulasikannya perlu waktu ber-tahun-tahun.
> Jarang geologist yang punya kesempatan field trip ke basin yang berbeda
> lebih dari 2 kali setahun misalnya....
>
> Beda dengan ilmu pasti model matematika, fisika atau engineering (rumusnya
> pasti-pasti). Dengan beragam penyederhanaan, variasi aplikasi untuk berbagai
> kondisi relatif lebih sedikit dibanding yang terdapat di alam.
> Contohnya, untuk seorang engineer Formula Archie yang sama bisa menjadi
> basis penghitungan saturasi untuk beberapa formasi batupasir tidak peduli
> apakah diendapkan di fluvial, delta atau laut dalam asalkan hasilnya cocok
> dengan hasil pengukuran dari core atau DST. Bandingkan dengan seorang
> geologist yang masih harus pusing menentukan di bagian mana dari delta sand
> ini berasal, model delta macam apa yang harus dipakai dan lain-lain.
>
> Asumsikan seorang engineer dan geologist yang sama-sama lulus kuliah dan
> mulai bekerja pada usia 25 tahun. Pada saat menginjak usia 30 an , geologist
> kemungkinan baru mulai mengakumulasikan berbagai observasi geologinya
> sedangkan si engineer bisa jadi sudah 'ngelotok' dalam disiplinnya dan mulai
> mencari tantangan lain. Saat si Geologist mencapai 'puncak' pendalaman pada
> usia 40 an, kebanyakan engineer sudah sukses memegang beberapa jabatan.
>
> Jadi seperti yang pak Awang bilang, tentunya si engineer ini akan lebih
> terlihat kinclong dibanding the poor geologist.
>
> Just my 2 cent
>
> Salam
> Oki
>
> --- On Fri, 8/15/08, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Sekolah:Training:Kerja = 10:20:70
> To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>, "Forum Himpunan Ahli
> Geofisika Indonesia" <[EMAIL PROTECTED]>, "Geo Unpad" <
> [EMAIL PROTECTED]>
> Date: Friday, August 15, 2008, 2:38 PM
>
> Ulasan yang bagus, Pak Rovicky, terima kasih.
>
> Saya percaya dengan rasio 7:2:1 untuk work experience : training : formal
> education yang akan mempengaruhi posisi dan karier seseorang di dunia
> industri.
>
> "Bekerja sambil belajar dan belajar sambil bekerja" saya kira juga
> efektif dalam meninggikan kualitas pekerjaan. "Bekerja sambil belajar"
> artinya kita memperkaya pekerjaan kita sehari-hari dengan masukan-masukan
> keilmuan yang kita pelajari dari buku-buku atau informasi lainnya. "Belajar
> sambil bekerja" artinya menerapkan apa yang kita pelajari kepada pekerjaan
> kita sehari-hari. Saya pikir akan berbeda kualitas pekerjaan seseorang yang
> apa
> adanya dengan kualitas pekerjaan seseorang yang diperkaya secara keilmuan.
> Di
> dalam hal ini, tripartit work experience : training : formal education
> saling
> berintegrasi untuk menghasilkan pekerjaan yang bagus.
>
> Saya pikir kualitas seseorang akan ditentukan oleh pengalaman kerjanya
> bukan
> oleh pendidikan formal atau pelatihan yang telah dilaluinya. Maka, wajar
> untuk
> pengalaman kerja diberikan 70 % sebagai bagian rasio. Hanya kesulitan dalam
> pengalaman pekerjaan yang menantang seseorang sehingga ia akan lebih
> paripurna,
> bukan tingginya pendidikan.
>
> Tentang variabilitas pengalaman. Pengamatan saya menunjukkan bahwa kita
> para
> geosaintis agak sulit untuk mau ditempatkan di posisi-posisi yang
> non-geosains.
> Seorang teman geosaintis yang kariernya tak naik-naik karena senioritas
> ditawari
> posisi manajer di tempat lain, tetapi bukan posisi geosains, melainkan
> sumberdaya manusia, ia langsung menolak. Sementara, banyak teman petroleum
> engineer yang duduk di berbagai posisi, mulai dari keuangan, logistik,
> sumberdaya manusia, operasi, sampai engineering sendiri.
> Maka sering ditemui bahwa seorang geosaintis berpengalaman 15 tahun dengan
> seorang PE berpengalaman sama, biasanya si geosaintis mungkin hanya 1-2
> kali
> berubah posisi tetapi masih di rumpun geosains, sementara si PE mungkin
> sudah 5
> kali dengan rumpun yang berbeda-beda. Ketika lembaga tersebut membutuhkan
> seorang GM (general manager), maka si PE yang pengalamannya banyak dan
> variatif
> akan lebih dilirik dibandingkan si geosaintis yang pengalamannya sangat
> dalam
> tetapi sempit di situ-situ juga.
>
> Specialist = know everything about nothing
> Generalist = know nothing about everything
>
> Kita mau memilih yang mana ? Know everything about everything ? Hm..
>
> Salam,
> awang
>
> --- On Thu, 8/14/08, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [Forum-HAGI] Sekolah:Training:Kerja = 10:20:70
> To: "migas indonesia" <[EMAIL PROTECTED]>,
> "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>, "Forum
> HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED]
> Date: Thursday, August 14, 2008, 6:31 PM
>
> Sekolah:Training:Kerja = 10:20:70
> 14 Agustus 2008 at 5:08 pm | In RuPa-RupI
> http://rovicky.wordpress.com/2008/08/14/sekolahtrainingkerja-102070/
>
> Kemarin siang kebetulan ada presentasi di kantor tentang peranan
> sekolah (formal education), training dan tugas kerja dalam menentukan
> posisi dan karier seseorang.
> Ada rumus jempol yang menarik bahwa ketiga hal itu memberikan peranan
> penting dalam posisi dan karier seseorang. Tahukah anda berapa
> prosentasenya ?
>
>    * 70 % pekerjaan
>    * 20 % training
>    * 10 % sekolah (formal education)
>
> Jadi peranan sekolah formal diperkirakan hanya menyokong 10% dari
> keseluruhan hasil akhir posisi anda yang sudah bekerja saat ini.
> Training atau kursus mungkin hanya 20% berperan. Kenapa ? Barangkali
> karena yang diperoleh lewat kursus tidak selalu berhubungan dengan
> pekerjaan sehari-hari.
>
>    :( "Apalagi kalau kursusnya di Bali atau Jogja ya Pakdhe. Banyak
> jalan-jalannya, tapi kan perlu refreshing ta?"
>
> Jadi betul apa yang sering kawan-kawan denger beberapa waktu lalu,
> bahwa untuk mereka-mereka yang "experienced" banyak ditentukan
> posisinya oleh pekerjaan yang dikerjakan selama dalam pekerjaan kantor
> ini. Yang penting pengalaman !
>
> OK ambil rata-rata saja ini terutama bagi mereka yang memiliki lama
> pengalaman kerja sekitar 10 tahun !. Kalau masih baru masuk kerja
> tentusaja harus ikutan training dan konsentrasi kalau ikutan training
> atau kursus.
>
> == Konsentrasi saja di 70%.! ==
>
> Bagi yang sudah lulus ….
>
> Nah ternyata pengalaman kerja yang 70% ini sangat tergantung dari
> jenis pekerjaan, assignment, dan tanggung jawab (authorities) yang
> diberikan.
> Harus diketahui juga, bukan berarti yang sudah bekerja selama 10 tahun
> selalu lebih bagus dari yang 5 tahun looh. Saya selalu memberikan
> contoh orang yang membuat peta struktur dari 2D seismik. Kalau satu
> set peta (terdiri beberapa horizon) diseleseikan dalam 5 tahun dan
> dikerjakan selama 5 tahun terakhir sama saja orang perpengalaman 1
> tahun diulang 5 kali. Masih lebih baik orang yang bekerja berbagai
> macam perkerjaan analisa akuisisi data seismik, analisa data sumur,
> dan termsuk membuat peta satu set.
>
> Contoh lain insinyur yg mampu membuat design satu mobil mobil dalam
> satu tahun penuh, Kalau dikerjakan terus-terusan selama 7 tahun,
> namanya pengalaman setahun diulang 7 kali ! Masih lebih bagus yang
> dalam tujuh tahun mengerjakan beberapa design mobil, design dongkrak,
> dan design pompa dll.
>
> Artinya "diversity" pekerjaan, macam ragam pekerjaan jauh lebih
> berarti dalam menentukan posisi karier seseorang saat ini.
>
> Jadi ngapain kok disitu terus … ??
> wupst !!
>
> Bagi yang belum lulus sekolah
>
> Yang tidak dibahas kemarin itu bagaimana bagi yang fresh graduate atau
> lulusan baru atau yang masih sekolah.
>
> Memang yang katanya nantinya menentukan karier yang hanya 10% ini
> sangat-sangat menentukan anda diterima kerja pada waktu awal saja.
> Artinya kalau anda IPK-nya juga pas-pasan, jangan kecil hati kalau
> tidak dipanggil interview. Anda memang memerlukan lebih banyak usaha,
> namun barangkali dalam konsentrasi terbalik !.
>
> Bagi yang fresh graduate ketika akan memasuki pekerjaan menurutku akan
> menjadi terbalik prosentase yang akan mempengaruhinya, Coba
> konsentrasikan dengan formula dibawah ini :
>
>    * 70 % sekolah (formal eduaction) IPK, matakuliah yang berhubungan, dll
>    * 20 % kursus, ketrampilan, organisasi dll.
>    * 10 % Kerja Praktek, KKN, mroyek dengan dosen, dll
>
> Jadi kalau anda saat ini masih sekolah cobalah membagi kegiatan
> menjadi 70% untuk sekolah, 20% ikutan kursus diluar, dan 10% untuk
> mencoba-coba cari kerja.
>
>    :( "Hadduh Pakdhe, kegiatan pacarannya masuk prosentase dimana doonk
> ?"
>
> kalau mau ikutan diskusi ttg hal ini, sila kesini
> http://rovicky.wordpress.com/2008/08/14/sekolahtrainingkerja-102070/
>
> --
> http://rovicky.wordpress.com/
> Telling the truth is important
> Telling the positive is better !!!
>
> _______________________________________________
> Pertemuan Ilmiah Tahunan HAGI ke-33
>
> "Geohazard : A Challenge for Geophysics"
>
> 3 - 5 November 2008
> Hyatt Regency Hotel, Bandung, Jawa Barat
> _______________________________________________
> The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
> [EMAIL PROTECTED]
> www.hagi.or.id
>
>
>
>
>
>
>

Kirim email ke