Tabrakan di Alam Semesta : Lumrah Setiap tema katastrofisme selalu menarik, apalagi yang melibatkan penyebab yang extra-terrestrial (di luar Bumi) seperti benturan Bumi dengan komet/meteorit/asteroid/atau near-earth object (NEO) lainnya seperti tulis Pak Agung. Karena Bumi tidak melayang sendirian di ruang hampa, tetapi bersama benda-benda pengisi Jagat Raya lainnya yang tak terhitung banyaknya dan begitu rumitnya, maka wajar saja kalau benda-benda Jagat Raya ini bertabrakan. Bahkan, benda-benda tersebut sesungguhnya kebanyakan terbentuk oleh tabrakan-tabrakan massa yang lebih kecil lalu berakresi membentuk benda yang lebih besar. Tetangga langit kita terdekat, Bulan atau Mars, yang permukaannya sudah terpetakan dengan baik, punya banyak kawah di permukaannya yang diakibatkan oleh tabrakan dengan komet/meteorit/asteroid. Apakah Bumi akan terbebas dari tabrakan itu ? Tidak. Sejarah menunjukkan tidak. Memang semua kejadian benturan itu terjadi sebelum manusia menghuni Bumi. Kita tahu bahwa itu pernah terjadi berdasarkan catatan-catatan sejarah Bumi yang terekam dalam batuan. Maka sekalipun kejadian tabrakan adalah peristiwa astronomi, buktinya tersimpan secara geologi. Apakah pada zaman manusia menghuni Bumi, yaitu sekarang, Bumi bisa dibentur lagi oleh benda langit ? Tentu bisa, mengapa tidak ? Seperti ditulis Pak Agung, tahun 1994 kita menyaksikan saat-saat Yupiter dibentur komet Shoemaker-Levy bukan ? Hal yang sama bisa terjadi dengan Bumi andai Dia, Sang Maha Pencipta, mengizinkannya. Seluruh Alam Semesta ke segala sudutnya penuh dengan uniformisme – apa yang terjadi sekarang pernah terjadi juga dulu dan akan terjadi juga nanti. Kejadian benturannya memang katastrofik, tetapi kecenderungannya uniformik. Teori Nemesis Sekarang kita buka “Nemesis” yang dijadikan pertanyaan buat kita oleh Pak Agung. Nemesis adalah Dewi Keadilan dan Pembalas Dendam dalam mitologi Yunani, anak Erebus dan Nyx, atau versi lainnya menyebutkanya sebagai anak Oceanus atau Zeus. Nemesis mengejar orang-orang yang mencederai hak orang lain dan orang-orang yang penuh kesombongan. Di kedua tangannya dipegang cambuk, kekang, dan pedang, juga penimbang penentu baik atau buruk. Dalam mitologi, Nemesis dijuluki,”She whom none can escape” Nah, semua yang berbuat kejahatan akan dikejarnya dan tak seorang pun akan lepas daripadanya! Begitulah kata dongeng para dewa-dewi Yunani. Lalu apa hubungan Nemesis dengan kepunahan masal ? Nama “Nemesis” dipakai oleh para ahli astronomi untuk menamai bintang (tak terlihat) saudara kembar Matahari. Nemesis ini mengorbit Matahari pada jarak 3 tahun cahaya dan menyelesaikan satu putarannya dalam waktu 26 juta tahun. Memang beberapa ahli astronomi percaya bahwa Matahri kita merupakan bintang sistem biner, punya saudara kembar. Itu didasarkan pada gangguan gravitasi yang dialami Matahari. Orbit Nemesis secara periodik melalui Awan Oort, suatu wilayah di dekat Tata Surya yang diyakini para ahli sebagai rumah para komet. Ketika melintasi rumah para komet ini, gravitasi Nemesis menarik para komet, sehingga terjadilah serbuan komet ke planet-planet sebelah dalam di Tata Surya. Ini terjadi secara periodik dan periode itu katanya tepat sama dengan periode kepunahan masal di Bumi yaitu setiap 26-30 juta tahun. Periode kepunahan setiap 26 juta tahun diajukan oleh Raup dan Sepkoski (1984 : "Periodicity of Extinctions in the Geologic Past", Proceedings of the National Academy of Sciences 81 (3): 801–805.) berdasarkan analisis statistik pada rekaman fosil vertebrata, avertebrata marin dan protozoa periode 250 juta tahun terakhir. Kedua paleontologist ini menyimpulkan bahwa penyebab kepunahan periodic ini adalah penyebab extra-terrestrial. Makalah Raup dan Sepkoski (1984) ini segera disambut oleh para astronomi, dan keluarlah Teori Nemesis seperti di atas (misalnya publikasi Davis et al. (1984 : "Extinction of species by periodic comet showers". Nature 308 (5961): 715–717). Publikasi terbaru tentang Teori Nemesis antara lain dari Muller (2002 : “Measurement of the lunar impact record for the past 3.5 billion years, and implications for the Nemesis theory, Geological Society of America Special Paper 356, pp 659-665). Apakah bintang gelap atau bintang mati Nemesis itu benar ada ? Beberapa spekulasi pernah diajukan. Ia merupakan bintang katai merah (red dwarf) dengan magnitude antara 7-12 (magnitude = ukuran terang bintang), ada pula yang menganggapnya sebagai bintang katai coklat (brown dwarf). Di mana posisi Nemesis saat ini ? Muller (2002) menafsirkan posisinya saat ini ada di rasi Hydra pada jarak 1-1,5 juta tahun cahaya. Itu dihitungnya berdasakan kepunahan masal terakhir pada sekitar 5 juta tahun yang lalu (awal Pliosen), lokasi Awan Oort, dan posisi apogees (jarak terjauh) Nemesis. Bila Nemesis memang ada, ia akan terdeteksi dengan mudah oleh rencana penelitian astronomi tentang ini dalam WISE mission yang wahana angkasa luarnya akan bertolak dari Bumi pada November 2009. Penelitian ini akan membuktikan apakah Teori Nemesis terhadap kepunahan masal benar terjadi atau sekedar khayalan para astronom. Penelitian ini didorong oleh penemuan BRI (binary research institute) yang mengatakan bahwa di dalam Galaksi Bima Sakti banyak ditemukan sistem bintang ganda. Untuk Matahari kita, misalnya baru ditemukan pada tahun 2006 suatu gerak orbit planetoid Sedna dan Xena (sedikit lebih besar dari Pluto) yang aneh dan sangat elips, mengindikasi bahwa Matahari bukan satu-satunya pusat gravitasi Tata Surya. Benturan NEO,Antipodal Deccan Trap, Kepunahan Masal K-T Boundary Peristiwa katastrofik terjadi di ujung Kapur dan awal Tersier (65 Ma) atau K-T (K=Kreide/Cretaceous & T=Tersier) Boundary yang sering dihubungkan ke kepunahan para dinoaurus. Fakta paleontologi menunjukkan 75 % spesies fauna‚“tiba-tiba“ punah. Kepunahan fauna secara masal (75 %) di Bumi di perbatasan Kapur-Tersier telah menjadi topik menarik sejak puluhan tahun. Banyak teori dikemukakan. Kalau dikumpul2kan, bisa digolongkan jadi tiga : (1) katastrofik karena benturan komet/meteor, (2) katastrofik karena volkanisme, dan (3) gradualis karena perubahan iklim akibat massa lautan yang menyurut. Penelitian oil companies di sekitar GOM (Gulf of Mexico) tahun 1980an, telah menemukan sebuah kawah sangat besar dengan diameter 180 km di utara Tanjung Yucatan, Mexico terkubur dalam sedimen setebal 2000 meter. Disebutlah kawah itu Chicxulub. Data image gravity dan magnetik dari Luhr et al. (2003) –“ The Earth “ –Dorling Kindersley, sangat spektakular, menunjukkan keberadaan kawah itu. Di sekelilingnya sampai ke Kuba, Haiti, San Luis, dan Dallas sekarang ditemukan impact wave deposits berupa boulder2 dan data petrografik menunjukkan ciri khas shocked quartz (coesite Shoemaker) pada deposit itu, suatu indikasi meteorite impact. Bahkan di Haiti ditemukan lapisan tektit – deposit hasil meteorite impact setebal ½ meter. Semua dating absolut menunjukkan umur 65 Ma untuk deposit2 ini. Dan, di banyak tempat di dunia ditemukanlah lapisan tipis kaya mineral iridium menyisip di antara lapisan2 K-T Boundary, juga lapisan hitam yang mengindikasi sisa jelaga kebakaran skala global. Tidak banyak sumber platina iridium di Bumi, sumbernya hanya banyak di extraterrestrial dan meteorit. Bagaimana mengartikan semua ini ? Sebuah meteorit yang diyakini berdiameter 10 km telah menghantam Bumi pada 65 Ma di sekitar Teluk Meksiko sekarang, mengangakan kawah selebar 180 km, menyebabkan kebakaran global, dan akhirnya memunahkan 75 % spesies fauna saat itu yang sedang didominasi kaum dinosaurus. Apakah NEO hanya membentur di satu sisi Bumi dan tak menyebabkan apa-apa di sisi lainnya ? Salah. Semua bagian Bumi menderita karena benturan itu, terutama sisi yang terletak tepat di seberangnya. Inilah sisi antopodal. Tidak banyak buku geologi, astronomi, natural history membahas masalah antipode secara detail. Padahal, di solar system antipode, yang memenuhi hukum aksi-reaksi Newton, benar2 terjadi di beberapa planet dan satelit. Misalnya, largest impact basin planet Mars Hellas Plenitia menyebabkan antipode Alba Patera-gunungapi Mars yang sekaligus merupakan gunungapi terbesar di Tata Surya. Atau, Caloris Basin, impact crater terbesar di sebuah sisi planet Merkurius menyebabkan antipodal crater di sisi planet yang lain. Meskipun demikian, keberadaan antipodeg masih pro dan kontra. Komet/meteorit yang jatuh di proto-Teluk Meksiko telah menggoncangkan Bumi dengan gelombang kejut ke seluruh globe (shock-wave). Gelombang kejut ini telah mengganggu kesetimbangan fluida di mantel bahkan outer core Bumi. Maka mantle plume bergerak berupa pasangan head dan tail plume menjurus ke posisi antipodal impact crater Chicxulub saat itu yaitu ke wilayah Lautan Hindia di antara Afrika dan Indonesia. Head plume menyebabkan volkanisme flood basalt dengan akar panjang ke dalam mantel di ujung tailnya. Erupsi basalt besar-besaran membanjiri kawasan seluas 500.000 km2 yang sekarang berupa Deccan Plateau di India, saat itu India adalah microplate tengah terapung di atas kerak samudra Lautan Hindia bergerak ke utara. Radiometric dating memberikan umur persis 65 Ma. Massa flood basalt sebanyak itu dalam waktu sesingkat itu hanya bisa diterangkan dengan impact-antipodal plume tectonics, bukan oleh normal volcanology. Meteorit impact dan volkanisme skala global pada 65 Ma itu telah cukup mengubah lingkungan yang hostile untuk semua makhluk hidup. Meteorite/comet collision di Chicxulub-Teluk Meksiko telah menyebabkan erupsi volkanik skala besar di Deccan-India dalam mekanisme antipodal effect. Dan kedua efek katastrofik ini telah mengubah lingkungan global yang menyebabkan kepunahan masal di K-T boundary. K-T Boundary Mass Extinction adalah kerja sama antara extra-terrestrial astroblem di Chicxulub dan terrestrial volcanism di Deccan Traps. Benturan NEO, Antipodal Siberian Trap, Kepunahan Masal P-T Boundary Sekelompok ilmuwan pada Juni 2006 mengumumkan penemuan sebuah kawah meteorit selebar hampir 500 km di Antarktika sebelah timur. Mereka memperkirakan ukuran meteorit ini 4-5 kali lebih besar daripada meteorit pemusnah dinosaurus di K-T boundary. Berdasarkan dating, meteorit ini membentur Bumi pada batas Paleozoikum-Mesozoikum, Permian-Triassic (P-T Boundary). Ini adalah periode kepunahan masal paling besar dalam sejarah Bumi, memunahkan 96 % oganisme saat itu. Meteorit ini juga kemudian diduga telah mempengaruhi pemisahan Australia dari Gondwana pada Yura-Kapur. Meteorit Permian-Triassic sebesar itu, ketika menghantam Bumi tentu telah mengganggu seluruh bagian dalam Bumi termasuk mantel dan intinya. Gelombang kejut karena benturannya ini akan dipropagasi ke seluruh Globe, mengganggu mantle material di seluruh mantle dan outer core, kemudian propagasi berakhir di suatu titik yang posisinya persis di seberang titik benturan meteorit (seperti di atas, ini adalah posisi antipodal). Propagasi gelombang kejut benturan meteorit ini telah mengganggu mantle material, ia akan menggerakkan upwelling mantle plume. Dan, ke titik antipode-lah mantle plume akan mengarah. Akibatnya, di titik mantle plume akan terjadi volkanisme basa besar-besaran - inilah yang selama ini kita sebut sebagai Flood Basalt. Apakah ada flood basalt Permian-Triassic di posisi antipodal benturan komet Antarktika timur itu ? Ada. Buku sejarah geologi Dott and Batten (1971, 1976) : Evolution of the Earth (McGraw-Hill) menceritakan bahwa di periode Permian-Triassic di Siberia Utara (masuk ke Arctic circle) ditemukan plato lava basal yang sangat ekstensif. Aliran lava ini melalui retakan2 ekstensif. Sulit dimengerti saat itu, mengapa di lingkungan kontinen seperti Siberia-Arktika ditemukan plato basalt dalam skala yang sangat luas. Tetapi sudah diduga bahwa material magma basa ini langsung dibawa dari lower crust atau mantle melalui retakan2 di upper crust. Plato ini masih ditemukan sampai ke Norwegia. Buku yang lebih baru (Dixon et al. 2001, eds.) " Atlas of Life on Earth" -Barnes and Noble) menyebut plato basalt di Siberia Utara ini sebagai Siberian Traps, sebuah plato basalt yang terjadi di utara Pegunungan Ural. Pegunungan Ural adalah suture antara dua mikro-kontinen : Laurasia dan Angaraland. Saat ini, Siberian Traps bisa dilihat di sebelah barat Kazakhstan. Plato basalt selebar itu kalau dibandingkan dengan volkanisme normal, berarti 100 kalinya, tetapi terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Apalagi penyebabnya kalau bukan suatu yang katastrofik ? Volkanisme seiintensif itu tentu bertanggung jawab bagi perubahan iklim, pelepasan CO2 besar2an ke atmosfer, greenhouse effect, dan kepunahan masa di ujung Paleozoic. Identifikasi Impact Crater : Large Igneous Provinces (LIPs) Karena setiap benturan komet/asteroid/NEO yang besar selalu menyebabkan volkanisme flood basalt/magmatisme lainnya yang besar (LIPs) di sisi antipodal impact crater (kawah benturan), maka bisakah kita memprediksi lokasi impact crater dengan mengetahui lokasi LIPs-nya (aturan terbalik dari mengidentifikasi LIPs berdasarkan identified impact crater). Jawabannya : bisa saja. LIPs (Large Igneous Provinces) adalah wilayah-wilayah di kerak Bumi yang memiliki sebaran batuan beku di luar kewajaran, begitu luasnya. LIPs yang terkenal adalah Siberian Traps di wilayah Siberia, Ontong Java Plateau di Samudra Pasifik utara Papua New Guinea, dan Deccan Trap di India. Para ahli batuan beku dan tektonik mempermasalahkan asal kejadian LIPs ini, termasuk membahasnya sebagai antipode (titik seberang) dari suatu titik benturan meteorit/komet besar di kerak Bumi dari seberang yang lain. Saat meteorit/komet besar menghantam di satu titik di permukaan Bumi, goncangannya akan menggetarkan seluruh mantel dan inti Bumi, gelombang kejutnya diteruskan ke seberang bola Bumi yang lain, termasuk membawa material mantel melalui mekanisme plume tectonics sehingga terekstrusi ke permukaan di titik seberangnya. Mekanisme detail di lokasi antipodal bisa terjadi dengan cara delaminasi (Anderson, 2005 : "Elements" vol. 1 p. 271-275). Ketika kerak benua terlalu tebal, bagian bawah kerak ini yang disusun oleh eklogit akan terlepas (delaminasi), menyebabkan uplift, asthenospheric upwelling, dan pressure-release melting. Proses delaminasi ini akan menyebabkan segmen kerak bagian bawah yang punya titik lebur rendah terintroduksi ke mantel; kemudian segmen ini terpanaskan, naik, dekompres, dan lebur. Eklogit hasil delaminasi akan lebih panas dan kurang padat dibandingkan dengan kerak samudra yang tertunjam di zone subduksi. Beberapa wilayah LIPs juga mungkin diakibatkan passive upwelling astenosfer yang tidak homogen ketika fragmen-fragmen benua saling memisah (McHone, 2000 : Non-plumemagmatism and rifting during the opening of the central atlantic Ocean - Tectonophysics, 316, p. 287-296). Beberapa LIPs yang lain mungkin akibat suture zone yang tereaktivasi atau zone2 lemah kerak Bumi, yang berasosiasi dengan peleburan mantel di bawahnya (Foulger et al., 2005 : A source for Icelandic magmas in remelted Iapetus crust -Journal of Volcanological and Geothermal research, v. 141, p. 23-44). Perlu diperhatikan bahwa hal-hal di atas adalah mekanisme detailnya, tetapi pencetus globalnya bisa impact crater di sisi antipodal. Demikian, kepunahan masal akibat NEO impact dapat menyebabkan efek berantai di Bumi. Impact-àAntipodal Upwelling Plume -à Flood Volcanism -à Extinction. Impact-nya sendiri juga telah menyebabkan kepunahan. Memahami Bumi harus secara integral, baik sebagai benda langit maupun sebagai planet itu sendiri dan makhluk hidup di biosfernya. salam, awang
--- On Sat, 8/30/08, Agung Mulyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Agung Mulyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Geo_unpad] NEO To: [EMAIL PROTECTED] Date: Saturday, August 30, 2008, 3:10 PM NEO Pada bulan Juli 1994 komet Shoemaker-Levy 9 menabrak Yupiter yang mengakibatkan terbentuknya kawah-kawah raksasa. Para pakar lantas membuat simulasi komputer untuk mengetahui apa yang bakal terjadi andai saja yang tertubruk komet tersebut adalah Bumi. Hasilnya terbentuk sebuah kawah seukuran Benua Amerika dengan disertai kerusakan total pada mahluk hidup di Bumi (hanya yang sedang piknik ke angkasa luar saja yang selamat). Semua benda alam di luar angkasa dengan berbagai ukuran yang datang mendekat, lewat di orbit Bumi, atau bahkan menghantam Bumi oleh para pakar Astronomi diwacanakan sebagai NEO (Near Earth Object). Asteroid, komet dan meteor adalah beberapa diantaranya, selain masih lebih banyak lagi yang lainnya yang masuk ke orbit Bumi dengan perioda ulang jutaan tahun. Sejak doeloe kala dan terus sampai masa mendatang Bumi sudah biasa dan akan terus terbiasa terbentur-bentur dalam sistem pergerakan alam semesta. Di Bumi kita banyak menjumpai kawah-kawah raksasa dan berbagai lekukan seperti teluk dan dasar lautan yang amat dalam. Konon katanya semuanya itu (sebagian besar) adalah menggambarkan adanya benturan yang kuat pada masa yang lampau. Bahkan bentuk-bentuk muka Bumi seperti itu sebenarnya sudah banyak yang musnah karena tidak dapat bertahan lama akibat digerogoti cuaca dan proses denudasi. Kawah Manicougan di Quibec, Kanada yang berdiameter 100 km adalah salah satu contoh jejak adanya tumbukan NEO yang konon terjadi pada 214 juta tahun yang lalu. Contoh yang lainnya Teluk Chesapeake di Washington yang terbentuk akibat dihantam meteor segede 18 km. pada 35 juta tahun yang lampau. Sekitar 70 juta tahun yang lampau NEO sebesar 10 km yang menghantam Bumi menyebabkan terbentuknya kawah berdiameter 22 km di Australia Tengah. Peristiwa ini sering dihubungkan dengan punahnya dinosaurus pada 65 juta tahun lalu. Ada kalanya NEO tidak sampai menumbuk Bumi tapi sudah kebelet meledak di atmosfer seperti yang pernah terjadi 30 Juni 1908 di Tunguska, Siberia. Ledakannya mengakibatkan seluruh Eropah saat itu terang-benderang dan terjadi debu berbentuk cendawan yang membumbung ke angkasa hingga 85 km. serta terbakarnya hutan seluas 2.000 km persegi. Masih banyak lagi jejak ulah NEO di Bumi. Lalu … apalagi gerangan dengan NEMESIS ? Bukti-bukti geologis memperlihatkan bahwa peristiwa katastrophisme di Bumi berulang sekitar 26-30 juta tahun. Nah ….. konon katanya menurut dongeng bahwa ini ada sangkut pautnya dengan apa yang dijuluki Nemesis. Untuk kang Dedi Hilnadi di Kalsel : “Kang, Nemesis teh lain babaturana mantega kanggo makan roti. oge lain sabangsana surabi oncom. Bukan … buka. beda banget !”. Untuk Ikhwan dan Akhwat “SELAMAT MENJALANKAN IBADAH SAUM”. Gagoeng __._,_.___ Messages in this topic (2) Reply (via web post) | Start a new topic Messages | Files | Photos | Links | Database | Polls | Members | Calendar Please Visit Our Website @ http://geounpad.ac.id/ and Our Forum @ http://forum.geounpad.ac.id/ Moderators: Budhi Setiawan '91 <[EMAIL PROTECTED]> Edi Suwandi Utoro '92 <[EMAIL PROTECTED]> Sandiaji '94 <[EMAIL PROTECTED]> Wanasherpa '97 <[EMAIL PROTECTED]> Satya '2000 <[EMAIL PROTECTED]> Andri'2004 <[EMAIL PROTECTED]> Change settings via the Web (Yahoo! ID required) Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Visit Your Group Cat Zone on Yahoo! Groups Join a Group all about cats. Curves on Yahoo! Share & discuss Curves, fitness and weight loss. Health Groups for people over 40 Join people who are staying in shape. . __,_._,___