Pak Kuntadi, Nampaknya setiap bangsa punya ceritanya sendiri untuk menceritakan apa yang dilihatnya, begitu juga untuk Table Mountain, yang merupakan landmark Capetown. Gunung ini punya tempat tersendiri di hati para Capetonians, mereka suka menyebutnya ‘the Stone Man’ atau ‘Grandfather’ - suatu bentuk personifikasi benda mati. Menurut legenda Afrika, daratan Afrika diciptakan oleh Qamata, anak dewa matahari, Tixo, dan dewi bumi, Djobela. Qamata berusaha membuat banyak daratan di antara lautan. Pekerjaannya ini mendapat tantangan yang berat dari naga laut yang menakutkan : Nganyaba. Ibu Qamata melihat bahwa usaha anaknya itu begitu berat, sehingga ia menciptakan empat raksasa untuk menolongnya. Keempat raksasa ini ditempatkan di empat penjuru angin : utara-selatan-barat-timur. Setelah banyak pertempuran, Qamata berhasil membuat daratan, lalu keempat raksasa yang membantunya tiba-tiba berubah menjadi empat gunung yang terus menjaga daratan yang telah dibuat Qamata. Gunung paling selatan, Umlindi Wemingizimu – Penjaga Selatan – tak lain adalah Table Mountain. Table Mountain memang bagian pegunungan paling selatan Afrika. Karena gunung inilah maka Capetown yang bersimpuh di kakinya aman dari serangan naga laut. Begitu ceritanya. Legenda the Devil’s Peak lain lagi. Ini saya dengar saat naik bus wisata keliling Capetown. Kata yang empunya cerita, pada abad ke-18 ada seorang bajak laut Belanda bernama Jan van Hunks. Bosan merompak di laut, ia menyepi seorang diri di lereng Table Mountain. Kegemaran van Hunks adalah mengisap cangklong dan tembakau. Malam hari, ia biasanya mengisap cangklongnya sambil menerawang ke Table Mountain. Asapnya pekat sekali. Suatu malam, tiba-tiba datanglah seseorang menghampiri van Hunks dan meminta tembakaunya. Tamu ini juga penghisap cangklong. Sebagai sesama penggemar tembakau, mereka lalu bertanding mengisap cangklong. Pertandingan berlangsung seru dan akhirnya berjalan selama empat hari. Pekatlah asap tembakau mereka berdua menutupi Table Mountain, orang-orang menyebutnya Table Cloth. Pertandingan dimenangkan van Hunks, serta merta lenyaplah si tamu, rupanya ia jelmaan setan, namun ia juga membawa van Hunks yang juga lenyap dalam pekatnya asap. Maka orang-orang Capetown kalau melihat awan putih menutupi Table Mountain, seperti terekam di foto yang saya kirimkan juga, mereka akan menngingat asap van Hunks dan tamu setannya. Tempat mereka berdua mengisap cangklong kemudian disebutnya : the Devil’s Peak. salam, awang
--- On Sun, 11/16/08, Kuntadi, Nugrahanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Kuntadi, Nugrahanto <[EMAIL PROTECTED]> Subject: RE: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua To: iagi-net@iagi.or.id Date: Sunday, November 16, 2008, 6:33 AM waaahhh...seru dan indah nian ya Cape Town. Pak Awang, by the way apakah ada dongeng dibalik kejadian Table Mountain Water Front itu? kok spt Gunung Tangkuban Perahu ya? Salam, kuntadi ________________________________ From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, November 15, 2008 11:59 AM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada Pak Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses IAGI-net untuk melampirkan foto-foto. salam, awang --- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua To: "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>, "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi BPMIGAS" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik bertemu dengan Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua samudra ? Mungkin saja, salah satunya di perairan sekitar Tanjung Harapan di sebelah selatan Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang ganas, tetapi raja Portugal menggantinya sebagai Tanjung Harapan (Baik) -Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk membuka jalan ke wilayah tropika. Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg, Afrika Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam, lebih melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke Los Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. "Ke Afrika ? Jauh sekali.", seru orang yang bertanya kepada saya dua minggu lalu. Sebenarnya, pergi ke Afrika dari Jakarta justru lebih dekat dibandingkan dengan kalau kita pergi ke Amerika. Terbang dari Singapura ke Johannesburg, pesawat diatur agar terbang dengan azimuth yang lurus terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra Hindia di antara Sumatra dan Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada Desember 2004, gelombang tsunami dari utara Simeulue pernah melintasi jarak yang sama dari Sumatra ke Afrika dalam beberapa jam saja. Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah sana. Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada waktu di Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah timur Afrika Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap mendatangi pulau ini untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan Afrika bagian barat. Pesawat mendarat di Johannesburg pada pagi hari. Akhirnya, saya menginjak benua Afrika, sebuah benua dengan keunikan tersendiri. Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan terbang dari Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak terbang terlalu tinggi. Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat pemandangan di bawah : pegunungan lipatan dan tinggian-tinggian pegunungan masif di bagian selatan Afrika Selatan yang diapit Samudra Hindia di sebelah selatan dan Karoo Plato/Basin di sebelah utaranya. Jalur pegunungan lipatan ini dalam peta-peta tektonik regional disebut Cape Fold Belt. Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan antara Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang sangat spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di sini, di Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari sebuah lengan menjadi tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Ketiga puncak gunung ini pula yang dijadikan AAPG sebagai logo pertemuan internasionalnya tahun ini. Dari udara, kota Capetown seperti bersimpuh dan terbuai di kaki ketiga puncak gunung Prakambrium-Paleozoikum ini. Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur pegunungan paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt, yang ujung baratnya terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai puncak-puncak Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion' Head merupakan pegunungan hasil benturan antarbenua. Secara genetik, pegunungan ini seperti Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan benturan antara benua India dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan Himalaya terbentuk pada 55 juta tahun yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt terbentuk pada sekitar 250 juta tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold Belt tersusun oleh kelompok batuan bernama Cape Supergroup, suatu superkelompok batuan sedimen (konglomerat, tilit-endapan gletsyer, batupasir, batulanau, dan batulempung) yang berumur 510-340 juta tahun (Kambrium-Karbon bawah). Tiga pegunungan/gunung di Capetown sendiri disusun oleh batupasir Table Mountain Group berumur 510-390 juta tahun (Kambrium-Devon). Pegunungan ini duduk di atas batuan granit (Cape Granite Suite) berumur 540 juta tahun dan sekis dan filit (Malmesbury) berumur 540-560 juta tahun. Bila batas bawah Kambrium adalah 542 juta tahun yang lalu (Gradstein et al., 2004), maka umur sekis ini adalah PraKambrium atau lebih tepatnya NeoProterozoikum (zaman Ediacara). Beruntung saya mendapatkan sampel batuan filit Malmesbury PraKambrium ini saat jalan-jalan di kaki Table Mountain, itulah koleksi batuan saya yang paling tua dalam bentuk genggaman -hand specimen (koleksi batuan poles yang tertua adalah yang saya beli di pelataran Opera House di Sydney yang berasal dari Pilbara Craton dengan umur sekitar 2500 juta tahun). Bagaimana Cape Supergroup yang menyusun Afrika Selatan tertekan sehingga membentuk Pegunungan Cape Fold Belt ? Ini melibatkan tektonik skala benua. Cape Supergroup adalah sekelompok sedimen yang dibentuk di tepi pasif sebelah barat Lempeng Afrika. Lempeng ini pada Masa Paleozoikum dikelilingi oleh Amerika Selatan dan Antarktika. Lempeng Amerika Selatan sedang bergerak ke timur dan Lempeng Antarktika sedang bergerak ke utara -keduanya menuju Afrika yang relatif tidak bergerak. Maka, ketiga lempeng ini sebenarnya saling bergerak mendekat. Gerakan lempeng-lempeng benua ini adalah dalam rangka membentuk superbenua Pangaea. Lalu antara 280 - 235 juta tahun (Perem-Trias) terjadilah benturan antara ketiga benua itu menutup cekungan samudra purba Adamastor. Sedimen Cape Supergroup yang terletak di bagian depan Afrika tertekan dan membentuk pegunungan lipatan Cape Fold Belt. Table Mountain di Capetown terlihat berlapis mendatar. Bagaimana bisa sebuah pegunungan lipatan benturan antarbenua mempertahankan sifat asal sedimentasinya yaitu berposisi mendatar pada lapisan-lapisannya. Rekonstruksi oleh Compton (2006 : The Rocks and Mountains of Capetown, Double Storey Books, Capetown) menunjukkan bahwa Table Mountain adalah dasar sebuah sinklin yang tersisa sehingga lapisan-lapisannya mendatar. Bersatunya Amerika Selatan dan Afrika pada ujung Perem tersebut menyusun sebagian Gondwanaland. Sebuah superbenua akan menghalangi sirkulasi mantle plume dari bawah. Peristiwa selanjutnya adalah mantle plume memisahkan apa yang sudah bersatu. Maka pada 180-130 juta tahun yang lalu (Yura - Kapur Awal bagian atas) Amerika Selatan mulai memisah kembali dari Afrika. Peristiwa perpisahan ini di Capetown ditandai oleh dolerite dykes yang memotong sekis/filit Malmesbury, Cape Granite Suite, dan Table Mountain Group. Dolerite dykes ini seumur dengan flood basalt besar di Namibia , utara Afrika dan di Parana (Amerika Selatan). Dolerite dykes dan flood lava basalt ini merupakan produk rising hot mantle plumes yang mengawali pembukaan South Atlantic Ocean Basin. Maka, tepi barat Afrika di mana Capetown berlokasi kembali menjadi tepi pasif lempeng benua. Kelompok sedimen yang lebih muda dari Yura (Kapur-Resen) diendapkan di tepi pasif ini yang posisinya sekarang di Samudra Atlantik sebelah barat Capetown. Cape Fold Belt menjadi sumber sedimen baik ke arah barat menuju Samudra Atlantik, ke selatan menuju Samudra Hindia, dan ke utara menuju Karoo Basin . Cape Fold Belt dan Capetown sejak 250 juta tahun yang lalu adalah sebuah pegunungan benturan, sedimentasi terakhir terjadi 280 juta tahun yang lalu saat endapan glasial memenuhi Gondwana. Maka boleh disebutkan bahwa Capetown telah kehilangan catatan sedimentasinya sejak 280 juta tahun yang lalu. Sejarah geologi Capetown adalah sejarah tentang pertemuan benua-benua membentuk superbenua dan mengangkat Cape Fold Belt (250 juta tahun yang lalu), dan cerita tentang perpisahan kembali Afrika dan Amerika Selatan pada 180-130 juta tahun yang lalu yang membentuk South Atlantic Ocean. Efek benturan dan perpisahan antarbenua langka terjadi di satu tempat, tetapi di Capetown, Afrika Selatan kedua hal itu terjadi. Berikut beberapa foto yang berhubungan, semoga dapat dibuka. Mohon maaf untuk yang tak dapat membuka lampiran karena tak semua milis dapat menerima lampiran. Salam, awang