Kitab "Pararaton" yang ditulis seorang penulis tak dikenal pada tahun 1535 Saka 
(1613 M) walaupun ditulis pendek saja (sekitar 250 baris kalimat pada daun 
lontar) ternyata di sana sini memuat berita kejadian-kejadian bencana geologi 
(banyu pindah, gunung anyar, gunung jeblug, lindu) di area Kerajaan Singasari 
dan Majapahit di sekitar Kediri sampai Delta Brantas sekarang. Kitab ini memang 
kronik sejarah para raja yang pernah memerintah di Kediri, Singasari, dan 
Majapahit; dari asal-usul Ken Angrok -pendiri Singasari  1144 Saka sampai 
Kertabhumi -raja terakhir berdaulat Majapahit 1400 Saka.
 
Kitab Pararaton telah diterima kalangan sejarawan untuk menjadi sumber resmi 
periode Singasari dan Majapahit (uraian lebih lengkap tentang ini bisa dibaca 
di Slamet Muljana (1968) - Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya 
Negara-Negara Islam di Nusantara -PT Bhratara, diterbitkan ulang tahun 2005 
oleh LKiS Yogyakarta.
 
Saya pernah menyebut dua bencana geologi di Kitab Pararaton (banyu pindah dan 
pagunung anyar) dua tahun yang lalu sebagai dasar saya membangun hipotesis 
kejadian bencana gununglumpur (gunung anyar) pada zaman Majapahit. Makalah 
lengkap tentang ini pernah saya presentasikan di Joint Convention Bali 
(IAGI-HAGI-IATMI) pada November 2006. 
 
Rekan-rekan yang ingin membaca Kitab Pararaton secara lengkap, terjemahan 
bahasa Indonesianya (bahasa asli kitab ini bahasa Kawi), kini ada yang terbaru 
(2008), yaitu yang diterbitkan Penerbit Narasi Yogyakarta. Kitab Pararaton ini 
ditulis ulang oleh Gamal Komandoko. Pengalihan aksara dan penerjemahan pertama 
Kitab Pararaton dilakukan oleh J. Brandes, ahli filologi (naskah kuno) 
berkebangsaan Belanda, pada tahun 1896. Setelah itu, ada beberapa terjemahan 
bahasa Indonesianya yang mulai muncul pada tahun 1960-an.
 
Kitab Pararaton tulisan ulang Komandoko (2008) adalah setebal 87 halaman, 
naskahnya disusun ke dalam 18 Bab, mengikuti bentuk asalnya. Satu Bab bisa satu 
kalimat saja. Kitab Pararaton disusun secara kronologis. Harganya murah saja, 
tak sampai Rp 20.000. Murah sekali untuk sebuah buku yang pernah menjadi sumber 
sejarah dua kerajaan besar di Indonesia : Singasari dan Majapahit. Dari buku 
ini kita akan menjadi tahu bahwa Tunggul Ametung, akuwu (bupati) di Tumapel 
sebenarnya melarikan Ken Dedes dari ayahnya seorang pendeta Mahayana. Si calon 
menantu kurang ajar ini kemudian dikutuk bahwa ia akan mati ditikam keris dan 
isterinya akan diambil oleh si pembunuh. Kutukan itu terjadi. Cerita semacam 
ini tak pernah ada di buku-buku sejarah saat saya masih duduk di sekolah 
menengah.
 
Baik, saya ingin mengutip beberapa kejadian bencana geologi di dalam Kitab 
Pararaton yang ternyata cukup banyak terjadi, dicatat secara khusus oleh 
penulisnya, mungkin karenabencana-bencana itu cukup berarti.
 
Bab 8
....Ada peristiwa gunung meletus, yakni gunung Lungge pada tahun 
Api-api-tangan-satu, atau tahun 1223 Saka. (api-api-tangan-satu adalah 
"sengkalan" (chronowords) yang sudah diterjemahkan dari bahasa Kawi ke bahasa 
Indonesia). Bab ini adalah periode pemberontakan Sora-Nambi-Ranggalawe kepada 
Jayanegara, raja kedua Majapahit.
 
Bab 9
....Kemudian tahun Guntur-pabanyu-pindah, atau tahun 1256 Saka. Bab ini adalah 
periode Gajah Mada menjadi mahapatih.
 
Bab 10
....Selanjutnya terjadi peristiwa gunung baru pada tahun 
ular-liang-telinga-orang, atau tahun 1298 Saka. Lalu terjadi peristiwa gunung 
meletus pada Minggy Madasia, tahun pendeta-sunyi-sifat-tunggal, atau tahun 1307 
Saka. Bab ini adalah periode Perang Bubat dan wafatnya Gajah Mada serta Hayam 
Wuruk.
 
Bab 11
....Lalu terjadi peristiwa gunung meletus di dalam minggu Prangbakat, pada 
tahun muka-orang-tindakan-ular,atau tahun 1317 Saka. Bab ini saat 
Wikramawardhana (Hyang Wisesa) jadi raja di Majapahit.
 
Bab 12
....Selanjutnya terjadi peristiwa gunung meletus di dalam minggu Julung-pujut, 
pada tahun tindakan-kitab suci-sifat-orang, atau tahun 1343 Saka. ...Lalu 
terjadi peristiwa masa kekurangan makan yang sangat lama pada tahun 
ular-zaman-menggigit-orang, atau tahun 1348 Saka. Bab ini saat Sri Ratu Batara 
Istri (Dewi Suhita) memimpin Kerajaan.
 
Bab 14
....Lalu terjadi peristiwa gempa bumi pada tahun 
sayap-golongan-menggigit-bulan, atau tahun 1372 Saka. Lalu terjadi gunung 
meletus di dalam minggu Kuningan pada tahun belut-pendeta-menggigit-bulan, atau 
tahun 1373 Saka. Bab ini saat Kertawijaya jadi raja di Majapahit
 
Bab 17
....Lalu terjadi peristiwa gunung meletus di dalam minggu Landep pada tahun 
empat-ular-tiga-pohon,atau tahun 1384 Saka. Bab ini saat Bhre Wengker (Hyang 
Purwa Wisesa) jadi raja.
 
Bab 18
....Lalu terjadi peristiwa gunung meletus di dalam minggu Watu Gunung pada 
tahun tindakan-angkasa-laut-ekor, atau 1403 Saka. Bab ini saat Pandan Salas, 
Singawardhana, dan Kertabhumi jadi raja-raja, masing-masing dalam waktu yang 
singkat, di Majapahit. Kertabhumi adalah raja terakhir Majapahit saat masih 
berdaulat (sebelum menjadi bawahan Demak sejak 1400 Saka). Tahun 1400 Saka 
terkenal sebagai sirna-ilang-kertaning-bhumi : berakhirnya Majapahit (1478 M).
 
Demikian menurut Kitab Pararaton, bencana-bencana geologi terjadi 
berulang-ulang selama masa Majapahit berada di Delta Brantas.
 
Pararaton adalah kitab kuno. Isinya bukan hanya kisah yang sarat intrik, tetapi 
juga gagasan tentang bagaimana kekuasaan direbut, dikelola, dan dipertahankan, 
termasuk peristiwa-peristiwa geologi di sekitarnya.
 
Saya kutipkan sebagian kalimat-kalimat penutup Pararaton.
 
"Selesai ditulis di Iccasada di desa Sela Penek pada tahun Saka :.... tahun 
1535. Diselesaikan ditulis pada hari Pahing, Sabtu, minggu Warigadyan, tanggal 
dua, tengah bulan menghitam, bulan kedua....Semoga panjang umur, mudah-mudahan 
demikian hendaknya. Demikianlah, semoga selamat bahagia, juga si penulis ini."
 
salam,
awang
 
 
 
 


      

Kirim email ke