Mas Miko dan Gem Lovers yang budiman, Besar kecilnya atau kasar halusnya pertumbuhan kristal umumnya dikontrol oleh kecepatan pendinginan larutan magma atau hidrotermmal dan banyaknya larutan yang akan membentuk mineral. Semakin cepat penurunan temperatur larutan, maka semakin kecil kristal akan berukuran kasar atau besar. Mirip dengan basalt dan gabro yang komposisinya kimianya sama, namun teksturnya bisa jauh berbeda. Di kompleks ofiolit Ampena, Sulawesi tengah pernah saya jumpai piroksen dan plagioklas berukuran hingga 10 cm diameter pada pegmatit gabro. Larutan kaya silika yang cepat sekali membeku dan banyak air (hidrotermal) akan membentuk calchedon atau opal atau agate yang tidak lain dari himpunan mineral kuarsa yang amorf hingga sangat halus. Tiang-tiang kuarsa hexagonal yang besar-besar biasanya terbentuk karena adiabatik" yang tercipta akibat larutan silika tejebak dalam ruangan seperti lubang lava dan penurunan temperaturnya stabil cukup lama dan turun pelahan-lahan.
Mengenai larinya bahan mentah harta karun batumulia keluar negri begitu saja, mungkin perlu kepedulian semua pihak seperti organisasi profesi IAGI, MGEI, Dept. Perindustrian, Pertambangan, Perdagangan, Pemda dsb. Nasib bahan mentah tambang di negeri yang "dianggap berkembang" ini (kapan berhenti berkembang ?). Tambang timah di Babel yang sudah hampir seabad (sejak jaman kolonial)belum bisa menghasilkan timah solder dinegri sendiri, setengah abad tambang nikel di Sulsel namun sendok garpu stainless steel masih import (penghasil logam nikel dunia justru Jepang yang tidak punya tambang!!), demikian juga kita masih import kabel tembaga padahal di papua telah 40 tahun ada tambang tembaga dan emas kelas dunia! Mungkin inikah keprihatinan kita semua! Sudahkan tanah air kita tergadai ? Salam Andri SSM > Mas Miko, > Untuk mengetahui genesa kristal kwarsa tersebut, cara termurah dengan > Fluid Inclusion (di LIPI Sangkuriang ada alatnya, hubungi Dr. Iskandar > Zulkarnaen). > Prinsipnya diukur Th (Temperature of homogenization) dari FI yang > terkandung dalam kristal ybs. Bila Th rendah mungkin dugaan pembentukan > pada saat resen seperti stalaknit betul. Bila Th tinggi (diatas 150 > Celcius) pasti terbentuknya dari hidrotermal. > Salam, > Yatno > ----- Original Message ----- > From: miko > To: iagi-net@iagi.or.id > Cc: rsetijadi_ia...@yahoo.co.id ; mira buana ; Iman Santoso ; Feni > Kertikasyari ; Kuncoro > Sent: Monday, June 01, 2009 1:05 PM > Subject: [iagi-net-l] GEM-LOVERS : KRISTAL KUARSA DARI TASIKMALAYA-JABAR > > > Rekan-rekan Gem / Crystal - Lovers yang budiman, > > Beberapa hari yang lalu, mang Okim mendapatkan kiriman beberapa contoh > kristal kuarsa dari wilayah Kecamatan Cipatujah, Tasikmalaya. Kristal > kuarsa tersebut yang katanya merupakan temuan baru , tersingkap berupa > rekahan di tebing sungai yang terisi oleh kristal-kristal kuarsa > beragam kualitas , ada yang seperti susu ( milky quartz ), jernih / > bening ( rock crystal ), dan ungu ( amethyst / kecubung ). Beberapa > bongkah kuarsa ditemukan tergeletak di dasar sungai dengan permukaan > kristal yang telah tererosi. Ukuran kristalnya juga bermacam-macam , > ada yang mini, sedang, dan cukup besar ( 3-5 cm ). > > Kristal kuarsa seperti yang di Tasikmalaya Selatan ini sebenarnya dapat > ditemukan di mana-mana. Di daerah Sareweh, Banten misalnya , kristal > kuarsa yang langka-langka dengan ukuran besar-besar dan panjang > ditemukan juga , demikian juga di Alahan Panjang, Sumbar, di Pangkalan > Bun, Kalteng, dan lain-lain. Mang Okim sengaja mengekspose yang di > Tasikmalaya ini karena ada fenomena yang menarik yang jarang dijumpai > di lokasi-lokasi lain, yaitu adanya kandungan kristal-kristal kecil > kuarsa yang tumbuh di atas permukaan kristal-kristal yang lebih besar ( > lihat gambar ). Kristal-kristal minuscules ini ada yang tunggal, ada > juga yang berkelompok. Kalau kita tidak hati-hati memegangnya, pasti ada > yang tertancap di telapak tangan kita , akan terasa perih , dan harus > dicabuti . > > Pertanyaan yang ada di benak mang Okim adalah tentang genesis > kristal-kristal yang ukurannya kecil tersebut , apakah terbentuk pada > periode yang sama dengan kristal-kristal yang besar ( Oligo-Miosen / > Miosen ), ataukah terbentuk kemudian sampai saat ini ( seperti halnya > proses stalaktit ) . Rekan yang menemukan urat kuarsa tersebut bercerita > bahwa aliran air terus mengguyur rekahan yang terisi kristal-kristal > kuarsa sehingga ada bagian yang berwarna hitam karena permukaannya > tertutup lumut atau endapan mangaan, dan ada juga bagian yang bersih. > Apakah mungkin kalau di bagian urat kuarsa yang terendam air kemudian > tumbuh kristal-kristal kecil ? Hal inilah yang masih menjadi teka-teki > bagi mang Okim yang semoga ada ahli kristalografi atau mineralogi yang > dapat memberikan pencerahan. > > Rekan-rekan Gem / Crystal Lovers yang budiman, > > Misteri dunia kristal dan mineral seolah tak ada akhirnya. Demikian > juga dengan kekayaan kristal dan mineral Indonesia yang menantikan > sentuhan para ahli kebumian kita . Mereka iri hati dan cemburu akan > dominasi penelitian di bidang minyak, gas bumi, batubara, emas, tembaga, > timah hitam, dan sejenisnya , yang selama ini melibatkan hampir 100 % > tenaga ahli kebumian Indonesia. Mereka yang spesialisasinya di bidang > kristalografi dan mineralogi, yang diharapkan dapat melakukan research > dan development di bidangnya, banting stir beralih ke kegiatan > penelitian yang mendukung kepentingan para pengusaha yang sasarannya > menguras sumber daya tambang yang tak terbarukan. Prodi-prodi geologi di > banyak universitas di Indonesia demikian juga , koleksi kristal dan > mineral di laboratoriumnya yang sangat bermanfaat sebagai sarana > praktikum dan penelitian para mahasiswanya , kurang berkembang. Sampai > kapan hal ini akan berlangsung - - jawabannya sungguh sulit diramalkan > - - - ta' iya ! > > Beberapa waktu yang lalu mang Okim mendapatkan kehormatan dikunjungi > oleh Mas Yo Sumartojo dan adik beliau Slamet Soebagio ( sahabat dekat > mang Okim di Paduan Suara ITB, 1963 - 1966 ). Mang Okim sempat gelagapan > ketika ditanya oleh Mas Yo tentang jenis pohon dari Petrified Wood yang > banyak bergeletakan di Serambi Batumulia dan di Workshop Pasir Luhur. > Mas Yo sangat surprise ketika mang Okim menjelaskan bahwa tak ada > satupun institusi pendidikan yang tertarik untuk meneliti ribuan batang > Petrified Wood yang terkandung luas di daerah selatan P. Jawa, dari > Banten, Jabar, Jateng, sampai Jatim. Demikian juga di Jambi, Bengkulu, > Sumsel, Lampung, Kaltim, dan lain-lain. Pertanyaan mas Yo tersebut > tentunya wajar-wajar saja karena kalau kita mau mengacu ke Petrified > Wood di Arizona ( National Parks ), hampir seluruh fosil kayu yang > ditemukan di lapangan teridentifikasi namanya., sementara di Indonesia, > para ahlinya tertegun saja menyaksikan exodus petrified wood Indonesia > yang sampai saat ini terus saja diekspor mentah atau setengah jadi tanpa > diteliti sebelumnya. > > Semoga himbauan dan pengamatan mang Okim ini tidak diartikan > macem-macem karena tujuannya sekedar mengajak rekan-rekan khususnya di > Perguruan Tinggi terkait , untuk menyisihkan sedikit waktunya dan mulai > memikirkan tentang pemberdayaan para ahli mereka dalam penelitian dan > pengembangan di bidang kristalografi, mineralogi, taksonomi, dan lain > sebagainya. > > Salam Cinta Batumulia dan Kristal, > > Mang Okim > > > > > > > Sujatmiko > e-mail : m...@gemafia.co.id or m...@cbn.net.id > www.gemafia.co.id > -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------------------------