Dihadiri 108 orang, dibuka oleh ketua IAGI Pengda Jabar-Banten pak Ade Jumarma 
dengan disaksikan oleh ketua dan Sekjen IAGI, sesepuh IAGI dan wakil-wakil dari 
berbagai institusi. Diskusi ini berlangsung meriah dan sangat menarik.

Diawali oleh Pak Budi Priyatna, seorang geologis yang dipercaya menjadi ketua 
Bapeda Banten, Tim Badan Geologi (Pak Zaenudin, Pak Rum Budi dan Pak Indra 
Badri) yang dipresentasikan oleh pak Zaenudin dan diakhiri oleh presentasi dari 
Pak Hendarmawan (UNPAD) serta Pak Lambok Hutasoit (ITB)

Beberapa masalah yang menjadi bahan diskusi :

1. Penyebab semburan : semua pembicara setuju bahwa adanya kandungan gas 
merupakan penyebab utama tingginya semburan.

2. Asal air semburan : Ini terbagi menjadi beberapa pendapat; air meteorit, air 
konat atau campuran dari keduanya, perdebatan berlangsung menarik dengan 
menggunakan data  kimia airtanah sebagai bahan diskusi.

3. Asal gas semburan : Kesimpulan dari tim Badan geologi yang mengindikasikan 
bahwa gas ini berasal dari aktifitas vulkanik menjadi bahan diskusi yang 
menarik dikarenakan adanya perbedaan kompisisi gas dengan kondisi sumur-sumur 
sejenis di daerah sekitar (yang juga mengeluarkan semburan gas dan air pada 
saat pengeborannya, sebagian baru berhenti setelah > 9 bulan dan ada juga yang 
masih aktif hingga saat ini). Permasalahan yang lain adalah jenis gas pada 
lokasi yang baru ini, karena bertemperatur rendah dan periode semburan yang 
tidak konstan. 

4. Asal lumpur semburan: Inipun terbagi menjadi beberapa pendapat, data yang 
digunakan sebagai bahan diskusi adalah data fosil pada lumpur semburan.

5. Upaya saat ini : Berbagai kemungkinan untuk pencegahan dan pengelolaan 
semburan air mengemuka dalam diskusi ini. Banyak yang berpendapat agar sumur 
ini tidak ditutup dan dimonitor sebagai bahan kajian ilmiah pola hidrogeologi 
daerah ini serta upaya menjadikannya sebagai salahsatu daya tarik geowisata. 
Dalam hal pemanfaatan, diperlukan pengamatan mengenai kualitas airtanah secara 
menerus terlebih dahulu.

Untuk pencegahan, perlunya suatu kajian mengenai standarisasi SOP pemboran 
airtanah serta mulai dikenalkannya model blow out preventer (BOP) dalam 
pemboran airtanah di wilayah yang memiliki resiko kandungan gas seperti wilayah 
ini

Sebagai penutup yang disarikan oleh ketua Pengda adalah sebagai berikut:


-         
Perlunya mengetahui sumber dari gas tersebut, hal ini merupakan suatu bahan 
yang menarik untuk dikaji
-         
Perlu monitoring untuk mengkaji apa
yang harus dilakukan serta perlunya sosialisasi antara para ahli kebumian 
dengan Pemda dan pengusaha pemboran airtanah.
-         
Perlu
pemahaman menyeluruh mengenai perundangan dan peraturan teknis dalam 
pengelolaan airtanah.



Demikian sekilas pandangan mata dari Auditorium Museum Geologi Bandung pada 
hari Jumat, 10 April 2009 jam 14.30 - 17.30 WIB.


Salam,
Fajar (2448)






      

Reply via email to