Bertempat di lereng Gunung Slamet, para penggiat geologi (mahasiswa, dosen, peneliti, konsultan, birokrat pusat dan daerah) pada hari Sabtu 14 November 2009 berdiskusi membincangkan strategi pengupayaan sumberdaya mineral dan energi di Indonesia. Kegiatan ini dikoordinasi oleh para mahasiswa Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman dalam rangkaian dies natalisnya yang ketiga. Kegiatan seminar ini mengambil tema "Strategi dan Optimalisasi Sumber Daya Mineral dan Energi dalam Perspektif Dunia Usaha".
Seminar berlangsung di tempat sejuk di sebelah utara Purwokerto, di Hotel Queen Garden Baturraden di lereng Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah. Pemandangannya tentu saja indah, apalagi bagi seorang geologist sebab seperti kata Albert Heimm seorang geologist memandang alam tak hanya keindahannya, melainkan juga dengan pengertian di dalamnya. Ke sebelah utara, terpampang Gunung Slamet yang perkasa, ke sebelah selatan nampak lembah Serayu Selatan yang permai dan samar-samar Pegunungan Selatan di kejauhan. Seminar berjalan sukses, saya salut kepada adik-adik mahasiswa Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman, yang meskipun jurusannya baru berumur tiga tahun dan belum mempunyai lulusan telah berhasil mengadakan seminar berskala nasional, mendatangkan para pembicara yang tepat, dan membuat peserta terus semangat dan bertahan sampai seminar usai menjelang maghrib. Peserta seminar sekitar 250 orang meliputi para mahasiswa geologi dari berbagai perguruan tinggi (Unsoed, Undip, UPN, UGM, STTNAS, Akprind, ITB, AGP, Trisakti dan yang lainnya), para birokrat Pemerintah pusat dan daerah di bidang geologi (Badan Geologi, BPMIGAS, kantor ESDM di Kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara), para dosen (terutama Unsoed), para peneliti (LIPI Karang Sambung) dan perusahaan2 nasional ekstraksi mineral dan energi (ANTAM, Geo-Dipa), dan para pembicara dari berbagai instansi. Seminar diramaikan oleh kesenian daerah Banyumas "kentongan", yaitu sekitar 20 pria berpakaian warna menyolok membuat dua barisan membunyikan berbagai alat musik tradisional (angklung, tambur, dll.), di tengah ada seorang wanita menari mengikuti irama musik yang berjalan dengan cepat dan ceria. Kesenian kentongan dimainkan pada saat mau memulai acara dan istirahat. Menarik menyaksikannya. Tujuh materi dibahas dalam seminar ini, terdiri atas : 1. Dr. Djadjang Sukarna (Sekretaris Badan Geologi) : "Strategi dan Optimalisasi Sumber Daya Mineral dan Energi dalam Perspektif Dunia Usaha" -presentasi kunci 2. Suwondo Koesoemo (GM Geo-Dipa) : "Geothermal -Peranan Energi Panas Bumi di Indonesia" 3. Prof. Dr. Emmy Suparka (ITB) : "Panas Bumi sebagai Energi Alternatif di Era Industrialisasi" 4. M. Abi Anwar (ANTAM) : "Global Crisis in the Prespective of Metal Industry : Nickel & Aluminum" 5. Dr. Andang Bachtiar (ETTI) : "Eksplorasi Migas Indonesia : Serba-Serbi" 6. Awang H. Satyana (BPMIGAS) : "Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia : Status,Tantangan, dan Peluang" 7. Awang H. Satyana : "Intra-Arc Transtension Duplex of Majalengka to Banyumas Area: Prolific Petroleum Seeps and Opportunities in West-Central Java Border" Seminar dibuka pada pukul 08.30 oleh sambutan2 dari ketua Panitia (Unsoed), ketua himpunan mahasiswa Teknik Geologi Unsoed "Dokter Bumi", sambutan dari Ketua Jurusan Prodi Teknik Geologi Unsoed -Pak Gentur Waluyo, dan dibuka secara resmi oleh Pembantu I Dekan Fakultas Teknik dan Sains -Pak Anastain. HMTG "Dokter Bumi" mempunyai semboyan yang menarik "kami hidup dari Bumi, untuk Bumi, dan siap mati untuk Bumi. Pak Gentur saat memberikan sambutan membuat canda yang menarik tetapi ada benarnya bahwa Geologi Unsoed adalah jurusan geologi terjauh di Indonesia, bahkan lebih jauh daripada di Universitas Cendrawasih Papua. Kok bisa ? Sebab, dari mana pun untuk mencapai Jurusan Geologi Unsoed yang kampusnya ada di Purbalingga, minimum dibutuhkan lima jam. Dari Yogya perlu enam jam, dari Bandung naik KA atau mobil pasti juga lebih dari enam jam. Maka kampus geologi Unsoed "paling jauh di Indonesia". Pak Anastain menambahkan, meskipun paling jauh, geologi Unsoed adalah satu-satunya jurusan geologi yang berpangkat Jenderal (betul juga, Jenderal Soedirman). Meskipun jauh, jangan khawatir, tetap dekat di hati... Seminar kemudian dilanjutkan dengan presentasi kunci yang dibawakan oleh Pak Djadjang Sukarna. Pak Djadjang membuka presentasinya dengan memperkenalkan Badan Geologi yang fungsinya meliputi aspek2: Geo-Science (sains geologi), Geo-Resources (sumber daya geologi), Geo-Environment (lingkungan geologi), Geo-Hazards (kebencanaan geologi), dan Geo-Information (data base & layanan publik). Dalam mengantisipasi strategi dan optimalisasi sumber daya ke depan, menurut Pak Djadjang ada isu-isu nasional dan global yang akan menjadi dasar strategi dan optimalisasi tersebut. Isu-isu nasional meliputi : penyediaan energi, air dan pangan. Isu-isu global meliputi : perubahan iklim, lingkungan dan masalah HAM. Indonesia memiliki potensi sumber daya energi dan mineral berlimpah yang merupakan modal dasar bagi pembangunan nasional untuk meningkatkan kersejahteraan masyarakat dan menciptakan keadilan bagi segenap rakyat Indonesia. Untuk itu, maka pemanfaatannya harus dapat mengantisipasi isu-isu nasional dan global. Pemanfaatan sumber daya energi dan mineral harus mempertimbangkan fungsi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya energi dan mineral harus ditransformasikan dalam bentuk renewable resources berupa human capital, building capital dan social capital. Pemanfaatan sumber daya energi mineral harus dalam kerangka tujuan nasional dengan penerapan good governance dan pemberdayaan masyarakat. Pak Suwondo memberikan materi berhubungan dengan masalah panas bumi di Indonesia, memulai presentasinya dengan memperlihatkan berapa banyak BBM yang dipakai untuk memutar turbin pembangkit listrik dan berapa banyak subsidi yang diberikan agar listrik tersebut tetap murah sampai kepada konsumen. Uap dari panas bumi sebenarnya sangat potensial untuk menjadi pengganti pemutar turbin. Ketika produksi minyak makin menurun, maka mau tak mau semua energi alternatif termasuk panas bumi harus diberdayakan pemanfaatannya. Pemanfaatan energi panas bumi sebagai pembangkit listrik memang makin meningkat dari awal (1982, 32 Mw) sampai 1035 Mw pada tahun 2009. Tetapi dibandingkan potensinya, pemanfaatan itu masih jauh dari optimal. Sebagai sumber energi alternatif, panas bumi Indonesia punya peluang2 seperti : renewable & clean energy, cadangan Sumatra-Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Sulawesi 20.000 Mw (total daya terpasang pembangkit listrik di Indonesia 29.705 Mw, dari panas bumi baru 3,48 %), akan mengurangi penggunaan BBM. Kendala-kendala yang telah dan akan terjadi a.l. meliputi : kondisi medan & alam mengganggu pipa uap – erosi lumpur, indikasi penurunan sumur produksi, H2S – korosi, investasi sumur mahal (US $ 5,000,000), terbatasnya mekanisme insentif & pendanaan, tumpang tindih geothermal dgn cagar alam/taman nasional. Pak Soewondo melanjutkan presentasinya dengan kasus pemanfaatan panas bumi di dataran tinggi Dieng. Ibu Emmy Suparka meneruskan membahas potensi panas bumi Indonesia. Pada intinya, Bu Emmy menekankan bahwa Indonesia kaya akan potensi panas bumi sebagai suatu negeri dengan gunungapi terbanyak di dunia, tetapi pemanfaatannya masih sangat minimal. Panas bumi adalah energi alternatif yang nyaris terlupakan. Terdapat 256 lokasi sumber daya panas bumi Indonesia (berasosiasi dengan jalur gunungapi) terutama di Sumatera, Jawa, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Utara dan Selatan, Maluku dan Maluku Utara. Potensi energi panas bumi sebesar 27.000 Mw, tetapi kapasitas terpasangnya baru 1042 Mw. Sebenarnya potensi panas bumi Indonesia unggul di dunia sebab 40 % potensi panas bumi dunia ada di Indonesia (bandingkan dengan tak sampai 5 % cadangan migas dunia ada di Indonesia). Panas bumi pun punya keunggulan-keunggulan lain seperti berikut. Panas bumi merupakan sumber energi terbarukan karena proses pembentukannya terus-menerus sepanjang masa selama kondisi lingkungannya dapat terjaga keseimbangannya. Pemanfaatan energi panas bumi relatif ramah lingkungan karena unsur-unsur yang berasosiasi dengan energi panas tidak membawa dampak lingkungan. Emisi gas CO2, SO2, dan NO2 yang dihasilkan PLTP terhitung sangat rendah. Penggunaan lahan untuk pengolahan energi panasbumi relatif minimal. Energi panasbumi dapat diandalkan untuk pemenuhan beban dasar listrik secara terus menerus. Meskipun demikian, nampak bahwa energi panas bumi masih jauh dari optimal dimanfaatkan Indonesia. Barangkali masalahnya bukanlah pada potensi itu sendiri, tetapi lebih kepada keputusan-keputusan politik regulasi energi. Setelah istirahat-sholat-makan siang dan menikmati kesenian tradisional "kentongan" di lereng Gunung Slamet yang puncaknya mulai ditutup awan mendung dan pemandangan lepas ke lembah Serayu selatan, seminar dilanjutkan dengan membahas masalah industri logam nikel dan aluminium dalam bingkai krisis keuangan global. Presentasi dibawakan oleh Pak Abi Anwar dari Aneka Tambang. Setelah membahas sedikit tentang krisis global yang mendera dunia beberapa saat yang lalu mulai dari negara-negara maju, Pak Abi menampilkan imbas masalah ini kepada industri nikel. Ditunjukkan fluktuasi harga nikel di pasaran dunia sejak sebelum krisis, selama krisis dan saat ini. Terdapat periode konservatif saat harga nikel berfluktuasi dengan kisaran harga yang sempit karena permintaan terbatas, pihak2 yang terlibat (produsen, konsumen, dll) terbatas, dan cadangan nikel relatif berlimpah. Saat itu para produsen nikel merupakan pengontrol harga. Bila harga nikel turun, mereka akan melakukan pemotongan biaya dan efisiensi produksi. Periode ini terjadi sebelum 2003. Pada pertengahan tahun 2003 ada tanda-tanda periode booming saat permintaan nikel begitu meningkat dan memuncak pada Mei-Juni 2007 saat harga nikel menjadi 54,000 US$/ton. Meskipun kondisi ini menguntungkan produsen nikel, pada saat yang bersamaan ada kekhawatiran di kalangan produsen bahwa pasokan berlebih saat permintaan berkurang akan berbahaya dan dunia akan menemukan pengganti nikel. Namun periode puncak ini hanya sejenak, bersamaan dengan krisis global dan permintaan mendadak menurun, kini harga nikel telah terkoreksi ke 17,500-20,000 US$/ton. Pak Abi lalu melanjutkan membahas komoditi alumunium yang pasarnya kuat sepanjang 2008 dengan harga puncak 2718 US$/ton (acuan LME three-month price). Namun mulai tahun 2009 permintaan alumunium menurun terus sampai saat ini harganya 1,300-1,400 US$/ton. Dengan sendirinya, kondisi-kondisi ini punya multiplier effect kepada industri nikel dan alumunium termasuk PT Aneka Tambang. Bagian akhir presentasi Pak Abi menampilkan ringkasan tambang-tambang dan pengolahan nikel serta alumunium PT Aneka Tambang. Bagian akhir seminar ini membahas sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia. Presentasi diawali oleh Pak Andang Bachtiar yang mengemukakan berbagai isu tentang eksplorasi dan produksi migas di Indonesia. Pak Andang memulai presentasinya dengan menampilkan berbagai regulasi yang berhubungan dengan migas yaitu UU No. 44/1960, UU No. 8/1971 dan UU No. 22/2001. Kemudian, dilanjutkan dengan menampilkan berbagai statistik mutakhir meliputi jumlah blok (wilayah kerja), cadangan minyak dan gas bumi, pekerjaan survei seismik 2D, 3D, pengeboran eksplorasi, produksi minyak-gas-kondensat, pertumbuhan investasi migas dalam bentuk pertambahan jumlah blok, biaya eksplorasi versus biaya lainnya dalam migas (pengembangan, produksi, administrasi), dan statistik cost recovery. Setelah itu, Pak Andang menunjukkan kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam sektor migas, pemetaan-pemetaan cekungan sedimen yang dilakukan berbagai instansi di Indonesia belakangan ini, tentang siklus eksplorasi migas di Indonesia. Terakhir, Pak Andang mendiskusikan tentang perlunya kita melihat kembali sumur-sumur yang dikatakan gagal itu sebab belum tentu gagal dalam arti sebenarnya, bisa saja evaluasi kita yang salah. Menutup presentasinya, Pak Andang menyimpulkan : (1) Peluang eksplorasi migas di Indonesia masih akan terus terbuka lebar dan luas, terutama karena: regulasi yang menunjang, potensi sumber daya yang memadai, status eksplorasi yang masih awal, pemikiran/konsep/teknologi baru yang terus dikembangkan; (2) Untuk menunjang eksplorasi migas Indonesia, pengembangan kreatifitas, daya pikir dan intelektualitas perlu terus diupayakan sejak mahasiswa karena: “oil is found in the mind of people”, creative minds come from good training and education, dan siapa lagi yang akan melakukannya kalau bukan kita. Menarik melihat statistik tentang biaya eksplorasi selama hampir 10 tahun ini, yaitu bahwa biaya eksplorasi hanya sekitar 5-10 % dari keseluruhan biaya investasi migas; bahkan biaya eksplorasi ini tak sampai setengahnya dari biaya administrasi (gajih, gedung, dll.). Maka, janganlah berharap mendapatkan penemuan besar selama eksplorasi minimal, melamunkan pun jangan ! Pembicara terakhir dalam seminar ini adalah saya sendiri, menampilkan dua materi (1) Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia : Status,Tantangan, dan Peluang; dan sebuah materi teknis tentang Banyumas Basin tempat Geo-Unsoed berlokasi : (2) Intra-Arc Transtension Duplex of Majalengka to Banyumas Area:Prolific Petroleum Seeps and Opportunities in West-Central Java Border. Materi (1) banyak berhubungan dengan materi yang Pak Andang presentasikan, saya presentasikan beberapa hal yang belum dibahas Pak Andang, yaitu tentang BPMIGAS sekaligus memperkenalkannya kepada para mahasiswa. Visi BPMIGAS adalah : Menjadi suatu lembaga pengawasan dan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu Migas yang efisien dan efektif. Untuk mewujudkan visi ini, maka BPMIGAS memiliki misi-misi sebagai berikut. 1. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kontrak kerja sama untuk menjamin efektifitas dan efisiensi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 2. Mengupayakan tersedianya minyak dan gas bumi dari hasil Kegiatan Usaha Hulu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 3. Mengutamakan pemanfaatan sumberdaya nasional yang terkait dengan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 4. Mendukung terciptanya iklim investasi yang kondusif bagi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 5. Meningkatkan kompetensi organisasi yang profesional dalam melakukan pengawasan dan pengendalian. Sebuah misi yang berat tetapi harus dilakukan sebab BPMIGAS bersemboyan "mengelola migas untuk Bangsa". Materi terakhir saya presentasikan agar para mahasiswa menyadari bahwa eksplorasi migas tak hanya berbicara dengan workstation dan software yang canggih-canggih. Membangun konsep eksplorasi dengan melakukan analisis back to basic sangat diperlukan. Workstation hanyalah tool belaka, tetapi membangun konsep memerlukan pikiran yang kreatif setelah melakukan banyak analisis. Materi ini pernah dipresentasikan di pertemuan IPA bulan Mei yang lalu (Cipi Armandita, Mukti Maruf, Awang Satyana, 2009). Saya membawakannya secara khusus untuk para mahasiswa Geo-Unsoed yang saya harapkan kelak menjadi local expert untuk Banyumas Basin sebab kampus mereka berlokasi di wilayah yang dalam pemahaman saya memiliki geologi sangat menarik (bintang lima !). Materi ini berbicara tentang begitu banyaknya rembesan minyak dan gas di suatu jalur yang membujur dari baratlaut-tenggara dari Majalengka sampai Banyumas. Jalur ini segaris dengan sesar besar dekstral yang saya sebut Zona Sesar Pamanukan-Cilacap. Jalur ini pun segaris dengan penyebaran Formasi Halang dan Formasi Kumbang. Di ujung baratlaut jalur ini berdiri dengan gagah Gunungapi Ciremai, sementara di sebelah tenggaranya berdiri Gunungapi Slamet yang tak kalah perkasanya. Analisis struktur detail yang dilakukan Cipi Armandita menunjukkan bahwa posisi Ciremai berada pada suatu dogleg dalam dua sistem sesar mendatar dextral (duplex). Karena dextral, dogleg atau belokan tajam ini bersifat membuka, sehingga kita sebut saja trans-tension duplex. Studi sedimentologi detail di lapangan yang dilakukan pada Formasi Halang oleh Mukti Maruf di sebelah tenggara Ciremai menunjukkan bahwa semua arah sedimentasi Halang dari baratlaut ke tenggara. Hal ini membuka interpretasi bahwa Halang dipasok oleh proto-Ciremai yang terjadi sebagai back-arc volcanism yang duduk di atas Sesar Pamanukan-Cilacap. Patut dicurigai bahwa proto-Ciremai yang berumur Miosen itu bukan subduction-related volcanism tetapi back-arc volcanism yang kemunculannya ke permukaan akibat trans-tension duplex Pamanukan-Cilacap. Maka sebuah rekonstruksi disusun, bahwa pada Miosen dari Majalengka sampai Banyumas ada space of accommodation akibat pembukaan transtension duplex Pamanukan-Cilacap, ke dalamnya diendapkan sedimen volkaniklastik Formasi Halang dan Formasi Kumbang. Provenance kedua sedimen ini adalah gunung-gunungapi purba proto Ciremai dan Kumbang yang terbentuk di dogleg transtension duplex. Lalu pada periode berikutnya, jalur trans-tension ini terangkat atau terinversikan seiring terjadinya migrasi thrusting dari pojok baratdaya Jawa Barat menuju timurlautnya (ingat konsep migration thrust Jawa Barat Pak Suyono Martodjojo, 1984 ) dari Cikalong Thrust sampai Baribis Thrust. Jalur transtension Majalengka-Banyumas ini terinversikan seiring terjadinya Cirata Thrust pada N19. Kami menyebutnya Cirata-Cadasngampar Thrust. Inversi inilah yang membuat implikasi petroleum system yang penting untuk Jalur Majalengka-Banyumas. Begitu jalur ini terangkat, sebelah utara dan selatan jalur ini tenggelam dengan cepat selama Pliosen akibat gaya isostatik. Segera terbentuk depresi di wilayah selatan jalur ini yang kami sebut Depresi Bobotsari-Serayu Utara di sebelah utara jalur dan Depresi Banyumas-Citanduy di sebelah selatan jalur. Ke dalam kedua depresi ini diendapkan sedimen Pliosen yang sangat tebal dalam waktu yang singkat : Pemali yang diapirik. Penenggelaman dan pembebanan inilah yang telah ikut menenggelamkan sedimen Paleogen pra-Halang (KarangSambung, Old Andesite di tenggara dan ekivalen Talang Akar-Lower-Middle Cibulakan di baratlaut) ke dalam suatu kedalaman oil window. Kisah selanjutnya adalah bahwa minyak dan gas digenerasikan dari batuan induk Paleogen Formasi Karang Sambung dan Formasi Talang Akar (Lower Cibulakan), lalu mereka bermigrasi ke atas ke sisi selatan dan utara jalur inversi Majalengka-Banyumas sehingga kini kita temukan banyak rembesan migas di sisi selatan dan utara Jalur Tinggian Majalengka-Banyumas. Bahwa minyak ini berasal dari serpih Formasi Karang Sambung di wilayah Banyumas dapat dianalogikan dengan oil to source correlation dari kondensat sumur Jati-1 (Lundin Banyumas, 2005) dan singkapan serpih Karang Sambung seperti pernah dipublikasikan oleh Pak Eddy Subroto (2008). Bahwa minyak di Majalengka berasal dari ekivalen Talang Akar juga pernah dibuktikan secara geokimia menggunakan korelasi biomarker seperti dipublikasikan oleh Totong Usman dari Pertamina (2005). Maka, boleh disimpulkan bahwa Depresi Citanduy-Banyumas dan Depresi Bobotsari-Serayu Utara adalah kitchens yang aktif, yang memigrasikan minyak dan gas yang digenerasikannya ke Tinggian Majalengka-Banyumas. Di mana perangkap migas di wilayah ini -yang pertama harus menjadi target pertama adalah sepanjang jalur sub-thrust sebelah utara dan selatan Tinggian Majalengka-Banyumas. Kalau saja teknologi akuisisi seismik mampu menembus tutupan volkanik di batas Jawa Barat-Jawa Tengah, maka akan banyak prospek tersingkap. Sumur minyak pertama di Indonesia (sumur Maja-1 di Desa Cibodas, Majalengka) dibor Jan Reerink pada tahun 1871 di ujung baratlaut Jalur Majalengka-Banyumas menggunakan rig Pennsylvania -sejenis rig yang dipakai Kolonel Drake mengebor sumur minyak pertama di dunia. Belasan sumur minyak dibornya di sini. Karena transportasi yang jauh, sumur2 ini ditinggalkan karena dirasa tidak ekonomis. Demikian, semoga para mahasiswa terinspirasi dengan metode pemikiran eksplorasi yang benar-benar back to basic ini, tanpa menggunakan workstation dan softwares yang canggih, hanya menggunakan brainwares yang terlatih dan diinspirasi kecintaan kepada geologi wilayah bernama Majalengka-Banyumas ini. Begitulah seminar sehari yang mengesankan dengan Geo-Unsoed, semoga para mahasiswa yang hadir di sana, baik dari Unsoed maupun jurusan-jurusan lain yang hadir menyadari bahwa kami para seniornya selalu ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman bersama mereka. Acara masih dilanjutkan sampai malam menjelang pukul 23.00, saat Bu Emmy Suparka, Pak Andang Bachtiar dan saya semeja dengan para mahasiswa Geo-Unsoed berbicara dari hati ke hati saat mereka bertanya bagaimana menjadi geologist yang baik. Maka Bu Emmy, Pak Andang dan saya bercerita pengalaman-pengalaman saat memilih geologi untuk ditekuni dan suka-duka yang telah dialami selama ini. Dua kata kunci mungkin bisa menjadi benang merahnya : "Cintailah Geologi" bila ingin menjadi geologist yang baik. Jangan setengah-setengah. Saya masih melanjutkan ngobrol-ngobrol bersama mereka di Stasiun Purwokerto sampai menjelang tengah hari, sambil menunggu kedatangan Argo Lawu yang akan membawa saya kembali ke Jakarta. Di dalam kereta, saya melamun : jalur kereta ini memotong Jalur Banyumas-Majalengka, semoga kelak wilayah ini tersingkap prospektivitas hidrokarbonnya. salam, Awang "Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com" -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- Ayo siapkan makalah....!!!!! Untuk dipresentasikan di PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 4-6 Oktober 2010 Call for paper direncanakan Desember 2009 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------------------------