Rekan-rekan Gem-Lovers dan  Artefact - Lovers yang budiman,

Bersama ini mang Okim teruskan tanggapan langsung dari Prof.Dr.Harry Truman 
Simanjuntak, pakar senior Arkeologi , yang karya-karya tulisnya di bidang 
arkeologi sudah mendunia. Selama periode tahun 1983 sampai 1986 , beliau 
beserta teamnya dari Balai Arkeologi Yogyakarta  dan Arkeologi Nasional  
Jakarta  secara intensif melakukan penelitian arkeologi di daerah Purbalingga 
dan berhasil menemukan 22 Situs Perbengkelan Prasejarah. Tak kurang dari 42.000 
peralatan batu dan tinggalan prasejarah ditemukan, termasuk gelang batu 
Neolitik yang sangat langka di Indonesia ( di Tasikmalaya baru jejaknya yang 
ditemukan ). 

Sayang sekali bahwa temuan beliau beserta team yang begitu spektakuler kurang 
disosialisasikan sehingga tidak diketahui oleh para pejabat tinggi di Pemkab 
Purbalingga. Bersyukurlah bahwa ada Jurusan Geologi di UNSOED Kampus 
Purbalingga yang mahasiswanya berhasil menemukan peralatan prasejarah dan 
berhasil diekspose oleh para wartawan  di surat-surat kabar regional dan 
nasional sehingga langsung mendapat perhatian dari Pak Bupati Purbalingga.

Tanggapan seorang pakar arkeologi sekaliber Prof. Harry Truman di bawah ini 
menyiratkan  betapa penting dan berharganya kalau IAGI dapat menyosialisasikan  
ilmu geologi ke lembaga-lembaga  atau organisasi-organisasi  di luar IAGI. 
Bukankah ilmu tanpa diamalkan ibarat pohon tidak berbuah - - - ta' iya ?

Salam cinta batumulia dan artefak,
Mang Okim


----- Original Message ----- 
From: Truman Simanjuntak 
To: MIKO 
Cc: Yo Sumartojo ; Abah ; iagi-net@iagi.or.id ; Sadono Irana ; Feni 
Kertikasyari 
Sent: Wednesday, December 09, 2009 11:38 AM
Subject: Re: ANTARA RIJANG DAN JASPER : DIMANAKAH BATASNYA ???


Wah Pak Miko, bagus sekali penjelasannya ya? Saya membayangkan, alangkah sangat 
idealnya jika para arkeolog dapat memperoleh penjelasan seperti ini ketika 
berada di lapangan, sehingga akan membuka wawasan yang lebih luas tentang 
penggunaan jenis-jenis batuan untuk berbagai keperluan (peralatan, 
persenjataan, perhiasan, dll) di masa silam. Terima kasih sekali atas 
keterbukaan untuk membagi pengetahuan yang dimiliki.


Untuk tulisan saya di buku Purbalingga, saya serahkan sepenuhnya kepada 
rekan-rekan geolog yang mengeditnya, karena saya masih menyebut rijang sebagai 
bahan pembuatan beliung dan gelang dari daerah tersebut. 


Mengenai serpih, memang istilah iu sudah baku dalam nomenklatur prasejarah 
Indonesia untu menyebut flake dalam bahasa Inggris. Singkatnya, setiap pecahan 
yang dengan sengaja dilepaskan (dicirikan keberadaan dataran pukul (striking 
platform), titik pukul (point of percussion), luka pukul (bulb scar), dan 
bulbus (bulb of percussion) lewat pemangkasan suatu batu inti (core, nucleus) 
disebut serpih. Serpih yang tidak memiliki ciri teknologi seperti itu 
digolongkan pecahan atau serpihan (debitage, debris, dll)  Sebetulnya untuk 
konteks Neolitik, serpih-serpih tersebut lebih tepat disebut "tatal" (waste 
flake), karena pelepasannya bukan merupakan tujuan, tetapi sebagai buangan 
untuk menghasilkan alat lain (beliung, bahan gelang, dll).   


Sekali lagi, terima kasih atas pencerahannya, keterbukaan seperti ini sangat 
diharapkan dapat dikembangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan ke depan.


Salam, truman 


2009/12/9 MIKO <m...@cbn.net.id>


  Yth. Mas Yo di Georgia dan rekan-rekan Gem-Lovers,

  Terima kasih mas Yo atas tanggapannya yang begitu cepat . Rekan-rekan 
akademisi di  tanah air  mungkin masih asyik mengikuti babak lanjut dari kisah 
cecak dan buaya  sehingga belum sempat memberikan tanggapan. Sebetulnya maksud 
mang Okim mengangkat masalah rijang dan jasper ini bukanlah untuk ngrecoki 
rekan-rekan arkeologi , melainkan  sekedar urun saran agar peralatan batu 
prasejarah yang mereka temukan di lapangan diberikan nama yang  lebih spesifik  
lagi dan tidak sekedar rijang - - - walaupun masih dalam kelompok besar rijang. 
Apalah seninya ta' iya kalau lebih dari 70 jenis jasper di dunia yang coraknya 
berbeda diberi nama sekedar jasper, demikian juga kalau ratusan anggota "quartz 
family minerals" termasuk jasper , rijang, opal. krisopras, dan yang lainnya 
disebut sebagai kuarsa belaka ( bisa-bisa spesialis mineralogi tidak diperlukan 
lagi ya mas ? ). 

  Gambar beliung persegi  di bawah ini mencoba memberikan penjelasan bahwa yang 
 pantas  disebut rijang  mungkin hanya yang di tengah pada urutan 1 dan 2 dari 
atas yang warnanya kurang bercorak dan mendominasi temuan artefak di Kali 
Baksoka, Pacitan  (  Bates dan Jackson ,1990 : chert occurs principally as 
nodular or concretionary segregations / chert nodules  in limestones and 
dolomites, and less commonly as areally extensive layered deposits /bedded 
chert ; it may be  an original organic or inorganic precipitate or a 
replacement product ). 

  Kemudian yang manakah yang  disebut jasper ?  Mang Okim kira yang di tengah 
pada urutan 3 dan 4 dari atas yang sesuai dengan definisi Bates dan Jackson 
1990,  yaitu :  a variety of chert  associated with iron ores and containing 
iron - oxides impurities that give it various colors, characteristically red, 
although yellow, green, grayish-blue, brown, and black cherts have also been 
called  jasper. The term has also been applied to any red chert or chalcedony 
irrespective of  associated iron ore. Syn: jasperite ; jaspis ; jasperoid ).

  Bagaimana dengan beliung persegi lainnya ? Tentunya tidak salah siih kalau 
kita sebut sebagai rijang saja. Tetapi kan lebih gaya kalau kita mampu dan 
berani menamakannya dengan lebih spesifik lagi, misalnya  ( dari kiri ke kanan 
) : 

  Urutan  1  : Iron claystone , chert,  dan obsidian.
  Urutan  2  : Silicified coral, chert, dan carnelian agate.
  Urutan  3  : Petrified wood, meta-sediment , light green jasper, dan 
chalcedony.
  Urutan  4  : Silicified tuff, chert, dark green jasper, dan chalcedony.

  Gambar selanjutnya menjelaskan tentang   artefak " rijang " di kelompok 
tengah yang terdiri atas sisa-sisa kerajinan gelang batu dan serpih  ( flakes - 
- - menjawab pertanyaan mas Yo ), dan artefak batu di bagian pinggir yang 
terdiri atas kampak perimbas dan beliung persegi dari bahan green jasper ( ada 
heliotrope nya ), carnelian, dan multi-coloured jasper ( tebak yang mana ya ?).

  Demikian dulu dari mang Okim , dan  sambil menunggu tanggapan / komentar dari 
rekan-rekan akademisi kebumian , mang Okim berharap khususnya kepada Prof. 
Harry Truman dan rekan-rekan ahli arkeologi lainnya, semoga apa yang mang Okim 
ungkapkan ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan rekan-rekan .

  Salam cinta batumulia dan artefak,

  Mang Okim ( PP IAGI urusan batumulia ). 





Reply via email to