Pak Bambang, selamat pagi. Ada beberapa pertanyaan yg saya ajukan hari kamis minggu yll berkenaan dengan respon Pak Bambang terhadap e-mail Pak ADB. Mungkin karena rentetan kesibukan maka e-mail saya terlewat atau belum sempat direspon. Untuk itu mohon tanggapan atas pertanyaan2 tsb (di bawah ini) karena di beberapa poin saya masih belum memiliki skema aktual tentang kronologi hal yg bersangkutan tersebut. Dan ada satu pertanyaan tambahan yang sebenarnya perluasan atas pertanyaan saya yang nomor 6: setelah pemotongan drillpipe akibat stuck apakah dilakukan tindakan "keep in touch" dengan sumur yaitu dengan memasukkan drill pipe baru dan sirkulasi? Bagaimana kondisi / kelakuan sumur setelah drillpipe dipotong? Apakah kick ataukah loss? Kapankah terjadinya semburan lumpur pertama yg berjarak 150 m dari BJP-1? Apakah sebelum pemotongan drillpipe ataukah setelah pemotongan drillpipe? Setelah itu seingat saya rig di-release dari sumur. Kapankah rig tersebut di-release dan pertimbangan apa yang menyebabkan diambil keputusan untuk me-release rig dari sumur? Demikian tambahan pertanyaannya segitu dulu Pak. Saya yakin bila pertanyaan2 ini terjawab maka akan lebih menguatkan argumentasi tentang kemungkinan gempa adalah penyebab semburan LUSI (atau mungkin sebaliknya?) Trims sebelumnya Pak Bambang. Salam hangat, FF
--- On Thu, 11/3/10, Firman Fauzi <geafi...@yahoo.co.uk> wrote: From: Firman Fauzi <geafi...@yahoo.co.uk> Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, 11 March, 2010, 8:07 Pak Bambang, selamat pagi. Saya suka sekali mengikuti diskusi ini. Dan saya masih sangat concern untuk melihat real data yg ada, mudah2an ada inisiasi dari IAGI untuk mengupayakan perizinan, karena bagaimanapun badan tertentu akan lebih mudah mendapatkan akses daripada orang per orang. Jika pun IAGI kesulitan orang untuk mengurus hal ini saya siap jadi volunteer atas nama IAGI untuk mengurusnya. Trims. Mengenai posting Pak Bambang di bawah ini, ada beberapa pertanyaan yg ingin saya ajukan: 1. Dikatakan sebelumnya bahwa kick terjadi sehari setelah loss (loss terjadi saat posisi bit di 9297). Berarti loss sudah dapat diatasi lebih dulu sebelum kick. Pertanyaannya berapa lama tepatnya loss dapat diatasi dan apakah sumur dapat kembali melakukan sirkulasi normal? 2. Kick yg terjadi keesokan harinya itu menurut Pak Bambang disebabkan oleh apa? Pada saat kick apa yg sedang dilakukan? Dan posisi mata bor di kedalaman berapa Pak? Apakah kick terjadi pada saat dilakukan penarikan mata bor ke permukaan? 3. Kick dapat terkontrol 40 menit kemudian apakah dengan menaikkan berat lumpur Pak? 4. Setelah kick dapat teratasi kemudian operasi apa yg dilakukan sebelum mata bor mengalami stuck? Menurut Pak Bambang stuck yg terjadi apakah karena differential sticking ataukah karena runtuhan? 5. Seingat saya setelah terjadi stuck dilakukan pemotongan drill pipe (saya lupa istilahnya, back off ya Pak). Bagaimana kondisi sumur setelah pemotongan dilakukan? Apakah masih bisa dilakukan komunikasi antara rig floor dengan sumur waktu itu dengan memasukkan mata bor dan drill pipe baru waktu itu? Apa yang terjadi setelah pemotongan dilakukan? 6. Kapan tepatnya rekahan di dekat drillpipe rack terjadi? (saya pernah lihat fotonya). Sementara itu dulu Pak Bambang. Mohon maaf jika pertanyaannya terlalu banyak. Saya hanya ingin mendapatkan skema yg sahih, kronologi yg tepat mengenai kejadian LUSI, agar saya bisa nyambung dengan diskusi ini. Salam hangat, FF --- On Wed, 10/3/10, Bambang P. Istadi <bambang.ist...@energi-mp.com> wrote: From: Bambang P. Istadi <bambang.ist...@energi-mp.com> Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, 10 March, 2010, 13:14 Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground blowout-UGBO . kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi fractures dan breach sampai kepermukaan. 1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang tidak bisa diatasi. 2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture didalam sumur. 3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur. 4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya supaya tetap terbuka. Jika dipicu dan berhubungan dengan sumur, maka saat terjadi mudflow harusnya sumur ikut terpengaruh. Self propulsion yang berasal dari UGBO disumur yang diusulkan cak Yayang seharusnya juga berdampak pada sumur tersebut. Bukti yang kita kumpulkan tidak menunjang kriteria diatas, sehingga kami simpulkan tidak terjadi UGBO disumur, meskipun diawal-awal kita semua langsung menuding sumur tanpa bukti yang cukup. Sebagai contoh, kick yang terjadi sehari sesudah adanya loss bersamaan dengan gempa, sudah terkontrol dan mati dalam waktu 40 menit, lalu BOP sudah dibuka dalam waktu ~3 jam. Sumur benar2 telah mati dan bisa melakukan sirkulasi, artinya tidak ada lagi high pressure didalam sumur maupun sumbatan didalam sumur. Analisa tekanan dalam sumur menujukkan bahwa tekanan pada casing shoe adalah sebesar 2710 psi yang mana masih dibawah kekuatan batuan (3053 psi LOT). Sebaliknya sumur dituding terjadi UGBO dan fracturing karena drill pipe pressure turun dan berakhir drastis dengan terjadinya breach ke permukaan. Rupanya claim tersebut hanya didasari oleh satu data yaitu drill pipe pressure data saja (Davies/Lusiaga di Cape Town). Namun kalau kita bandingkan turunnya drillpipe pressure tersebut dengan enam data2 yang lain, ceritanya akan beda. Turunnya drillpipe pressure secara drastis tersebut disebabkan oleh dilakukannya bleed-off pressure pada drill pipe sebelum dipompakan soaking fluid. Drill string merupakan closed-loop system, jika ada penurunan pressure tidak berarti sumurnya bocor. Kalau bocor tidak mungkin ada pressure sewaktu dipompakan soaking fluid. Kalau ban mobil kita kempes, sobek kena paku, meskipun kita pompa tidak akan ada pressure. Ada Enam data termasuk mud logger RTD ('black box') yang antara lain menunjukan tank volume yang konstan, tidak adanya loss disumur dll yang tidak menunjang claim ini. Bukti2 lain yang menunjukkan bahwa sumur dalam keadaan tidak bocor bisa dibaca di paper Elsevier, yang link sudah saya kirimkan. Soal adanya retakan di rig site dengan arah SW / NE dari lubang semburan pertama, melewati piperack mengarah ke lubang semburan kedua dan ketiga (diseberang jalan tol). Jika disebabkan oleh lumpur bertekanan tinggi dari bawah permukaan, seharusnya akan keluar juga lumpur dari rekahan yang menciptakan rekahan tersebut. Padahal, dari crack/rekahan tersebut tidak keluar apa2. Sebagai catatan, didalam sumur sudah tidak ada tekanan tinggi, BOP dalam keadaan terbuka. Fakta lain, apabila suatu UGBO sudah pecah sampai kepermukaan (breach), sudah terjadi pressure release maka sudah tidak ada lagi 'sustained propagation pressure', yang bisa memecahkan dan membuat lobang semburan2 lainnya lagi. Sedangkan fakta menunjukkan bahwa lubang semburan kedua dan ketiga diseberang jalan tol terjadi 3 - 4 hari sesudah lubang semburan utama, sejajar dengan patahan Watukosek. Kita perkirakan retakan ini disebabkan oleh lateral movement. Mengenai pamer data dan perhitungan yang lebih dulu di paper dan milis, saya pikir sudah banyak orang yang berpendapat UGBO yang mengakibatkan LUSI, menciptakan public opini duluan, sedangkan kita baru merelease paper 3 tahun setelah semburan, dan bukan yang pertama pula. Begitu Cak,.. Numpang sekalian,.. pak moderator, Paulus my bro,.. kalau yang dimaksud tulisan saya yang menyinggung,.. mohon maaf, juga kepada rekan2 yang kurang berkenan,.. Wass. Bambang -----Original Message----- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Tuesday, March 09, 2010 5:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas, dan Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr BJP-1, maka yang bisa kita lakukan hanya mendaur ulang data dan men-challenge interpretasi dr kawan2 yg punya kemewahan untuk memamerkan data dan perhitungan itu terlebih dulu di paper2 maupun di milis ini. Yang akan aku soroti adalah counter argumen dr broer BPI maupun mungkin dr 1 atau 2 kawan sebelumnya (mas Sunu kalau nggak salah), yang mempertentangkan secara ekstrim bahwa UGBO terus terjadi SAMPAI SEKARANG, dan itu tdk masuk akal karena itung2an rate, volume dan asal-usul fluidanya selalu gak match dg kondisi lobang dan petrofisika formasi yg bisa dihitung dr data2 mereka yg ada. Dari dulu saya selalu menawarkan analisis penyebab yg bukan menganggap in adalah UGBO abadi. UGBO terjadi pada waktu awal2 akibat loss dan kick, kemudian UGBO itu memicu ketidak stabilan lapisan MUD-DIAPIR di sekitar lobang bor yang tadinya waktu ditembus pada pemboran turun kondisinya aman-aman saja. Adalah liquifaction dari mud-diapir itulah yang terus menerus terjadi sampai sekarang membentuk MUD VOLCANO di permukaan. Jadi, sekarang sudah tdk ada UGBO itu. Yang ada adalah proses pembentukan mud-volcano yg dipicu oleh UGBO. Loss, kick, dan gain itu jelas2 ada dan terlaporkan dalam DDR yg pernah saya lihat (waduh, ... mudah2an gak ada yg iseng melaporkan aku ke migas krn ngliat data2 tsb, tapi aku juga punya dalih: waktu itu polisi yang nyuruh ngliat koq..). Dan yang saya tangkap dari keseluruhan argumen dalam paper2 yang berevolusi makin ke sini makin menunjukkan reluctancy kawan2 penulis itu untuk mengatakan adanya UGBO pada waktu mengatasi kick tsb. Adanya foto crack di rig-site yang memotong panjang sampai ke casing(pipe?) rack setelah penanganan kick, kemungkinan besar juga bisa dikaitkan dengan UGBO ini. Selain itu di DDR juga disebutkan adanya komunikasi antara lubang bor dengan lubang semburan pertama. Nah, jadi, point saya yang tanpa data otentik yg bisa dituliskan krn tdk ada ijin ini ingin menyodorkan sedikit pencerahan baik ke kawan2 penonton maupun terutama ke broer BPI, mas Sunu, maupun pihak2 terkait lainnya bahwa ada alternatif mekanisme penyebab lain yang lebih masuk akal dibandingkan dengan sekedar UGBO forever. LuSi adalah kelahiran mud-volcano dr mud diapirism yg dipicu oleh UGBO. Salam Yayang