Tabik Bung Sanggam, CPS engineers, petrel engineers..he..he.. boleh juga tuh ..
Kalau keluh kesah ITB kurang pas.. sekarang kita di ITB malahan lebih lagi carut-marut..jadi nggak heran kalau banyak lulusan geologistnya yang kebingungan. Sebenarnya beberapa waktu yang lalu saya pernah curhat ..plus komplain, sedih dll karena merasa jurusan kita bukanya mengalami kemajuan tapi kemunduran... tapi ini menurut saya. Geologi di ITB telah berpisah dengan geofisik, tambang dan perminyakan ... hmm..hmm mungkin saja lebih baik ya, karena sekarang tugas kita hanya melakukan pemetaan sesuai semboyan back to basic.. Salam, Ben Sapiie Saya kira industri m&gb menuntut keduanya (idealnya) sekaligus: sekil workstation (tools/software) dan ilmu (pengetahuan/logik/nalar) geologi yang cukup .. keduanya seharusnya tidak dipisahkan . Memang mengusai sekil (tool) 'lebih mudah' asal punya common sense yg cukup krn bersifat engineering (umumnya predictable/'pasti', uniform, linear, statik, finite, reproductive) sedangkan geology/nature adalah kompleks, anisotropik, open system, nonlinear,unik/empirikal etc..jadi enggak heran untuk newcomers biasanya mulai dengan menguasai tools dan ini path yang wajar saja. Nalar geologi akan bertambah saya kira dengan bertambahnya masa kerja ...saya aja merasakan celik matanya mengenai konsep dan kebenaran geologi setelah bertahun-tahun bekerja..(soalnya banyak hal dulu hanya di telen/hapal hehehe) .. jadi memang perlu kemauan belajar terus menerus (i.e. baca, aktif dalam komunitas profesi dll juga pelatihan/virtual&actual mapping dan mentoring seperti Pak Awang singgung) Omong2 Pak Ben, apakah di ITB misalnya sudah (lebih) difokuskan adanya major Geologi Perminyakan dengan ditambahkannya beberapa mata pelajaran yang baru mis. Reservoir Engineering, Rock/Petro Physics, Seismic, Drilling? Jaman saya untuk mata kuliah yg berhubungan (langsung) dgn Petroleum Geology hanya Geologi M&GB saja sedangkan Well Logging & Subsurface Geology hanya elektif . Mohon updatenya Salam SH --- On Sun, 4/4/10, Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> wrote: From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? To: iagi-net@iagi.or.id Cc: "Geo Unpad" <geo_un...@yahoogroups.com>, "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, "Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> Date: Sunday, 4 April, 2010, 10:22 PM Bila teknologi berdampak negatif, teknologi itu sendiri tidak bersalah, yang bersalah adalah orang yang menggunakan teknologi itu. Teknologi adalah implikasi tuntutan zaman. Ia diciptakan karena tuntutan zaman. Software geologi/geofisika dibuat untuk membantu pekerjaan-pekerjaan geologi/geofisika. Software2 tersebut diciptakan karena tuntutan zaman, saat ekplorasi migas semakin sulit, saat semakin diperlukan integrasi antar berbagai aspek, saat diperlukan kuantifikasi, saat diperlukan iterasi atau pengulangan analisis yang melibatkan data yang masif, saat diperlukan kecepatan dan ketepatan. Tak ada yang sempurna, begitu pun dengan software. Ada bagian-bagian lemahnya, bagian-bagian yang harus dikoreksi atau dilengkapi dengan nalar otak manusia. Maka menerima bulat-bulat hasil analisis software adalah suatu kesalahan. Analisis softwar adalah suatu mata rantai, bukan keputusan final, ia masih harus dicek dan disintesis oleh otak manusia. Tidak melakukan penalaran atas hasil software, maka bisa berakibat fatal. Generasi muda berada dalam situasi dan kondisi yang berbeda dengan generasi pendahulunya. Mereka berada di tengah kepungan teknologi dan software canggih, sementara generasi pendahulunya masih sepi dari software, mereka hanya mengandalkan otak dan tangannya. Kampus-kampus kini dibanjiri mahasiswa-mahasiswa geologi, para dosen kesulitan membagi perhatian yang penuh untuk setiap individu. Bila dulu saya kuliah geologi dengan 30 teman seangkatan, kadang-kadang hanya 20 teman; sekarang mereka kuliah dengan lebih dari 100 teman seangkatan. Dulu, saat ke lapangan, dosen bisa meminta setiap mahasiswanya memerikan singkapan yang dilihat di depannya. Kini, belum tentu setiap mahasiswa bisa melihat singkapan itu sebab terhalang oleh puluhan temannya di depan, apalagi bisa memerikannya. Dulu, mencari kapling pemetaan tak terlalu susah, sekarang, susahnya bukan main mencari kapling pemetaan yang belum banyak dipetakan sebelumnya. Dulu, dosen bisa leluasa memeriksa latihan map contouring atau analisis log setiap mahasiswanya dan memberitahukan kesalahan mereka satu demi satu; sekarang dengan ratusan mahasiswa yang dibimbingnya apa masih mungkin melakukan hal itu sementara para dosen pun mesti membina kariernya juga ? Dulu, saat melamar pekerjaan tak ada tuh yang namanya harus bisa menjalankan software ini software itu. Sekarang, yang bisa menjalankan software ini software itu dianggap nilai plus. Nah, dengan situasi-situasi dahulu dan kini yang berbeda seperti di atas itu, apakah kita layak mengharapkan para generasi muda geologi punya nalar geologi yang sama seperti generasi pendahulunya ? Generasi muda dan generasi pendahulu punya kecanggihannya masing-masing. Kecanggihan2 dua generasi ini mesti digabung, bukan yang satu menyalahkan yang lain. Generasi muda tentu kurang pengalaman dibandingkan pendahulunya. Generasi pendahulu waktu baru memulai kariernya pun banyak kesalahan yang dibuatnya, yang wajar sekali diulangi oleh penerusnya juga. Kesalahan adalah alat ajar terbaik untuk menuju hal yang benar. Di sebuah perusahaan minyak nasional, saya melihat harmoni yang baik antara generasi muda dan generasi pendahulunya. Yang muda menggunakan ketrampilannya bermain software. Yang senior memeriksa hasilnya lalu mengoreksinya menggunakan nalar geologi lewat mentoring. Mentoring ini lama-lama akan memperbaiki kualitas pekerjaan yang muda. Bila dilakukan secara persistent dan konsisten serta yang muda mau belajar dan yang senior sabar dalam mengajar, maka generasi muda ini akhirnya akan serbacanggih, canggih dalam menjalankan software, canggih dalam bernalar geologi. Wow...kemampuan yang langka ! Di perusahaan yang sama, sering diundang para ahli geologi berkaliber nasional yang tentu saja nalar geologinya tak usah diragukan lagi. In-house training dilakukan, dalam usaha membuat para generasi muda memiliki nalar geologi yang canggih. Harus diakui bahwa profesionalisme geologi memang secara global menurun (Rose dan Sonnenberg, 2006). Menurut Weimer (1980, 1984) dan Sonnenberg (2004), ada tujuh penyebabnya : 1. kekurangan sikap profesional, 2. kekurangan etika profesional, 3.kekurangan continuing education, 4. kekurangan mentor, 5.kekurangan penghargaan atas profesionalisme, 6. kesalahan kriteria sukse, 7. pendekatan instan. Saya ingin menekankan yang nomor 4, bahwa setiap generasi pendahulu, para senior, adalah mentor generasi mudanya. Bila kita ingin para generasi muda bernalar geologi sebaik kita, mari kita melatihnya sebab memang mereka ada di situasi yang kurang kondusif seperti zaman kita yang bisa menantang nalar geologi. Dan, untuk ibu/bapak dosen2 di perguruan2 tinggi pikirkanlah cara terbaik kegiatan belajar dan mengajar di tengah situasi yang kurang kondusif ini agar para lulusan geologi dapat bernalar geologi yang baik, tidak hanya canggih bermain software. "Understanding is seldom gained from a distance." - Robert C.Shoup (2006) (Saat peta hasil CPS3-nya salah, tak nalar, mari kita koreksi dan lakukan mentoring dari dekat, kelak ia tak akan mengulangi kesalahannya lagi sebab ia memperoleh satu nalar dari kita). salam, Awang --- Pada Ming, 4/4/10, Benyamin Sapiie <bsap...@bdg.centrin.net.id> menulis: Dari: Benyamin Sapiie <bsap...@bdg.centrin.net.id> Judul: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 4 April, 2010, 7:47 PM Ini adalah dampak negatif atau buntut dari kemajuan teknologi, contoh saja awalnya pemakaian kalkulator yg berakibat banyak pendekatan aljabar, trigonometri bahkan statistik praktis menghilang dengan sendirinya karena tinggal pencet. Auto picking, algoritma kontur belum lagi 3D modeling dll., yang semuanya menjanjikan solusi canggih dan akurat bahakan tanpa atau sedikit sentuha geologist...wow luar biasa.. (moga2 tidak ada auto mapping ya..) Akibatnya seringkali hasilnya tidak dievaluasi karena tidak mengerti apa yang harus QC utk mencheck yang salah. Hal ini terjadi karena pengetahuan dasar geologinya kurang bahkan seringkali tidak tahu. Tetapi, pemakaian teknologi canggih jelas tidak bisa dihindarkan karena kita sudah berada dalam dunia teknologi maju yang harus bisa dimanfaatkan utk kepentingan ilmu geologi, tetapi memang tidak boleh kebablasan serta perlu pengetahuan dasar yang baik tidak hanya know how.. Masalah pemetaan memang sudah sangat menyedihkan serta memprihatinkan. Secara umum keadaannya memang seperti agurmennya vita, sehingga ini juga yang membuat kami di dunia pendidikan ditantang harus membuat strategi yang berbeda untuk pendidikan masa depan (future geologist). Kata back to basic yg sering terdengar itu memang harus tapi harus dengan pemanfaatan teknologi yang ada. Selain itu industri juga yang harus awas dalam membantu menseleksi calon geologist muda, harus juga melakukan tatap muka dan mengevaluasi yang mendalam calon tidak hanya berdasarkan IP tinggi. Hal ini akan sangat membantu kami yang ada dalam dunia pendidikan karena memberikan dampak positif bagi mahasiswa yang memang true geologist. Mungkin juga definisinya profesi geologistnya harus ditambah subtitle seperti: petrologist, sedimentologist, paleontologist dll. Sehingga bisa ada batasan dalam soal keahlian dan pengetahuannya. Saat ini kami terus berusaha dan kampanye field mapping as a heart and soul every geolgists. Salam. Ben Sapiie ---------- Forwarded message ---------- From: Ida Bagus Ari Kresnawan <ibari.kresna...@yahoo.co.id> Date: Sun, 4 Apr 2010 12:14:17 +0700 Subject: RE: [iagi-net-l] Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? To: iagi-net@iagi.or.id, geologi...@googlegroups.com -TOPBS- ..... Setuju banget. Apapun kerjaan kita, Walaupun tidak bekerja sebagai geologist, Tapi 'JIWA' geologist kita selalu ada ... saat jalan2 pun kita selalu berfikir kenapa ini dan itu bisa terjadi. Misal : Kalau orang awam mengkomentari Banjir di Jakarta, pasti tanggapannya hanya berkisar Tentang -----Original Message----- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Sunday, April 04, 2010 10:54 AM To: IAGI; geologi...@googlegroups.com Subject: [iagi-net-l] Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? PErcaya ngga ? ..... Ah masa sih ?RDP Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? <goog_1582993258> by Parvita S*(Saya tulis blog ini dengan bahasa Indonesia juga, agar bisa dibaca oleh rekan2 mahasiswa Jurusan Geologi maupun mahasiswa2 di Indonesia).* <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc02501.jpg> True geologist appreciate geology, however they are Saya mulai merasa sedikit khawatir dengan generasi muda sekarang. Apakah mereka benar *passionate *tentang geologi? Apakah mereka hanya sekedar operator software? Saya cerita sedikit mengenai pekerjaan seorang geologist maupun geoscientist di perusahaan minyak (tentunya applicable di perusahaan2 lain yang membutuhkan interpretasi bawah permukaan juga). Pekerjaan seorang geologist di perusahaan minyak mencakup mengumpulkan data bawah permukaan, membuat peta, membuat rekonstruksi paleo-depositional environment, dan interpretasi. Interpretasi inilah yang menentukan apakah seorang geologist itu geologist yang baik atau bukan, dengan kemampuan mempertahankan hipotesanya atas kesimpulan yang diambil. <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/imac.jpg> Gen Y: Gadget and software operator generation? Sekarang banyak sekali *software* yang mempermudah pekerjaan seorang geologist. Mulai dari perangkat lunak pemetaan yang membantu seorang geologist untuk membuat peta permukaan, modeling bentuk reservoir, modeling bentuk cekungan untuk interpretasi regional dan juga *software *untuk mengetahui sifat fisik batuan yang dibor, untuk mengetahui kadar hydrocarbon dari sekuen batuan yang telah dibor. Sepertinya tinggal pencet, sudah, keluar semua parameter. Zaman saya dulu, taruhlah pemetaan. Semua dilakukan dengan tangan. Sembari menarik garis, kami dipaksa untuk memikirkan geologi bawah permukaannya. Apakah mungkin garis ini saya tarik ke utara? Bagaimana struktur regionalnya? Kalau saya buat penyebaran batuannya seperti ini, apakah konsisten dengan geologi regional yang sudah ada? Sehingga peta yang dihasilkan adalah hasil dari pemikiran matang dari seorang ilmuwan. Sekarang, dengan kemudahan pemetaan dengan segala *software, *orang2 seakan lupa dengan konsep pemetaan. Masukkan data interpretasi horizon, atau isochron/isopach, masukkan ke program pemetaan, *voila*, peta jadi. Padahal, pemetaan bawah permukaan harus selalu diteliti kembali dengan data yang kita punya. Kenapa tiba2 di sini ada tinggian? Kenapa di sini kecepatannya lebih cepat? Proses pemetaan adalah proses interpretasi kembali, yang membutuhkan kegiatan kembali melihat data, modifikasi, dan lain-lain. Bukan hanya sekedar pencet tombol, lalu keluar peta dan presentasikan di depan management. Sama seperti attribute yang digunakan di program2 geofisika. "Bright Amplitude" adalah salah satu, sekali lagi, *hanya salah satu* petunjuk bahwa di sekuen itu terdapat beda impedance. Bukan karena ada hidrokarbon saja. Amplitude anomaly, hanya menunjukkan perbedaan sifat fisik batuan. Hanya menunjukkan beda akustik impedance. Tetapi banyak, terutama geophysicist, yang tidak berpikir lebih jauh, *bagaimana menerjemahkan hal tersebut sebagai geologi? Bagaimana memasukkan hydrocarbon ke dalam system tersebut? Apakah itu benar channel yang berisi pasir? * <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc02602.jpg> Small scale reversed fault. Scale is important when interpreting. Ini yang kadang mengecewakan saya. Dengan arogannya, seorang lulusan geologi menulis di CV sudah pernah memakai software ini itu. Padalah kalau interview dengan saya, fresh graduate ini saya sodorkan batu. Dan begitu deskripsi batuan, atau saya beri contoh soal mengenai singkapan di lapangan, mereka gelagapan. Berkali-kali saya ungkapkan, pemakaian software itu bisa dilatih. Hanya yang perlu adalah, *basic understanding of the philosophy of the geology* dan apakah mereka tahu apa yang dilakukan oleh komputer tersebut. Kenapa ada *bulls eyes *dalam peta? Apakah itu real? <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/chinese-geologist-marking_swt103 9.jpg> Mapping. Are you really mapping? Saya ingat pengalaman berdebat dengan seorang expat yang menghasilkan peta dan kami sedang meeting di depan boss kami. Ketika saya perhatikan petanya, semua yang di ujung2 line seismik memberikan fenomena yang aneh, sehingga bentuk peta yang dihasilkan menjadi aneh pula, dan tidak menunjukkan kondisi geologi yang real. Begitu ditanya, dia hanya gelagapan. Satu skor buat saya. Peta saya malah tidak pakai rumus ini itu, tetapi lebih ke arah melihat trend, kombinasi antara batuan yang ada, dan tarik tangan alias manual. Dan herannya, generasi2 muda ini malas untuk kontur tangan. Malas untuk kalkulasi cadangan dengan memakai kertas grafik. Apakah karena di era serba cepat dan komputer ini semua ingin serba mudah tanpa menggunakan otak dan nalar geologi mereka lagi? Karena kalau hanya pencet tombol, anak LPK Tarakanita juga bisa. Kalau hanya tarik horizon di seismik mengikuti amplitude yang anomali tanpa memikirkan implikasi geologi atas interpretasi, keponakan saya yang SD juga bisa. Sebagaimana menarik horison sea bottom. Dan jangan kira ini hanya fresh graduate saja. Kadang2 yang berpengalama 5-7 tahun juga demikian. Kalau sudah begini, saya lihat petanya, saya QC kembali, lihat *throw* di sesar2, wah, saya bisa suruh mereka untuk ulang mapping lagi. Apakah Gen Y sekarang memang lebih canggih dengan software dan gadget2 teknologi tetapi lebih lemah dalam memakai nalar dan otaknya? Memang *passion *terhadap ilmu geologi tidak dimiliki semua geologist. Itu akan tercermin dari hasil interpretasinya, hasil kerjanya dan buah karyanya. Dan tentunya ini juga tercermin dari produk hasil pekerjaannya. <http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc03324.jpg> Me, interpreting the rocks, East Kalimantan Seorang geologist atau geoscientist harus bisa menerjemahkan data menjadi sebuat konstruksi batuan. Seorang geoscientist yang baik tidak akan hanya menyerahkan data untuk diolah semata-mata oleh sebuah perangkat mati. Seorang geoscientist tidak hanya berhenti pada deskripsi batuan dan pengumpulan data, tetapi juga rasa keingin tahuan terhadap fenomena geologinya akan membuat ia tidak tidur semalam suntuk memikirkan proses2 alam, yang berakhir kepada pensyukuran dan pengakuan penuh terhadap kebesaran Tuhan sang Maha Pencipta. Lets look at the rocks, think about the process and just let computers be computers, to make our job easier. Not to think for us. __________________________________________________ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- Ayo siapkan diri....!!!!! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. --------------------------------------------------------------------- -- Sent from my mobile device -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- Ayo siapkan diri....!!!!! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. --------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- Ayo siapkan diri....!!!!! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. --------------------------------------------------------------------- Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ Get your new Email address! Grab the Email name you've always wanted before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- Ayo siapkan diri....!!!!! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------------------------