Wah kali ini Bung Rovicky kok "lebay" ya.....he2. Dia lupa pada Bu Emmy.
Malah di Tekgeol ITB pada era 1970-an ada 3 srikandi yang menekuni ilmu
maskulin ini, yakni: Bu Emmy, Bu Etti, dan Bu Djudju.
Ketiga dara tersebut mewarnai Kampus Karang Sambung dan berbagai
ekskursi lapangan. Masih ada seorang lagi di UNPAD, yakni Bu Purnama.
Sependek pengetahuan saya, di antara keempat warga Venus yang menekuni
ilmu warga Mars (ikut judul buku: Women from Venus and Man from Mars)
Rasanya memang Bu Emmy lah yang mencapai puncak gunung akademik hingga
guru besar.***
Wah kali ini Bung Rovicky kok "lebay" ya....he2. Lebih parah lagi, SMI
kok digadang-gadangkan begitu ya.
Para elit Bank Dunia boleh saja mengagung-agungkan SMI, tapi tadi pagi
saya dengar elsinta, komentar seorang ibu sbb:
"SMI itu antek kapitalis, kenapa kita harus mengkultuskan dia. Bahwa dia
pintar OK, tapi selama ia menjadi menkeu para petinggi dan pejabat
memang tambah kaya dan hebat, namun rakyak kecil daya belinya semakin
melarat."
Semalam, say menonton tayangan debat di salah satu TV swasta, Bung
Ichsanuddin Norsi mengeluarkan cuap:
"SMI itu bukan menkeu, ia hanya layak selaku finance manager yang sukses
menjual SUN dengan harga tinggi. SMI belum menjadi treasurer of
Indonesia karena kinerja 3 hal yang tak tercapai, yakni: pengangguran
masih banyak (tidak ada penambahan lapangan kerja), kinerja sector riel
juga payah, dan (satu lagi: saya lupa...., gak dosa khan).
Lalu Norsi menambahkan, dalam 10 tahun terakhir 2 menkeu asia yang hebat
tapi tidak disenangi oleh para kapitalis bank dunia dan adb, yaitu:
menkeu Cina yang mengangkat pertumbuhan hingga dua digit dan menkeu
India. Kedua mereka hebat dalam mengelola keuangan Negara masing-masing,
namun tidak disenangi oleh kapitalis karena gak mau minjam.
Dari kacamata saya, jabatan Managing Director Bank Dunia merupakan
escape gate yang cantik untuk seorang SMI yang berusaha lepas dari
tekanan kasus Bank Century, sebab tidak dibela oleh atasannya. SMI bukan
negarawan, ia adalah ekonom dan bankir asli yang sama dengan investor
selalu mencari pasar menguntungkan. Padanya gak berlaku pepatah, "meski
hujan emas dinegeri orang dan hujan batu dinegeri sendiri tetap takkan
beranjak dari rumah sendiri." Kata Koran sih di Bank Dunia SMI digaji 15
kali lipat dari gaji Menkeu RI. Memang hujan emas.... Piiissss.
Tabik;
RnB
-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: Thursday, May 06, 2010 7:47 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI
Subject: Re: [iagi-net-l] Selamat untuk Professor Geologi wanita yang
pertama di UGM
Betul Pak Syaiful, karena kemarin terlontar yang pertamanya di UGM.
Btw, dalam hari yang sama kemarin juga mendengar kabar adanya "kartini"
Indonesia lainnya yang diangkat menjadi Managing Director World Bank,
Ibu
Sri Mulyani.
Ibu Sri Mulyani diangkat menjadi tonggak menerobos ekonomi global,
sedangkan
Ibu Rita turun kebawah memberikan pelajaran kebencanaan ke rakyat. Dua
arah
ini dijangkau .. Dua arah atas-bawah yg sangat membanggakan
Salam
RDP
2010/5/6 <mohammadsyai...@gmail.com>
> Bravo n bangga juga. Namun sekedar ingin konfirmasi, kalo tak salah,
> profesor geologi wanita pertama adalah Prof. Emmy Suparka (ini pun
juga
> seingat saya yg kedua).
>
> Kita bangga makin banyak 'kartini2' di bidang kebumian yg
top-markotop...
>
> Salam,
> Syaiful
>
> Mohammad Syaiful
> * handphone: +62-812-9372808
> * business: msyai...@etti.co.id
>
> -----Original Message-----
> From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
> Date: Thu, 6 May 2010 07:14:52
> To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>
> Subject: [iagi-net-l] Selamat untuk Professor Geologi wanita yang
pertama
> di Indonesia
> Prof. Dwikorita: Kembangkan Pemetaan Risiko Bencana Berbasis
Partisipasi
> Masyarakat
> Submitted by agung on Wed, 05/05/2010 - 07:01.
>
> Upaya pengurangan risiko bencana gerakan tanah merupakan permasalahan
yang
> kompleks. Ia tidak hanya dikontrol oleh kondisi geologi saja, tetapi
juga
> oleh berbagai permasalahan sosial, psikologi, ekonomi, hukum dan
> lingkungan.
>
> Menurut Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D berbagai upaya
teknik
> untuk pengendalian dan pencegahan gerakan tanah menjadi tidak efektif
dan
> berkelanjutan jika masyarakat setempat tidak turut memahami
permasalahan
> ini. Terlebih bila masyarakat tidak peduli terhadap teknologi ataupun
upaya
> untuk pencegahan dan pengendalian.
> "Tantangan yang paling sulit diatasi dalam mengurangi resiko bencana
> gerakan
> tanah adalah membuat masyarakat peduli dan termotivasi untuk
berpartisipasi
> aktif dalam berbagai upaya mitigasi gerakan tanah," ujarnya di Balai
Senat,
> Rabu (5/5) saat dikukuhkan sebgai Guru Besar Fakultas Teknik UGM.
> Mengucap pidato "Peran Geologi Teknik dan Lingkungan Dalam Pengurangan
> Risiko Bencana Gerakan Tanah", Dwikorita mengungkapkan guna menjawab
> tantangan dalam menghadapi risiko bencana gerakan tanah, British
Council
> melalui program Development Partnership in Higher Education (DelPHE)
> bekerjasama dengan KKN PPM UGM mulai tahun 2007 telah mengembangkan
suatu
> metoda inovatif untuk "Pemetaan Bahaya Gerakan Tanah Berbasis
Partisipasi
> Masyarakat". Bahwa penerapan konsep Geologi Teknik yang mendapat
dukungan
> pemikiran disiplin Ilmu psikologi dan Ilmu Sosiologi terbukti efektif
dalam
> proses pengembangan metoda pemetaan bahaya longsor melalui partisipasi
> masyarakat.
> "Dengan Peta bahaya longsor ini masyarakat dapat mengetahui zona aman
dan
> zona yang terancam bahaya longsor di wilayah desa mereka, sehingga
mereka
> dapat selalu berupaya untuk memelihara lingkungan, agar zona bahaya
tidak
> berkembang menjadi zona bahaya longsor," papar istri Prof. Ir. Sigit
> Priyanto, M.Sc., Ph.D.
> Dengan peta tersebut, kata Dwikorita bermanfaat pula untuk penyusunan
> rencana pengembangan wilayah atau penataan lahan desa sehingga potensi
> sumber daya lahan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat
desa,
> sekaligus meminimalkan terhadap potensi kejadian longsor. Oleh karena
itu
> partisipasi masyarakat mutlak diperlukan dalam proses pemetaan ini.
"Semua
> ini agar menjamin peta yang dihasilkan benar-benar dapat dipahami dan
> efektif dimanfaatkan masyarakat desa," katanya.
> Ibu Amiluhur Priyanto dan Umayra Priyanto pun menyatakan untuk
> menyebarluaskan metode inovatif pemetaan dan agar mampu dimanfaatkan
> masyarakat di negara-negara berkembang, maka berbagai paper ilmiah
yang
> merinci inovasi konsep, justifikasi dan prosedur standard pemetaan
dengan
> metoda geologi berbasis partisipasi masyarakat telah diajukan ke
> International Association of engineering Geology (IAEG). "Pada
akhirnya
> konsep dan metoda pemetaan ini mendapat respon baik dari masyarakat
> internasional. Bahkan konsep ini akan dipresentasikan dan dikaji lebih
> lanjut dalam International Conggress yang akan digelar IAEG pada
tanggal
> 5-10 September 2010 mendatang di Auckland, New Zealand," tuturnya.
> Sementara itu untuk pengembangan dan penerapan sistem peringatan dini
> gerakan tanah meski penting dan bermanfaat bagi penyelamatan jiwa
manusia,
> pada kenyataan iapun menghadapi permasalahan yang cukup komples dan
penuh
> tantangan akibat berbagai kendala yang terjadi, mulai dari persiapan
teknis
> hingga pada tahap penerapan sistem tersebut di komunitas masyarakat
yang
> tinggal di daerah rawan longsor. Serentetan tantangan yang harus
dipecahkan
> antara lain meliputi: ketepatan pemilihan lokasi pemasangan dan
penentuan
> design jenis peralatan deteksi dini longsor, keakuratan dalam
penentuan
> kondisi kritis yang menetapkan kapan sirene harus berbunyi, serta
jaminan
> efektivitas dan berkelanjutan penerapan sistem deteksi dini tersebut.
> Untuk itu, lanjutnya dibutuhkan pendekatan multi disiplin yang terdiri
dari
> disiplin Teknik Geologi (bidang ilmu Geologi Teknik dan Geologi
> Lingkungan),
> Teknik Sipil dan Lingkungan, Teknik Elektro, Teknik Geodesi, serta
Ilmu
> Sosial dan Ilmu Psikologi. Penerapan bidang ilmu Geologi Teknik dan
Geologi
> Lingkungan sangat diperlukan terutama untuk mengidentifikasi dan
> memprediksi
> model dan mekanisme gerakan, sehingga desain jenis peralatan dan
jaringan
> sistim harus dipasang dapat ditentukan secara tepat. "Begitulah hasil
> pemetaan bahaya gerakan tanah ini sangat diperlukan untuk menentukan
> prioritas lokasi pemasangan alat serta sistem pemantauan dan deteksi
dini
> longsor. Jadi jelaslah bahwa upaya pengurangan resiko bencana gerakan
tanah
> sangat memerlukan pendekatan multi disiplin, dimana Geologi Teknik dan
> Geologi Lingkungan menjadi dua bidang ilmu kunci yang perlu
disinergikan
> dengan berbagai disiplin atau bidang ilmu lainnya, guna mendukung
upaya
> pengurangan risiko bencana secara efektif," pungkas perempuan
kelahiran
> Yogyakarta 6 Juni 1964 ini. (Humas UGM/ Agung)
>
>
>
>
>
>
>
http://ugm.ac.id/new/index.php?q=id/news/prof-dwikorita-kembangkan-pemet
aan-risiko-bencana-berbasis-partisipasi-masyarakat
>
>
> --
> You can do hard way or you can do smart way ... both ways need you to
do it
> any way ... not just discuss it in the hall way.
>
>
--
You can do hard way or you can do smart way ... both ways need you to do
it
any way ... not just discuss it in the hall way.
*****
This message may contain confidential and/or privileged information. If
you
are not the addressee or authorized to receive this for the addressee,
you
must not use, copy, disclose or take any action based on this message or
any
information herein. If you have received this communication in error,
please
notify us immediately by responding to this email and then delete it from
your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and
complete transmission of the information contained in this communication
nor
for any delay in its receipt.
*****
--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted
on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
direct
or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from
loss
of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of
any
information posted on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------