Patroli Dunia Maya
‘Polda Metro Jaya  Bongkar Judi Final Piala Dunia’, begitu bunyi berita harian 
Republika pada Kamis tanggal 15 Juli 2010. Pengungkapan kasus ini bermula dari 
Patrol Dunia Maya oleh aparat Satuan Cyber Crime Polda Metro Jaya  yang 
dipimpin  oleh Kasat IV Cyber Crime Polda Metro Jaya AKBP Winston Tommy Watulu, 
alhasil dua orang pelaku RK (35) dan PB (24) berhasil digadang  ke rumah 
pesakitan,. Modusnya  dua pelaku melakukan transaksi judi dengan menebak skore 
akhir dari pertandingan sepakbola pada Acara Piala Dunia Sepak Bola yang baru 
berlalu, syaratnya para ‘penebak’ harus melakukan deposit dan biaya pendaftaran 
terlebih dahulu kepada ‘bandar’  bila tebakan benar  maka hadiah dikirim, bila 
tidak biaya pendaftaran dan taruhan melayang, dalam aksinya pelaku menggunakan 
dua situs rumah-bola.com dan maniakbola.com.  Tentu tidak seperti belanja 
online  setiap barang yang dibeli dipercaya untuk dikirim. Dari praktek ini 
pelaku mendapat keuntungan Milyaran Rupiah dalam setahun belakangan.
Kasus ‘Tiga Artis’ yang sedang menghangat belakangan ini juga bermula dari 
‘promosi’ pemanfaatkan dunia maya.  Begitu juga Kasus ‘Prita’ juga berhubungan 
dengan  dunia maya, namun kasus yang satu ini bukan melalui patroli tetapi dari 
gugatan pihak yang merasa dirugikan.
Akhirnya dunia maya dengan  perangkat UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan 
Transaksi Elektonik (UU ITE)  telah menemukan jalan  untuk masuk kedunia nyata. 
Dunia Maya saat ini bukan lagi ‘maya’ yang tidak tersentuh seperti pada tahap 
awal berdirinya di era 90-an, lihatlah kasus ‘3 artis’ dijerat dengan UU ITE 
sekaligus UU Pornografi. Kasus Prita didakwa melalui Pidana ‘Pencemaran Nama 
Baik’. 

Disisi lain, dunia maya menimbulkan keasyikan tersendiri, bagi ’si pecinta 
diri’, Milist, Groups,  Facebook, Twitter telah berhasil menguak sisi terdalam 
manusia untuk di buka seluas-luasnya yaitu eksistensi dan aktualisasi.  Para FB 
dan Twity Mania telah berhasil ‘menjual diri’ dengan narsisme-nya.  Berkata, 
menyapa, menjagokan diri sendiri  kepada kolega dan orang banyak.
Teknologi 3G, VoiP, WiFi, dll telah mengubah pikiran manusia menjadi 
seolah-olah. ‘Seola’h merasa sedang shalat di Masjidil Haram cukup gunakan 
teknologi 3G dan VoiP, minta tolong kepada teman yang sedang Umrah untuk 
meletekannya di depan Ka’bah. Bisa juga ‘seolah’ merasa sedang ‘climbing’ di 
Great Wall-China salah satu keajaiban   dunia cukup letakan saja  HP teman yang 
sedang duduk mengagumi indahnya kreasi manusia itu pada ribuan tahun lalu, 
sementara si ‘si perasa seolah-olah’ berada melihat dari HP pada sebuah sudut 
Café di salah satu Mall Mewah Jakarta sambil menyeruput segelas kopi  mahal 
bergelas plastik, dengan rasa yang tidak  kalah dengan kopi  panggang setengah 
gelas dari ‘Lapau’ Mak Sati di sudut dusun pedalaman Sumatera Tengah.
Dunia Maya telah merasuki relung kepala, pikiran yang bisa diderma menjadi 
seolah-olah. Seolah-olah  saya menjadi, seolah-olah saya berada, pikiran telah 
dikuasai dan menguasai. Tanpa kita sadari para ‘empunya’ gudang data dunia maya 
telah mengumpulkan jutaan informasi tentang manusia  pengguna seluruh dunia, 
bagi mereka itulah asset yang luar biasa, pertengkaran  suatu komunitas  yang 
sedang bermilist ria telah masuk dalam ‘data storage’ si empu gudang, cacat 
diri/aib yang harusnya disimpan rapat, bahkan salah satu doa bagi seorang 
muslim 
agar ditutupkan aibnya, terkuak karena kecerobohan pengggunaan oleh diri 
sendiri 
atau orang lain.
Di sisi  lain Dunia Maya telah menyumbangkan kemerdekaan dalam penyebaran ilmu 
dan pengalaman tanpa batas, setiap orang bebas berkarya dan menyebarkan hasil 
karyanya yang dapat diketahui  jutaan manusia dalam sesaat yang tentu 
diperlukan 
bertahun-tahun pada masa  ‘dunia nyata’ sebelumnya.
Suatu ketika, saya sempat berbicara dengan salah seorang Sahabat, yang tidak 
peduli dengan hiruk pikuk dunia maya, kenapa dia tidak begitu tertarik berperan 
serta meramaikan jagat raya dunia maya. Jawabnya sederhana tapi bermakna, 
semakin banyak kita di dunia maya maka semakin besar kerusakan yang kita bawa 
dan dibawa olehnya. Kenapa ? Tanya saya. Bayangkan setiap hari kita 
‘bernasisme’ 
dengan FB, berbalas kata  melalui email dan Milist, membaca yang tidak patut, 
melihat yang seronok (bukan maksud bahasa melayu), begitu banyak pikiran yang 
terkuras. 

Lah, kita kan tergantung pilihan kita, pilih lah yang baik-baik, mencari 
informasi baru , sebagai wahana untuk silaturrahim misalkan, bela saya.  
Sahabat 
ini balik bertanya kepada saya apakah kamu melakukan itu, berapa persen waktumu 
dalam  sehari yang engkau gunakan berselancar di dunia maya untuk mencari 
informasi kebaikan, lebih banyak mana  digunakan untuk penyombongan kehebatan 
diri melalui MIlist, FB. Berapa banyak yang digunakan untuk membaca dan melihat 
info yang tidak sehat untuk kepala dan hatimu. Dunia Maya hanya menguasai 
pikiran, tidak hati, berapa banyak kesalahpahaman ditimbulkan karena berbalas 
pantun di milist, karena hanya masalah sederhana yaitu penguraian kata tidak 
sempurna. Satu lagi, silaturrahim itu adalah masalah hati kawan, rahim atau 
sayang itu letaknya di hati, maka pertemuan dunia nyata itu mengobati semua 
luka, bagaimana ‘rahim’ akan timbul bila di dunia maya sudah saling terluka. 
Satu lagi Kawan setiap huruf yang engkau tulis di dunia entah berantah itu, 
sebagai bahan bagi pengumpul sampah informasi melalui ‘providernya’, sebagai 
ide 
bagi para plagiat, sebagai senjata bagi para pengkhianat.
Entahlah Sahabat, engkau telah menyesakkan dadaku, berilah aku waktu untuk 
 berpikir sejenak, apakah aku teruskan tulisan ini, jangan-jangan aku sedang 
dintip pula oleh petugas Patroli Dunia Maya, nanti ditilang , SIM tak punya.
 
Wassalam
Pasteur-Bandung, 16 Juli 2010
Dedi Yusmen    


      

Kirim email ke