Gunung Pancar Retak?
Laporan wartawan *KOMPAS Ratih P Sudarsono

*
Lereng Gunung Pancar Bogor Jawa Barat, di bagian selatan diduga retak
horizontal sepanjang 300 meter. Lebar retakan mencapai  1,5 meter dengan
kedalaman ada yang sampai tiga meter.

Warga Desa Karangtengah, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor, khawatir
akan terjadi bencana akibat retakan itu. "Kalau retakan itu sampai longsor,
karena sekarang hujannya makin banyak, materialnya bisa membendung Sungai
Cikeruh dan ke Kampung Muara dan Kampung Tegal Luhur di Desa Bojongkoneng.
Gunungnya memang ada di Karangtengah," kata Kepala Desa Karangtengah Suhandi
Widyapratama, di rumahnya, di Kampung Cimandala, Desa Karangtengah, Minggu
(12/12/2010).

Ia menuturkan, pihaknya menerima laporan dari warga mengenai retakan di
lereng gunung itu sejak pekan lalu. Warga melaporkan, retakan itu mencapai
300 meter. Padahal, dahulunya tidak panjang dan celahnya kecil.

Karena makin banyak warga yang melapor dan merasa khawatir, ia pun melakukan
pendakian ke gunung tersebut pada Sabtu, bersama tiga staf dan sejumlah
tokoh agama dan masyarakat.

Ternyata, lanjut Suhandi, laporan warga tersebut benar. Namun, timnya
kemarin hanya mampu menelusuri sejauh/sepanjang 50 meter. "Sebab, lereng
gunung itu curam dan licin. Saat itu juga hujan turun. Untuk mencapai ke
lokasi itu, kita harus jalan menanjak terus dan memakan waktu 1,5 jam sampai
dua jam. Kalau warga di sini yang biasa naik gunung, cuma perlu waktu satu
jam," katanya.

Berdasarkan pengamatannya, lebar celah retakan itu mulai dari lima cm sampai
1,5 meter. "Kedalamannya beragam. Kalau yang celahnya kecil, dalamnya gak
kelihatan. Kalau yang lebar, dasar celahnya kelihatan. Kami perkirakan ada
yang sampai 3 meter. Ada juga yang celahnya besar dan dalamnya cetek, karena
sudah tertimbul lagi dengan bebatuan dan ditumbuhi semak belukar," katanya.

Suhandi berencana akan melaporkan temuan retakan di Gunung Pancar itu kepada
camat dan bupati Senin ini. Harapannya, laporan tersebut ditindaklanjuti
para pimpinannya dengan mengirim ahli-ahli geologi untuk meneliti retakan
tersebut. Harapannya, para ahli itu nantinya dapat memberi kepastian apakah
retakan ittu berbahaya atau tidak. Kalau berpotensi longsor, dapat pula
memberi solusi cara mengatasi retakan itu agar tidak longsor dan menimbulkan
bencana.

Ia menambahkan, warga, staf desa, dan para tokoh masyarakat hanya bisa
melakukan pencegahan terjadinya longsor dan bencana secara spiritual, karena
tidak mempunyai kemampuan teknis untuk menutup celah retakan gunung. Langkah
sepiritual tersebut, ada yang berupa melaksanakan ziarah ke makam keramat
Mbah Putih (Pangeran Suci) yang berada di puncak Gunung Pancar.

"Kami juga bersama tokoh agama melaksanakan zikir akbar setiap malam sejak
Jumat lalu. Zikir akbar ini kami laksanakan di masjid. Yang tidak dapat
datang ke masjid, melaksanakannya di rumah masing-masing. Tujuannya, kami
memohon kepada Allah agar tidak terjadi longsor dan bencana di sini," kata
Suhandi.

Beberapa warga desa yang ditanya mengenai retakan di Gunung Pancar,
membenarkan adanya retakan itu. Retakannya sudah lama, tapi dulu kecil.
Sekarang makin besar. Sekarang ada zikir akbar agar tidak jadi longsor, kata
Aep, warga Kampung Karangtengah Kidul.

Ace warga yang lain mengatakan, warga makin khawatir karena enam bulan lalu,
kabarnya kuncen makam keramat mendapat mimpi bahwa Mbah Putih menyatakan
akan pindah dari puncak Gunung Pancar. " Kalau Mbah Putih pergi, Gunung
Pancar akan runtuh. Sekarang warga mendapatkan retakan gunung makin lebar.
Banyak yang percaya, itu tanda-tanda gunung akan runtuh dan meletus. Gunung
Pancar itu gunung aktif, cuma kecil," kata dia.

http://regional.kompas.com/read/2010/12/12/22013946/Gunung.Pancar.Retak-5

Kirim email ke