SIP
Sudah masuk memenuhi Blog IAGI
http://geologi.iagi.or.id/2010/12/23/soropati-telomoyo-rawa-pening-harmoni-gravity-tectonics/

RDP

2010/12/23 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>

> He2... maaf Pak Vicky dan rekan2 netter, memang sengaja saya tak masukkan
> peta, gambar dan foto2nya, supaya kita rajin membuka peta dan buku van
> Bemmelen (1949).Tetapi, ini saya kirimkan kelengkapannya. Semoga kini
> memperjelas diskusi.
>
> Litologi di dasar air terjun adalah lapisan tuf, sedangkan di puncak air
> terjun adalah lava atau sill? andesitik. Ditemukan juga fragmen2 batugamping
> di aliran hilir Kali Pancur.
>
> salam,
> Awang
>
> --- Pada *Kam, 23/12/10, Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>*menulis:
>
>
> Dari: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
> Judul: Re: [Forum-HAGI] Soropati-Telomoyo-Rawa Pening : Harmoni Gravity
> Tectonics
> Kepada: "Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia" <fo...@hagi.or.id>
> Tanggal: Kamis, 23 Desember, 2010, 10:50 AM
>
> saya yang orang sangat "visual" juga rada kesulitan membaca tulisan :)
> Pak awang mungkin bisa menggambar sketsanya atau scan gambar peta.
> Komunikasi dengan menggunakan peta saya kira akan jauh lebih efisien.
> Sya tunggu ... skalian untuk ngisi BLOG yg lama belum terupdate :)
> Salam
>
> rdp
>
> 2010/12/23 RACHMAWATI 
> <rac...@bobcpp.co.id<http://id.mc765.mail.yahoo.com/mc/compose?to=rac...@bobcpp.co.id>
> >
>
> Pak Awang,
>
> Kalau ada fotonya tolong dishare juga dong .....pengen liat singkapan
> litologi di dasar air terjun itu ... sepertinya belum pernah ada informasi
> apalagi fotonya ...
>
> Sebelumnya terimakasih banyak.
>
> Nino' SBR
> CPP block
>
> -----Original Message-----
> From: Awang Satyana 
> [mailto:awangsaty...@yahoo.com<http://id.mc765.mail.yahoo.com/mc/compose?to=awangsaty...@yahoo.com>
> ]
> Sent: Tuesday, December 21, 2010 9:12 AM
> To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
> Subject: [Forum-HAGI] Soropati-Telomoyo-Rawa Pening : Harmoni Gravity
> Tectonics
>
>  Minggu lalu, bersama seorang rekan geologist, saya berencana hendak ke
> Candi Borobudur melalui Solo dan Boyolali. Tujuannya adalah ingin melihat
> muka Borobudur setelah disiram abu Merapi selama beberapa minggu pada bulan
> lalu.
>
> Borobudur, menurut Raffles (1817 –The History of Java, terjemahan Indonesia
> PT Narasi 2008), pernah disiram dan ditutupi piroklastika Merapi dan endapan
> lainnya pada abad ke-10 sampai ia lenyap dari muka bumi. Raffles kemudian
> menugaskan ahli arkeologi Belanda, Cornelius untuk memimpin penggalian
> kembali candi Budha terbesar di dunia ini. Penggalian dilakukan oleh 200
> penduduk desa di sekitar Borobudur. Setelah 21 tahun dilakukan penggalian,
> seluruh bagian candi baru tersingkap pada tahun 1835.
>
> Mungkin, hidup dan mati Borobudur ditentukan oleh Merapi. Ia dibangun oleh
> 1.600.000 batu balok andesit hasil muntahan Merapi (Phil Grabsky, 2000, The
>  Lost Temple of Java, penerbit Seven Dials) dan ia pun hilang dari muka bumi
> selama lebih dari 800 tahun karena ditutupi muntahan Merapi pula.
>
> Dari Boyolali,  Borobudur bisa dicapai melalui Cepogo, Selo, Ketep,
> Sawangan dan Muntilan, yaitu jalan di lembah antara Gunung Merapi dan
> Merbabu. Rencana ini terpaksa dibatalkan karena beberapa jembatan di sekitar
> area Magelang ambrol diterjang lahar dingin Merapi yang meluap keluar
> sungai. Kami lalu memutuskan menuju Borobudur bukan dari arah timur, tetapi
> dari arah utara, yaitu memilih jalan dari Salatiga ke arah baratdayanya
> melalui Kopeng di lereng Merbabu.
>
> Rencana utama menuju Borobudur akhirnya harus ditunda sebab keterbatasan
> waktu dan area baratdaya Salatiga, yaitu Gunung Telomoyo , terlalu  menarik
> secara geologi untuk ditinggalkan. Kami memilih mengitari area sekitar
> Gunung Telomoyo, termasuk turun ke area air terjun yang cukup tinggi,
> sekitar 150 meter, bernama Air Terjun Kali Pancur. Dari ketinggian puncak
> air terjun di dekat Telomoyo ini, pemandangan ke arah utara timurlaut sangat
> menakjubkan: danau/telaga bernama Rawa Pening.
>
> Acara yang semula hanya jalan-jalan menjadi lebih serius, kami turun ke
> dasar air terjun melalui jalan setapak yang telah diperkeras dengan
> batu/semen/paving block. Setelah sekitar 40 menit melalui jalan setapak yang
> berbelok-belok curam, sampailah kami di dasar air terjun. Pemandangan di
> sini memesona mata geologists: kami diperhadapkan kepada formasi batuan
> volkanik dan sedimen yang saling menumpuk lalu  memotong. Beberapa sampel
> kami ambil untuk penelitian lebih lanjut.
>
> Naik lagi ke ketinggian yang sama dengan puncak air terjun, terlihat lagi
> telaga Rawa Pening dari jauh. Lalu kami meneruskan perjalanan ke Kopeng dan
> lereng baratlaut serta utara Merbabu untuk mendapatkan orientasi medan. Di
> Kopeng, kami berkuda dan di sini mendapatkan area yang lebih luas untuk
> melihat gunung-gunung Merbabu, Telomoyo, dan satu gunung yang lain: Gunung
> Andong. Karena hari menjelang sore, lalu kami memutuskan kembali ke
> Salatiga-Boyolali dan Solo.
>
> Evaluasi geologi regional dilakukan sesudahnya, ingin tahu apakah ada
> hubungan antara Telaga Rawa Pening, Telomoyo, Andong dan Merbabu. Dibantu
> dengan literatur-literatur lama dan peta google serta DEM, akhirnya
> didapatlah gambaran padu hubungan di antara mereka. Melihatnya ternyata
> harus jauh ke utara lagi: Gunung Ungaran, dan sampai selatan: Gunung Merapi.
>
> Adalah van Bemmelen (1941, 1943) yang telah memetakan area baratdaya
> Salatiga ini  meliputi Kopeng, Merbabu dan Merapi, dan secara regional van
> Bemmelen (1949) juga yang mengatakan bahwa Gunung Ungaran, Gunung
> Soropati-Telomoyo, Gunung Merbabu dan Gunung Merapi adalah gunung-gunungapi
> yang muncul di sebuah sesar besar yang menjadi batas timur bagian sempit
> Jawa Tengah. Sesar ini berarah utara-baratlaut dan selatan-tenggara, kita
> sebut saja Sesar Ungaran-Merapi. Umur gunung-gunung ini semakin muda ke arah
> selatan, sehingga Gunung Ungaran adalah gunung yang tertua dan Gunung Merapi
> yang termuda. Karena Merapi yang termuda, mungkin pula itu penyebab mengapa
> gunungapi ini yang paling aktif di antara deretan gunung yang duduk di Sesar
> Ungaran-Merapi.
>
> Orang umumnya mengenal atau pernah mendengar Gunung Ungaran. Teman-teman
> yang tinggal atau berasal dari Semarang, Ambarawa atau Salatiga tentu
> mengenal gunung ini. Sementara teman-teman yang berasal dari Solo atau
> Boyolali mengenal dengan baik pasangan Gunung Merbabu dan Merapi. Bagaimana
> dengan Gunung Soropati, Gunung Telomoyo dan Gunung Andong ? Tak banyak yang
> mengenalnya, kadang-kadang orang masih mendengar Telomoyo sebagai judul
> sebuah lagu keroncong atau juga Telomoyo terkenal karena kabarnya dulu ada
> meteorit yang cukup besar jatuh di permukaan Bumi di area Telomoyo.
>
> Tulisan ini hendak menyoroti Soropati-Telomoyo-Andong dan Rawa Pening.
> Apakah ada hubungan antara telaga Rawa Pening dan kompleks Gunung
> Soropati-Telomoyo ? Mengapa mencari hubungan antara antara Rawa Pening dan
> gunung Soropati-Tolomoyo ? Penyebabnya adalah keingintahuan asal Rawa
> Pening.  Setiap danau di tempat tinggi bisa terjadi sebagai: sisa kawah
> (danau2 di Dieng, Toba) atau pembendungan tektono-volkanik (“danau
> Bandung”). Apa jenis Rawa Pening ini ?
>
> Luas Rawa Pening 2.670 hektare,  menempati wilayah Kecamatan Ambarawa,
> Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Rawa Pening terletak di cekungan terendah
> lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran. Menurut legenda,
> Rawa Pening terbentuk dari muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan
> lidi yang dilakukan oleh Baru Klinthing.
>
> Danau ini mengalami pendangkalan yang pesat. Pernah menjadi tempat mencari
> ikan, kini hampir seluruh permukaan rawa ini tertutup eceng gondok. Gulma
> ini juga sudah menutupi Sungai Tuntang, terutama di bagian hulu. Usaha
> mengatasi spesies invasif ini dilakukan dengan melakukan pembersihan serta
> pelatihan pemanfaatan eceng gondok dalam kerajinan, namun tekanan populasi
> tumbuhan ini sangat tinggi. Rawa ini digemari sebagai obyek wisata
> pemancingan dan sarana olahraga air. Namun akhir-akhir ini, perahu bergerak
> pun sulit.
>
> Saya tertarik menghubungkan kejadian Rawa Pening dengan  kompleks
> Soropati-Telomoyo yang kelihatannya sudah mengalami runtuhan di puncaknya.
> Gunung Soropati (1300 meter) adalah gunungapi di deretan
> Ungaran-Soropati-Merbabu-Merapi.  Pada saat aktifnya (Plistosen tengah-atas)
> (van Bemmelen, 1941), gunung ini pernah setinggi 2000 meter, tetapi 700
> meter puncaknya telah runtuh karena letusan dan collapse meninggalkan kawah
> besar yang disebut Kawah Klegung.  Gunung Soropati saat ini hanyalah sebagai
> dinding kawah. Lalu  mnjelang Holosen, gunung Telomoyo (1894 m)  terjadi di
> kawah runtuhan Soropati.
>
> Bila kita dari Salatiga menuju Kopeng, akan tampaklah Gunung Telomoyo. Di
> sekililingnya tampak puncak-puncak yang lebih rendah, yang sebenarnya
> merupakan dinding kawah Gunung Soropati yang lebih tua daripada Telomoyo.
> Dinding kawah yang lain disebut Gunung Kendil (1273) meter. Di area Kopeng,
> nampak Gunung Andong, yang tidak termasuk ke dalam area Soropati-Telomoyo.
> Gunung Andong (1700 meter) merupakan puncak parasiter Merbabu.
>
> Fenomena volkano-tektonik pembentukan kawah dan collapse structure di
> puncak Soropati dengan gaya utama berupa tarikan (tension) yang menyebabkan
> struktur runtuhan/terban dikuti dengan kompensasi gaya isostatiknya berupa
> kompresi di kaki Soropati, terutama ke arah timurlaut. Kompresi ini telah
> menyebabkan terjadinya struktur punggungan bernama Payung-Rong pada jarak
> sekitar 10 km dari puncak Soropati.  Sebenarnya struktur2 kompresi di kaki
> Soropati-Telomoyo tidak hanya terjadi di sebelah timurlaut, tetapi juga ke
> arah timur dan tenggaranya, seperti beberapa lipatan landai yang terjadi di
> area Ampel dan Karanggede pada jarak sekitar 30 km dari puncak Soropati,
> yaitu area2 yang akan dilalui kalau kita berangkat dari Boyolali menuju
> Salatiga.
>
> Keberadaan struktur-struktur antiklin/punggungan di kaki gunung-gunungapi
> Jawa harus dicurigai sebagai akibat collapse structure di puncaknya. Gunung
> Soropati-Telomoyo diperkirakan van Bemmelen (1941)  telah menghasilkan
> piroklastika berupa breksi volkanik (Notopuro beds) lebih dari satu juta
> ton. Gunung ini muncul di atas basement berupa sedimen Neogen marin yang
> didominasi lempung dan napal.  Basement lempung dan napal ini bisa menjadi
> bidang gelincir. Ketika tubuh Soropati semakin besar dan berat karena
> pembubungan magma, maka sebagian puncaknya menggelincir membuat struktur
> runtuhan (collapse) dan gaya deformasi menyebar ke sekelilingnya, tetapi
> terutama ke arah timurlaut dan timur. Di sisi inilah terjadi lipatan2 berupa
> punggungan2 berbentuk sabit.
>
> Lipatan-lipatan di area Payung-Rong di sebelah baratlaut Salatiga telah
> membentuk overthrust wedge berupa punggungan yang terbentuk dari breksi
> volkanik Notopuro yang tersesarkan. Salah satu puncak tertinggi di blok
> naiknya membentuk Gunung Rong (668 meter). Punggungan Payung-Rong inilah
> yang lalu di sebelah selatannya menjadi tanggul alam yang membendung Kali
> Tuntang sampai menjadi Rawa Pening (ketinggian muka air sekitar 463 meter).
> Hubungan puncak dan kaki, hubungan collapse structure yang tension di
> puncak dan punggungan antiklin atau sesar naik yang compression di kaki
> telah menunjukkan suatu proses gravitational tectogenesis melalui mekanisme
> gliding tectonics.
>
> Rawa Pening dibentuk oleh permainan gliding tectonics collapse structure
> Gunung Soropati pada Plistosen Atas. Rawa Pening terbentuk karena Sungai
> Tuntang terbendung punggungan Payung-Rong karena puncak Soropati di sebelah
> selatannya runtuh dan gaya kompensasinya menyebar ke timurlaut melalui
> gliding tectonics. Sementara itu, Danau Bandung terbentuk karena aliran
> sungai Citarum terbendung material letusan Gunung Sunda dan Gunung
> Tangkubanparahu pada Plistosen Atas juga. Kesamaan pembendungan dengan
> mekanisme volkano-tektonik yang berbeda.
>
> Salam,
> Awang
>
>
>
>
> ______________________________________________
> The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
> fo...@hagi.or.id<http://id.mc765.mail.yahoo.com/mc/compose?to=fo...@hagi.or.id>|
> www.hagi.or.id
> ---*** for administrative query please send your email to
> itweb.supp...@hagi.or.id<http://id.mc765.mail.yahoo.com/mc/compose?to=itweb.supp...@hagi.or.id>
>
>
>
>
>
> ______________________________________________
> The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
> fo...@hagi.or.id<http://id.mc765.mail.yahoo.com/mc/compose?to=fo...@hagi.or.id>|
> www.hagi.or.id
> ---*** for administrative query please send your email to
> itweb.supp...@hagi.or.id<http://id.mc765.mail.yahoo.com/mc/compose?to=itweb.supp...@hagi.or.id>
>
>
>
>
>
> -----Berikut adalah Lampiran dalam Pesan-----
>
> ______________________________________________
> The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
> fo...@hagi.or.id<http://id.mc765.mail.yahoo.com/mc/compose?to=fo...@hagi.or.id>|
> www.hagi.or.id
> ---*** for administrative query please send your email to
> itweb.supp...@hagi.or.id<http://id.mc765.mail.yahoo.com/mc/compose?to=itweb.supp...@hagi.or.id>
>
>
>
>
>
> ______________________________________________
> The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
> fo...@hagi.or.id | www.hagi.or.id
> ---*** for administrative query please send your email to
> itweb.supp...@hagi.or.id
>
>
>
>
>

Reply via email to