Sepupu Neanderthal di Asia

Sekitar 30.000-50.000 tahun yang lalu pernah hidup sekelompok manusia purba
saudara sepupu Neanderthal yang hidup di Asia. Spesies baru ini diberi nama
Denisova karena ditemukan di Goa Denisova, Siberia, pada tahun 2008. luki
aulia

Keberadaan saudara sepupu Neanderthal ini diketahui setelah tim peneliti
pimpinan David Reich dari Harvard Medical School, Boston, dan Svante Paabo
dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman,
menemukan fosil seruas tulang jari dan gigi geraham anak perempuan berusia
5-10 tahun. Gigi geraham itu berukuran lebih besar dari milik manusia modern
(sekitar 1,5 sentimeter) dan bentuknya lebih mirip gigi manusia purba.

Setelah membandingkan DNA si anak perempuan itu dengan DNA 38 manusia modern
dari 54 kelompok masyarakat yang berbeda, ditemukan bukti kelompok Denisova
pernah hidup di seluruh wilayah Asia.

”Meski kami menemukan tulang jari dan gigi gerahamnya, kami tidak tahu sama
sekali bagaimana wajah dan bentuk tubuh manusia Denisova,” kata Reich.

Ketika berada di Asia terjadi persilangan Denisova dengan manusia modern
nenek moyang masyarakat pribumi Papua Niugini dan masyarakat yang kini
tinggal di Melanesia, kepulauan Pasifik.

Namun, lokasi dan waktu terjadinya persilangan secara tepat belum diketahui.
Yang mengherankan bagi para peneliti, tidak ada bukti-bukti persilangan
antara Denisova dan nenek moyang manusia modern yang kini tinggal di
Eurasia.

Penemuan yang dipaparkan dalam majalah Nature edisi 23 Desember 2010 itu
memperkuat keyakinan kalangan peneliti bahwa masih banyak spesies manusia
yang belum ditemukan. Temuan ini juga memperkuat dugaan para peneliti bahwa
sekitar 1 juta tahun yang lalu beragam spesies manusia pernah hidup
berdampingan. Sayangnya, lebih banyak yang tinggal di daerah tropis sehingga
fosil-fosilnya tidak tersisa.

Richard Green, peneliti dan pakar teknik biomolekul di Baskin School of
Engineering di University of California, Santa Cruz, menilai temuan baru ini
membuat sejarah evolusi manusia semakin rumit. ”Selama ini yang kita yakini
manusia modern migrasi keluar Afrika dan menggantikan Neanderthal. Namun,
sekarang ceritanya jadi ruwet karena ternyata ada lebih banyak spesies
manusia yang terlibat dan lebih banyak interaksi yang terjadi,” ujarnya.

Sampai sejauh ini analisis para peneliti adalah Neanderthal keluar dari
Afrika dan bermukim di Eropa, Asia Tengah, dan Timur Tengah selama 170.000
tahun. Namun, semua bukti keberadaan mereka hilang sejak 28.000 tahun lalu.
Sementara Denisova keluar dari Siberia berjalan ke arah timur dan bermukim
di sepanjang pinggir pantai Asia Tenggara sekitar 400.000- 50.000 tahun yang
lalu.

* Belum tentu baru*

Direktur Program Asal-Usul Manusia di Smithsonian Institution Rick Potts
mengingatkan untuk tidak buru-buru menyebut Denisova sebagai spesies manusia
yang baru. Hasil temuan baru itu hanya membuktikan Denisova berbeda dari
Neanderthal dan manusia modern tetapi belum tentu mereka spesies baru. Bisa
jadi Denisova sebenarnya spesies manusia yang telah diketahui sebelumnya
tetapi tidak ada DNA yang bisa dipakai sebagai perbandingan seperti yang
terjadi pada Homo heidelbergensis.

Paabo sependapat dengan Potts. Lebih baik tidak menyebut Denisova sebagai
spesies baru untuk menghindari konflik akademik. Neanderthal yang sudah
banyak ditemukan fosilnya masih saja mengundang perdebatan di kalangan ahli
paleontologi. ”Kita hanya punya gambaran yang lebih jelas tentang keberadaan
Denisova. Kita masih belum tahu jelas jenis manusia apa saja yang ada
setelah Neanderthal keluar dari Afrika,” ujarnya.

Bisa jadi juga Denisova ini subspesies di bawah Neanderthal atau bahkan
manusia modern. Masih belum jelas juga seberapa berbeda kita atau
Neanderthal sebenarnya dengan Denisova. Yang jelas, keduanya sama-sama
disebut sebagai manusia, sama seperti kita. Menurut ahli genetis di Stanford
University, Brenna Henn, temuan Denisova ini membuktikan banyak terjadi
persilangan antara berbagai jenis manusia yang berbeda. Ini yang tidak
pernah diduga oleh para peneliti sebelumnya. ”Sebelum enam bulan yang lalu,
tidak ada bukti genetis adanya percampuran antara manusia purba dan manusia
modern,” ujarnya.

Apa pun pendapat kalangan ahli paleontologi, bagi Paabo yang menarik dari
temuan ini hanyalah bukti keberadaan Denisova di Asia sementara fosilnya
ditemukan di Siberia, sekitar 10.000 kilometer dari Asia. ”Yang menarik
adalah sekarang kita tahu paling tidak ada dua kelompok manusia purba di
dalam diri kita. Bahkan bisa jadi lebih dari dua,” kata Paabo.

Untuk sementara, informasi yang lebih rinci tentang tradisi budaya Denisova
masih misteri karena di dalam Goa Denisova tidak ditemukan peralatan hidup
sehari-hari, seperti peralatan makan atau berburu yang biasa ditemukan di
goa-goa Neanderthal dan manusia modern. ”Yang kita punya untuk sekarang ini
hanya gigi, tulang jari, dan analisis gen,” kata Reich yang berharap akan
menemukan lebih banyak fosil Denisova di dalam goa.

Ahli paleontologi di George Washington University, Brian Richmond, berharap
temuan baru ini semakin menggairahkan para peneliti untuk lebih banyak
melakukan penggalian dan analisis sejarah evolusi manusia. ”Cerita baru apa
pun yang muncul dalam sejarah evolusi kita akan selalu menarik. Apalagi
cerita baru seperti munculnya Denisova ini,” ujarnya.
(REUTERS/AFP/national geographic/discovery/the new york times/bbc/LUK)

http://cetak.kompas.com/read/2011/01/08/03465485/sepupu.neanderthal.di.asia

Kirim email ke