pak awang maaf sya ingin menanyakan apakah ada pengaruh sesar duplex d daerah 
manganty?
mkasih ya pak,, nie ada fenomena menarik yg sya dapatkan,, 




________________________________
Dari: Jaka <hi_j...@yahoo.com>
Kepada: geo_un...@yahoogroups.com; geounpad...@yahoogroups.com
Cc: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>
Terkirim: Jum, 21 Januari, 2011 18:03:24
Judul: [iagi-net-l] Re: Bls: [Geo_unpad] Mohon Info Pra-Ngimbang FM


 
Pak Awang dan Netter Ysh, 

Terimakasih atas pendapat, rujukan  dan jawabannya. Setelah Saya membaca ulang 
publikasi dari Phillips dkk. (1991), Bransden dan Matthews (1992) dan membaca 
publikasi dari Hasan (1981), Nagura dkk. (2003) dan Dinkelman dkk. (2008), ada 
beberapa yang pelu saya utarakan
1.    Phillips dkk. (1991) berpendapat bahwa secara stratigrafi economic 
basement di daerah Kangean (Northern platform) berumur Kapur dan Formasi 
Pra-Ngimbang secara tidak selaras menutupi batuan berumur Kapur tersebut di 
depositional low dan absent di bagian paleohigh-nya.  Pada paragraf sebelumnya 
mereka (Phillips dkk.) mengulas sedikit bahwa Formasi Pra-Ngimbang yang berumur 
Paleosen-Eosen. Artinya Formasi Pra-Ngimbang diendapkan setelah terjadinya 
collision yang terjadi pada umur Kapur Akhir dan merupakan endapan 
Post-Collision (sesuai dengan pernyataan pak Awang).
 
2.    Setelah saya membaca Hasan (1991) tentang Formasi Balangbaru, beliau 
berpendapat bahwa tektonik setting dari Formasi Balangbaru adalah fore-arc 
basin, yang diisi oleh flysch succession yang berumur Kapur Akhir dan merupakan 
klastik sedimen laut. Apabila merunut kepada sedimen yang seumur dengan Formasi 
Pra-Ngimbang berdasarkan Phillips dkk. (1991) maka Formasi Malawa yang berumur 
Paleosen-lah yang sebanding dengan Formasi Pra-Ngimbang. 

Pak Awang dan Purwaningsih (2002) dalam “Geochemistry and Habitat of Oil and 
Gas 
in the EJB: Regional Evaluation and New Observation” berpendapat bahwa endapan 
pada Tersier dimulai oleh Formasi Pra-Ngimbang yang merupakan sedimen non marin 
yang terutama berkembang di sebelah timur EJB.
 
3.    Bransden dan Mathews (1992) berpendapat bahwa sebelum collision (late 
Cretaceous), NEJB adalah fore-arc basin (sama dengan Hasan, 1991), barangkali 
karena kedudukan sebelum Paleogen adalah kerak yang sama. Mereka juga menulis 
dari beberapa sumur ada lapisan berwarna merah dengan posisi stratigrafi yang 
lebih tinggi, tidak terlihat pada penampang seismik dan disebut sebagai 
“Formasi 
Pra-Ngimbang” yang merupakan pemisah dengan sekuen yang berumur Tersier. Selain 
itu ada beberapa sumur yang menembus komplek akresi di bawah batuan berumur 
Tersier yang disebut sebagai acoustic basement, sedangkan sedimen yang berlapis 
pada umur Kapur akhir merupakan economic basement. Mereka membandingkan lapisan 
yang berumur Kapur akhir dengan Balangbaru Fm di SW Sulawesi yang diendapkan 
secara batimetri pada bathial sampai abisal. 

Pertanyaan saya adalah Formasi Pra-Ngimbang itu sebenarnya berumur apa? Apakah 
Paleosen-Early Eosen menurut Phillips dkk. atau barangkali seumur dengan 
Formasi 
Balangbaru, namun dalam setting yang berbeda. Formasi Balangbaru diendapkan 
pada 
fore-arc basin sedangkan Formasi Pra-Ngimbang pada bagian passive margin-nya 
dari mikrokontinen East Java?
 
4.    Pada publikasi Nagura dkk. (2003) Abadi field termasuk kedalam cekungan 
Bonaparte yang terbetuk oleh adanya rifting dan continental separation pada 
umur 
middle Jurassic sampai umur early Cretaceous di sepanjang tepian baratlaut 
Australia. Batupasir Formasi Plover yang berumur middle Jurassic merupakan 
endapan fluvio-deltaic sampai  laut dangkal yang diendapkan pada periode 
tektonik pra-rift sampai awal syn-rift. Umur Tersier tersusun dari endapan 
drift 
phase berupa endapan karbonat paparan yang tebal.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah model pengendapan Formasi Pra-Ngimbang 
(Paleosen?-Eosen Awal?) sebanding dengan model pengendapan batupasir Formasi 
Plover pada umur middle Jurrasic yang merupakan endapan drift 
phase/pre-collision? sedangkan menurut pak Awang Formasi Pra-Ngimbang adalah 
endapan post-collision.
 

  Salam,
Jaka




________________________________
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
To: geo_un...@yahoogroups.com
Cc: Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; IAGI 
<iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>
Sent: Thu, January 13, 2011 9:06:07 AM
Subject: Bls: [Geo_unpad] Mohon Info Pra-Ngimbang FM

  
Jaka,
 
Publikasi geologi relatif detail tentang pre-Ngimbang sediments sampai saat ini 
tetap berasal dari Phillips et al. (1991) dan Bransden & Matthews (1992), 
keduanya ada di Proceedings IPA, bisa dipahami karena para penulisnya 
mengerjakan Blok Bali North termasuk Kangean, tempat pre-Ngimbang sediments 
paling banyak dipelajari dan ditembus sumur. 

 
Belakangan (2008-2010, Proceedings IPA) ada publikasi-publikasi seismik dari 
Jim 
Granath dkk (misal Dinkelman et al., 2008). yang pada prinsipnya ingin 
menunjukkan bahwa di area sebelah timur Cekungan Jawa Timur ini terdapat 
formasi 
sedimen di bawah Ngimbang (berupa bedded horizons) yang diinterpretasikan 
Granath dkk sebagai sedimen2 Mesozoik yang berasal dari suatu mikrokontinen di 
utara Australia yang lalu berbenturan dengan area Jawa Timur bagian timur 
(baca: 
bagian tenggara Sundaland) pada saat sekitar Late Cretaceous. Pendapat Granath 
dkk. itu didasarkan kepada data seismik regional terbaru yang disurvey dengan 
teknologi baru yang bisa merekam sampai diskontinuitas Mohorovicic.
 
Tetapi, yang ditunjukkan oleh Jim Granath dan kelompoknya sebenarnya bukanlah 
pre-Ngimbang yang dimaksudkan oleh Phillips (1991) dan Bransdens dan Matthews 
(1992) - para penulis pertama tentang pre-Ngimbang. Yang dimaksudkan dengan 
sediments berumur Mesozoic oleh Granath dkk. adalah sedimen-sedimen di bawah 
Crateceous economic basement (lihat Dinkelman, 2008, Proceedings IPA); 
sedangkan 
pre-Ngimbang sediments by definition Phillips et al (1991) dan Bransdens & 
Matthews (1992) adalah sekelompok sedimen di atas Cretaceous economic basement.
 
Sesungguhnya, hal di atas akan menjawab pertanyaan Jaka tentang mana 
pre-collision dan post-collision sediments yang akan saya jawab di bawah ini.
 
Pre-Ngimbang sediments adalah sedimen post-collision, mekanisme pengendapannya 
telah dijelaskan dengan baik oleh Bransden & Matthews (1992) yang juga 
menghubungkannya secara regional kepada sedimen2 seumur di Sulawesi Selatan 
(Formasi Balangbaru, Kustomo Hasan, 1991, Proceedings IPA). Kesebandingan 
dengan 
Sulawesi Selatan adalah patut dilakukan sebab antara tepi timur Jawa Timur dan 
bagian barat/selatan Sulawesi merupakan massa kerak yang sama pada awal 
Paleogen.
 
Maka jawaban saya terhadap pertanyaan: 
1. Pada setting lingkungan pengendapan seperti apa Formasi Pra-Ngimbang 
diendapkan (di mikro kontinen)?.  -
 
---> Pre-Ngimbang tidak berhubungan dengan fasies apa pun di mikrokontinen yang 
dimaksud. Tetapi kalau interpretasi Jim Granath dkk. benar, maka yang 
dimaksudnya adalah bukan pre-Ngimbang, tetapi sedimen yang jauh lebih tua dari 
pre-Ngimbang yang kini berada di bawah top Cretaceous economic basement (lihat 
section di publikasi Dinkelman, 2008). Nah kalau ini, maka pertanyaan Jaka 
menjadi valid. Sedimen2 tua di mikrokontinen eastern East Java Sea itu 
diendapkan di lingkungan passive margin mikrokontinen Gondwanaland dari 
transisi-shallow marine (lihat kesebandingan dengan sedimen2 seperti Plover di 
NW shelf of Australia, lihat publikasi dari Nagura, 2003 -Proceedings IPA yang 
membahas Abadi Field).
 
2. Apakah Pre-Collision bisa diasumsikan sebagai Pre-Rift, dan Syn-Collision 
sebagai Syn-Rift (seperti kasus di Indonesia bagian barat)?
 
---> Terminologi pre-rift, syn-rift, post-rift hanya berlaku untuk 
cekungan-cekungan di Indonesia Barat yang berhubungan dengan tektonostratigrafi 
cekungan-cekungan Paleogen relatif terhadap pembukaannya (rifting). Segera 
setelah diendapkan pre-Ngimbang pada sebelum mid-Eocene, terjadi perubahan 
plate-tectonic setting yang signifikan di Indonesia Barat akibat benturan India 
dengan Eurasia. Efek secara khusus ke East Java adalah terjadinya perlambatan 
konvergensi lempeng yang mengakibatkan gerakan tarikan di back arc area 
(roll-back) akibat subduksi yang menjadi curam karena gerak konvergensi 
melambat. Tarikan inilah yang membuka rifting2 di East Java termasuk di bagian 
timurnya. Itulah fase rifting. Dan, ini tak berhubungan dengan collision 
mikrokontinen yang telah terjadi sebelumnya (sekitar Late Cretaceous). Maka tak 
ada hubungan antara pre-rift dengan pre-collision dan  syn-rift dengan 
syn-collision.
 
Masalah keberadaan mikrokontinen di East Java adalah masalah lain. Dalam 
beberapa publikasi (misalnya Satyana, 2003, -Tektonik SE Sundaland, Proceedings 
IAGI-HAGI, Satyana et al., 2004, Tektonik Rembang-Madura-Kangean-Sakala, 
Proceedings IAGI), saya menyebutnya sebagai mikrokontinen Paternoster-Kangean. 
Memang di timur dan timurlaut Jawa Timur ada mikrokontinen itu yang erat 
berasoasiai dengan fasies daratan dan kontinen (secara geokimia, 
minyak/kondensat Pagerungan lebih berfasies daratan daripada minyak2 di area 
Jawa Timur lebih barat; lihat publikasi saya Satyana & Purwaningsih, 2002 
-Proceedings IAGI; Satyana & Purwaningsih, 2003, Proceedings IPA). Belakangan 
ada beberapa publikasi terbaru tentang mikrokontinen ini (misalnya group Jim 
Granath, Robert Hall, TGS seismic, dll.). Mikrokontinen itu ada, hanya 
outline-nya yang harus kita diskusikan lagi.
 
Saran saya, silakan cermati lagi publikasi2 dari Phillips et al. (1991), 
Bransden dan Matthews (1992), Granath et. al & Dinkelman et al. (2008-2010), 
semuanya di Proceedings IPA, untuk memahami hubungan antara Pre-Ngimbang 
sediments; mikrokontinen, dan sediments yang lebih tua di dalam mikro-kontinen. 
Publikasi2 itu akan menjawab pertanyaan.
 
Salam,
Awang
 --- Pada Rab, 12/1/11, Jaka <hi_j...@yahoo.com> menulis:


>Dari: Jaka <hi_j...@yahoo.com>
>Judul: [Geo_unpad] Mohon Info Pra-Ngimbang FM
>Kepada: geo_un...@yahoogroups.com
>Cc: geounpad...@yahoogroups.com
>Tanggal: Rabu, 12 Januari, 2011, 3:52 PM
>
>
>  
>Akang,  Teteh dan Netter GeoUnpad Ysh,
>
>Saya sedang mengerjakan tugas kuliah saya tentang NEJB (North East Java 
>Basin), 
>kebetulan ada beberapa hal yang belum saya mengerti terkait Formasi 
>Pra-Ngimbang 
>khususnya tectono-stratigrafi nya, Saya coba mencari reference ke beberapa 
>prosiding (IPA, IAGI, dll.), namun sangat tebatas yang betul-betul membahas 
>tentang Formasi Pra-Ngimbang ini.
>Seperti sudah kita ketahui banyak penulis seperti Bransden dan Matthews(1992), 
> 
>Sribudiyani dkk. (2003), Satyana dan Purwaningsih (2003) menyebutkan bahwa 
>NEJB 
>dulunya merupakan mikro kontinen yang detached atau lepas dari Godwana, 
>drifting, docking dan collision dengan Sunda shield. Proses-proses tersebut 
>menjadikan NEJB bertransformasi di Fore-Arc Basin menjadi Back-Arc (Bransden 
>dan 
>Matthew, 1992), ada yang menyebutkan dari Oceanic Basin  menjadi Back-Arc 
>(Satyana dan Purwaningsih, 2003) dan Rift Basin(?) atau Foreland Basin menjadi 
>Back-Arc (Purwaningsih dkk., 2003) dan terjadi kurang lebih pada umur Kapur 
>Akhir sampai Miosen Awal (Sribudiyani dkk., 2003). Kemudian beberapa penulis 
>seperti; 
>
>Phillips dkk. (1991) berpendapat bahwa Formasi Pra-Ngimbang berumur Paleosen 
>sampai Eosen Tengah. 
>
>Satyana dan Purwaningsih (2002) berpendapat bahwa endapan pada Tersier dimulai 
>oleh Formasi Pra-Ngimbang yang merupakan sedimen non marin. 
>
>
>Sribudiyani dkk. (2003) berpendapat bahwa pada umur Kapur Akhir – Eosen 
>terdapat 
>kontinen paleohigh yang merupakan sumber sedimen bagi Formasi Pra-Ngimbang, 
>berdasarkan data terbatas yang ditemukan dari beberapa sumur diketahui bahwa 
>Formasi Pra-Ngimbang diendapkan pada pola struktur berarah barat – timur atau 
>pola Sakala.
>
>
>Dapat saya simpulkan bahwa Formasi Pra-Ngimbang merupakan endapan 
>Pre-Collision 
>mikro kontinen dan mulai terbentuk sebelum mikro kontinen tersebut mengalami 
>collision dan keatasnya adalah Formasi Ngimbang merupakan endapan 
>Syn-Collision, 
>yang jadi pertanyaan saya adalah
>
>1. Pada setting lingkungan pengendapan seperti apa Formasi Pra-Ngimbang 
>diendapkan (di mikro kontinen)?. 
>
>
>2. Apakah Pre-Collision bisa diasumsikan sebagai Pre-Rift, dan Syn-Collision 
>sebagai Syn-Rift (seperti kasus di Indonesia bagian barat)? 
>
>
> 
>Sekian dulu pertanyaan dari saya, sekiranya Akang, Teteh dan Netter Geounpad 
>punya reference yang membahas detail mengenai Formasi Pra-Ngimbang mohon untuk 
>sharing
>
>Salam,
>Jaka
>
> 

__._,_.___
Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic 
Messages in this topic (2) 

Recent Activity:  
Visit Your Group 
Please Visit Our Website @  http://geounpad.ac.id/ 
and Our Forum            @  http://forum.geounpad.ac.id/


Moderators:
Budhi Setiawan '91 <bu...@wgtt.org>
Edi Suwandi Utoro '92 <edsu...@chevron.com>
Sandiaji '94 <sandi...@elnusa.co.id>
Wanasherpa '97 <wanashe...@eniindonesia.co.id>
Satya '2000 <tri.nugr...@medcoenergi.com>
Andri'2004 <andri.sihomb...@energi-mp.co.id> 
 
Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of  Use
. 

__,_._,___ 


Kirim email ke