Ada yang kurang Fer, kalau mau makan rumah makan yang enak mana ya ...... : - )

From: kartiko samodro [mailto:kartiko.samo...@gmail.com]
Sent: 22 February 2011 11:18
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur: Harmoni Bumi 
dan Langit

Di daerah Cipari Kuningan juga ada situs megalitikum yang sekarang sudah jadi 
taman purbakala...
tidak terlalu besar situsnya tapi cukup menarik  (ada makam batu, tempat 
berkumpul dan atraksi, tempat penyembahan dan bahkan ada batu seperti congklak 
yang ternyata adalah batu untuk meramu obat)
mungkin kalau Pak Awang jalan jalan ke Kuningan bisa melihat lihat situs 
tersebut dan mengkorelasikan dengan yang di Cianjur.

Selain itu ada kolam ikan keramat di cigugur ...seperti ikan terapi yang biasa 
ada di mal mal yang suka makan kulit kaki, tapi yang di kuningan berukuran 
besar. Jadi bisa coba berendam ke kolam tersebut , tidak berapa lama akan 
dikerubuti oleh ikan ikan.
menurut cerita kalau kolam ikan itu dikuras, maka ikan ikan itu akan 
menghilang...mungkin pergi melalui rekahan rekahan yang ada. Dan menurut cerita 
juga ikan ikan tersebut tidak boleh dimakan bisa menyebabkan sakit ( mengandung 
belerang ??).

Selain itu ada air terjun dan kolam air panas di daerah sangkan hurip, cibulan, 
sidomba dan  cilengkrang

kalau mau wisata budaya dan sejarah ada museum linggarjati dan setahun sekali 
ada acara seren tahun yang diadakan oleh perkumpulan tripancatunggal.

Wisata religius ada goa maria di palutungan dan balong keramat milik walisongo 
di darmaloka.

kalau yang suka naik gunung ada ciremai...
kalau anak anak mungkin suka waterboom atau naik perahu di waduk darma

Kalau geowisata kayaknya di Kuningan cukup komplit deh

lha kok malah jadi promosi Kuninngan...??
2011/2/22 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com<mailto:awangsaty...@yahoo.com>>
Situs arkeologi Gunung Padang di Kabupaten Cianjur belum tentu diketahui semua 
orang. Padahal, situs megalitik ini, dengan luas 3 ha, diklaim sebagai  situs 
megalitik terbesar di Asia Tenggara. Tentu sangat disayangkan bila kita tak 
mengenalnya. Kabupaten Cianjur berkehendak ingin menjadikan situs ini sebagai 
andalan tujuan wisata sekaligus pendidikan.

Sabtu 19 Februari 2011 yang lalu, bersama sekitar 60 orang saya mengunjungi 
situs ini dalam acara "jajal geotrek Gunung Padang". Para peserta acara ini 
berasal dari berbagai kalangan dan profesi di masyarakat dan pemerintah daerah. 
Jajal geotrek ini diorganisasi Truedee Publishing, Bandung dengan pemandu 
lapangan (interpreter) berasal dari kalangan geologist (Pak Budi Brahmantyo 
ITB), archaeologist (Pak Lutfi Yondri dari Balai Arkeologi) dan budayawan (Pak 
Lucky Hendrawan, sekolah seni Bandung). Saya diajak penyelenggara jajal geotrek 
ini untuk mengamati situs ini dan barangkali bisa memberikan penafsiran 
bersifat 'multidimensi'.

Rombongan berangkat dari Bandung menggunakan bus dan kereta api ekonomi. 
Rombongan bertemu dengan peserta dari luar Bandung (Jabodetabek) di kantor 
Dinas Pariwisata dan Budaya Cianjur. Rombongan jajal geotrek Gunung Padang 
menggunakan bus tanggung dan berbagai kendaraan jeep dan sejenisnya serta motor 
berangkat dari Cianjur menuju Warungkondang-Lampegan. Kondisi jalan sampai 
Lampegan bervariasi dari buruk-bagus.

Setelah mengunjungi terowongan historis rel kereta api dan stasiun Lampegan 
yang dibangun pada 1879-1882, rombongan menuju target utama yaitu situs Gunung 
Padang. Jalan ke arah situs ini merupakan areal perkebunan teh dan karet. 
Kondisi jalan terlalu berbahaya untuk bus, maka hanya kendaraan jeep dan 
sejenisnya serta motor yang bisa meneruskan sampai di lokasi situs.

Situs Gunung Padang terletak di puncak sebuah bukit, untuk mencapainya dari 
dasar, maka harus meniti tangga curam setinggi 95 meter terbuat dari 
tiang-tiang batuan andesit yang ditidurkan sebanyak hampir 400 anak tangga. 
Tentu saja ini melelahkan, membuat dada sesak dan kaki pegal. Tetapi kelelahan 
itu terbayar dengan betapa menakjubkannya pemandangan di atas ke sekeliling 
bukit dan bangunan situs megalitiknya sendiri. Di pelataran situs megalitik 
ini, para peserta mendengarkan para interpreter menjelaskan situs ini dari 
berbagai pendekatan keilmuan, berdiskusi, juga melihat-lihat ribuan tiang-tiang 
batu andesit basaltik dan basal membentuk tiang-tiang bersisi empat atau lima 
yang disusun sedemikian rupa untuk berbagai fungsi.

Semua bangunan megalitik di seluruh dunia yang dibangun pada masa prasejarah 
(mis.: Piramida, Mesir dan Stonehenge, Inggris) atau masa sejarah (Machu 
Picchu, Peru) dibangun dengan mempertimbangkan posisi "geomantik" (posisi 
bangunan terhadap unsur-unsur alam di Bumi seperti gunung dan mata angin) atau 
"astromantik" (posisi bangunan terhadap garis edar rasi-rasi bintang, planet 
atau Matahari).  Untuk keperluan meneliti posisi geomantik situs Gunung Padang 
ini saya membawa kompas orientasi Sunto dan GPS tipe 60CSx yang akan dipakai 
untuk mempelajari lokasi, ketinggian dan orientasi situs ini terhadap arah 
mataangin dan semua gunung/bukit di sekitarnya.

Sebelum berangkat ke sini, saya juga sudah melakukan pemrograman astronomik 
menggunakan software 'planetarium' untuk melihat peta langit saat situs ini 
dibangun. Software ini memungkinkan pelacakan peta langit ribuan tahun ke masa 
lalu. Ini saya lakukan untuk melihat posisi astromantik situs Gunung Padang.

Situs Gunung Padang merupakan Punden Berundak yang tidak simetris, berbeda 
dengan punden berundak simetris seperti Borrobudur, juga berbeda dengan punden 
berundak simetris lainnya yang ditemukan di Jawa Barat seperti situs Lebak 
Sibedug di Banten Selatan. Sebuah punden berundak tidak simetris menunjukkan 
bahwa pembangunan punden ini mementingkan satu arah saja ke mana bangunan ini 
menghadap.

Lokasi situs Gunung Padang berada di titik 06°59,522' LS dan 107°03,363 BT. 
Situs Gunung Padang terdiri atas lima teras (tingkatan). Dasar situs terdapat 
di ketinggian 894 m dpl, data setiap teras adalah sebagai berikut:

1.      teras pertama berada pada ketinggian 983 m dpl, arah teras menghadap ke 
azimut 335° UT,
2.      teras kedua berada pada ketinggian 985 m dpl, arah teras menghadap ke 
azimut 337° UT,
3.      teras ketiga berada pada ketinggian 986 m dpl, arah teras menghadap ke 
azimut 335° UT,
4.      teras keempat berada pada ketinggian 987,5 m dpl, arah teras menghadap 
ke azimut 330° UT,
5.      teras kelima berada pada ketinggian 989 m dpl, arah teras menghadap ke 
azimut 345° UT.

Data koordinat GPS untuk setiap teras ada, tidak saya sertakan di sini karena 
terlalu detail, tetapi dari teras 1-5 tersusun dari utara ke selatan.

Berdasarkan data di atas, tinggi punden berundak situs Gunung Padang adalah 95 
meter dengan arah utama teras menuju utara baratlaut dengan rata-rata azimut 
336,40 ° UT. Seluruh teras situs Gunung Padang ini mengarah kepada Gunung Gede 
(2950 m dpl) yang terletak sejauh sekitar 25 km dari situs ini.

Bahan bangunan pembuat situs adalah batu-batu besar andesit, andesit basaltik, 
dan basal berbentuk tiang-tiang dengan panjang dominan sekitar satu meter 
berdiameter dominan 20 cm. Tiang-tiang batuan ini mempunyai sisi-sisi membentuk 
segibanyak dengan bentuk dominan membentuk tiang batu empat sisi (tetragon) 
atau lima sisi (pentagon). Setiap teras mempunyai pola-pola bangunan batu yang 
berbeda-beda yang ditujukan untuk berbagai fungsi. Teras pertama merupakan 
teras terluas dengan jumlah batuan paling banyak, teras kedua berkurang jumlah 
batunya, teras ke-3 sampai ke-5 merupakan teras-teras yang jumlah batuannya 
tidak banyak.

Situs Gunung Padang pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh peneliti 
kepurbakalaan zaman Belanda: N.J. Krom. Laporan pertama tentang Gunung Padang 
muncul dalam laporan tahunan Dinas Purbakala Hindia Belanda tahun 1914 
(Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie). N.J. Krom 
tidak melakukan penelitian mendalam atasnya, hanya menyebutkan bahwa situs ini 
diperkirakannya sebagai sebuah kuburan purbakala. Situs ini kemudian dilaporkan 
kembali keberadaannya pada tahun 1979 oleh penduduk setempat kepada penilik 
kebudayaan dari pemerintah daerah. Sejak itu, situs ini telah diteliti cukup 
mendalam secara arkeologi meskipun masih menyisakan berbagai kontroversi. Para 
ahli arkeologi sepakat bahwa situs ini bukan merupakan sebuah kuburan seperti 
dinyatakan oleh Krom (1914), tetapi merupakan sebuah tempat pemujaan.

Pengamatan di lapangan; pengukuran posisi, ketinggian dan azimut setiap teras; 
pengolahan data posisi situs menggunakan program astronomi ("arkeoastronomi); 
memperhatikan semua keterangan para interpreter serta diskusi-diskusi dengan 
para peserta; membawa saya kepada sebuah kesimpulan yang pada intinya adalah 
bahwa situs megalitikum Gunung Padang adalah sebuah situs megalitikum 
prasejarah yang dibangun untuk keperluan penyembahan dan dibangun pada posisi 
yang telah memperhatikan geomantik dan astromantik.

Tentang umurnya, ada yang berpendapat bahwa situs ini dibangun pada masa Prabu 
Siliwangi dari Kerajaan Sunda sekitar abad ke-15 karena ditemukan guratan 
senjata kujang dan ukiran tapak harimau pada dua bilah batu. Tetapi para ahli 
arkeologi berpendapat bahwa situs ini umurnya adalah 1500 SM berdasarkan bentuk 
monumental megalit dan catatan perjalanan seorang bangsawan dari Kerajaan 
Sunda,  Bujangga Manik , yang semasa dengan Prabu Siliwangi, yang menulis bahwa 
situs ini sudah ada sebelum Kerajaan Sunda. Dan, tidak mungkin Bujangga Manik 
tidak tahu kalau situs ini dibangun oleh Kerajaan Sunda sebab ia pun seorang 
bangsawan dari Kerajaan Sunda. Tidak ditemukannya artefak berupa manik-manik 
atau peralatan perunggu menyulitkan penentuan umur situs ini. Kebanyakan 
artefak megalitik di Indonesia dan Asia Tenggara ditemukan pada saat Kebudayaan 
Dongson (500 SM) berlangsung (Sukmono, 1977, 1990).

Situs megalitikum Gunung Padang telah dibangun dalam harmoni geologi sebab ia 
dibangun memanfaatkan sebuah bukit punggungan/puncak lava andesit basaltik dan 
lava basaltik berumur Pliosen (2,1 juta tahun, lihat peta geologi lembar 
Cianjur - dipetakan oleh Mang Okim, 1973, direvisi 2003 dan lembar 
Sindangbarang) yang terbuat dari tiang-tiang batuan andesit dan basal yang 
telah terlepas secara alami karena retakan oleh pendinginan lava (kekar tiang, 
columnar jointing). Batu-batu tiang ini kemudian ditambang oleh manusia pada 
zaman itu untuk membangun punden berundak-undak.

Situs megalitikum Gunung Padang telah dibangun dalam harmoni geomantik untuk 
tujuan religiositas berupa penyembahan Sang Hyang atau sang penguasa alam saat 
itu yang oleh manusia pada masa itu diyakini bermukim di puncak Gunung Gede. 
Gunung dalam kosmologi agama purba Jawa adalah personifikasi pemberi dan 
pengambil (Magnis-Suseno, 2006). Ia pemberi kesuburan tanah yang menumbuhkan 
tanaman untuk dimakan, tetapi ia juga adalah sang pengambil yang letusannya 
bisa membinasakan siapa saja. Maka gunung harus disembah agar ia tak marah dan 
selalu memberi berkah. Bahwa situs ini dipakai untuk tempat penyembahan dengan 
orientasi sang penguasa di Gunung Gede dibuktikan oleh kelima teras situs ini 
dari yang paling rendah (teras 1) sampai yang paling tinggi (teras 5) selalu 
diarahkan ke Gunung Gede yang posisinya berada pada arah azimut rata-rata 
336,40 ° UT. Di teras 2 terdapat dua menhir dan satu dolmen kecil yang 
kelihatannya dipakai untuk duduk, dan itu tepat
 mengarah ke puncak Gunung Gede. Arah azimut rata-rata ini pun membentuk 
kelurusan dengan semua bukit/gunung yang ada di sekitar Gunung Padang yaitu : 
Pasir Pogor, Gunung Kancana, Gunung Gede, Gunung Pangrango.

Situs Gunung Padang pun secara geologi berada pada area yang secara kegempaan 
cukup aktif, yaitu tidak jauh dari Sesar Cimandiri. Sesar Cimandiri adalah 
sesar besar yang memanjang dari Teluk Pelabuhanratu sampai sekitar Padalarang. 
Bila ada pengaktifan gaya geologi di sekitar Teluk Pelabuhanratu atau Jawa 
Barat Selatan, maka sesar ini sering menjadi media penerus gaya goncangan 
gempa. Beberapa menhir yang terguling dan patah di area situs ini diperkirakan 
diakibatkan gempa. Pembangunan situs ini juga, terutama di teras 1 telah cukup 
memperhatikan masalah kelabilan area ini yaitu dengan cara menyusun tiang-tiang 
batu secara mendatar dan saling menumpuk untuk penguatan.  Dalam hubungannya 
dengan penyembahan, situs ini pun dapat dibangun untuk maksud agar manusia 
dijauhkan dari bencana gempa atau gunungapi yang memang sumber-sumbernya tidak 
jauh dari Gunung Padang.

Tidak seperti banyak banyak situs megalitikum lainnya (seperti Piramida, 
Stonehenge, Machu Picchu) yang dibangun untuk menyembah atau mengindahkan 
(dewa) Matahari, situs Gunung Padang dibangun untuk diorientasikan seluruhnya 
kepada Gunung Gede. Ini nampak dari pola bangunan punden berundaknya yang 
asimetris, tidak dibangun simetris ke semua sisi seperti Candi Borrobudur, 
tetapi hanya ke satu sisi, yaitu Gunung Gede. Dengan demikian, Gunung Gede 
menempati posisi geomantik yang sangat kuat bagi situs Gunung Padang.

Yang unik dari situs megalitik Gunung Padang adalah ditemukannya bilah-bilah 
batuan yang diperuntukkan sebagai alat musik. Ini adalah penemuan pertama di 
Indonesia. Dahlan dan Situngkir (2008) dari Bandung Fe Institute berbekal alat 
perekam dan analisis Fourier transform pernah meneliti musikologi situs ini dan 
menyimpulkan bahwa terdapat tiga bilah batu yang bisa mengeluarjan nada musik 
dengan dentingan (pitch) berfrekuensi dari 2600-5200 kHz selaras dengan 
nada-nada f''', g''', d''', a'''. Saya mengambil batu basal kecil dan 
memukul-mukulkannya ke alat musik batu ini, menakjubkan mendengar batu bisa 
punya dentingan yang tinggi dan teratur. Dapat dibayangkan bahwa manusia pada 
zaman dahulu ini melakukan penyembahan dengan iringan musik-musik batu. Menurut 
cerita, konon penduduk kampung di bawah situs ini masih suka mendengarkan riuh 
musik dari bukit ini pada malam-malam tertentu.

Secara astronomis, situs Gunung Padang pun mempunyai harmoni dalam naungan 
bintang-bintang di langit. Analisis astronomi menggunakan program 'planetarium' 
menunjukkan bahwa posisi situs ini pada pada masa prasejarah (pemrograman 
dilacak sampai ke tahun 100 M) berada tepat di bawah bagian tengah lintasan 
padat bintang di langit berupa jalur Galaksi Bima Sakti. Dan, lokasi situs 
Gunung Padang pun di sisi atas dan bawah kakilangitnya masing-masing 'dikawal' 
oleh dua rasi yang merupakan penguasa dunia bawah (Bumi) yaitu rasi serpens 
(ular) dan dunia atas (Langit) yaitu rasi aquila (elang). Secara kosmologis, 
para pembangun situs ini telah memperhatikan tatalangit di atasnya. Bila situs 
ini benar dibangun pada masa prasejarah, pembangunannya adalah ras Austronesia 
yang merupakan pendatang-pendatang pertama di Indonesia. Mereka melintasi 
Nusantara dari tanah asalnya dengan cara berlayar, dan penguasaan ilmu 
perbintangan/falak adalah salah satu hal
 mutlak dalam pelayaran antarpulau. Mungkin juga bahwa situs ini digunakan 
untuk menjadi tempat pengamatan bintang pada masa lalu.

Situs Gunung Padang, situs prasejarah megalitik yang menurut beberapa sumber 
merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara, terletak di Kabupaten 
Cianjur, ternyata sarat makna yang melibatkan faktor geologi, arkeologi, 
religiositas, dan astronomi yang dibangun dalam harmoni bumi dan langit.

Tak sulit mencapai situs ini, hanya perlu niat. Jangan kalah dengan turis2 
mancanegara yang saya lihat kemarin itu ternyata ada juga yang sampai ke Gunung 
Padang. Ketika meninggalkan lokasi ini, saya pun melihat dua fotomodel nan ayu 
duduk di atas dolmen di antara bilah-bilah menhir dan berfoto ria.. Unik sekali 
menjadikan situs megalitik sebagai latar pemotretan...Hm.

Bila ingin melihat bahwa situs ini duduk manis tepat di bawah riuh milyaran 
bintang bagian tengah Galaksi Bima Sakti, dan dikawal rasi serpens dan aquila, 
yang masing2 mewakili dunia bawah dan atas, datanglah ke sini pada malam-malam 
yang cerah di bulan Juli. Pemandangan pada saat malam ber-Purnama pun mestinya 
tak kalah eksotisnya. Mudah2-an pula kita bisa mendengarkan alunan musik 
megalitik...2500-3500 tahun yang lalu.

Demikian catatan dan penafsiran 'multidimensi' saya melibatkan geologi, 
arkeologi, religiositas, dan astronomi atas situs Gunung Padang. Semoga 
bermanfaat.

salam,
Awang



--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id<mailto:lam...@gc.itb.ac.id>
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, 
mohammadsyai...@gmail.com<mailto:mohammadsyai...@gmail.com>
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: 
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id<http://iagi.or.id/>
To subscribe, send email to: 
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id<http://iagi.or.id/>
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id<http://iagi.or.id/>
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net<http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/IAGI-net> Archive 2: 
http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------


________________________________
Registered in England and Wales No.811900
Registered Office 33 Cavendish Square, London W1G 0PW
This e-mail and any attachments are intended only for the addressee. It is to 
be treated as confidential and may not be used other than for the purpose for 
which
it has been sent. If you are not the addressee any use of this communication is 
strictly prohibited. In this case please delete it and notify the sender 
immediately.
Any communication of a defamatory or illegal nature is contrary to company 
policy and outside the scope of the employment of the individual. The company 
will
not accept liability arising in respect of such communication and the employee 
will be personally liable.
It is the responsibility of the addressee to scan this email and any 
attachments for computer viruses or other defects. The sender does not accept 
liability for any
loss or damage of any nature, however caused, which may result directly or 
indirectly from this email or any file attached.

Kirim email ke