Dear all,

Saya berusaha sekali banyak mengambil pelajaran dari pengalaman jepang
menangani pasca gempa dan beberapa hal yang muncul. Berikut beberapa catatan
saya yang mungkin bisa ada manfaatnya untuk dijadikan pengalaman berharga
buat kita juga.

1. Pada dasanya jepang sebagai negara yang rutin mengalami gempa, telah
beusaha keras mempersiapkan banyak hal jika terjadi bencana. Beberapa
persiapan penting yang telah dilakukan adalah:
a. Persiapan tempat-tempat untuk berlindung.
b. Kesiapan mayoritas masyarakatnya dalam memahami bencana dan apa yang
harus dilakukan saat terjadi bencana.
c. Sistem early warning, khususnya untuk tsunami.
d. Melakukan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap gempa berukuran
cukup besar.
e. Tim evakuasi, diseminasi informasi dan lain2.

2. Ketergantungan pada teknologi tinggi. Ini yang menurut saya menjadi
sekian banyak kendala muncul. Semakin tinggi teknologi, semakin mempermudah
hidup kita, tapi juga semakin membuat kita tergantung kepada teknologi itu,
dan semakin rumit sistemnya. Dari kasus jepang yang bisa saya amati adalah:
a. Pemanfaatan energi nuklir yang walaupun saat ini menjadi masalah, saya
tetap bisa memahami alasan penggunaan teknologi ini sebagai solusi energi
Jepang.
b. Ketergantungan yang tinggi terhadap listrik, khususnya untuk sistem
kelistrikan dan transportasi.
c. Pemanfaatan sistem komunikasi yang canggih untuk mengatur sekian banyak
sistem termasuk otomatisasi. Saat kondisi seperti ini, maka kerusakan sistem
dapat merngganggu banyak hal. Misal, sistem transportasi seperti kereta,
sudah online di mana2, otomatisasi tol, dan banyak hal lainnya. Kalau
teknologi ini terganggu, seperti di filem lah jadinya.

3. Kondisi alam.
Saat ini cuaca sangat dingin. Kendala yang tidak terlalu dirasakan bagi
masyarakat Indonesia. Ketergantungan terhadap sistem pemanas misalnya,
menyebabkan orang akan sulit jika bertahan hidup tanpa pemanas. Apalagi jika
kita hidup di pengungsian tanpa asupan listrik maupun sistem pemanas.  Hal
ini juga mempersulit proses evakuasi, karena sebahagian tempat masih
bersalju.

4. Gempa dan Tsunami
Jepang  sudah mempersiapkan sistem tsunami yang cukup baik. Berbagai sistem
seperti early warning atau pintu penghalang. Sistem ini cukup bekerja,
dengan jumlah penduduk sebanyak ini, jumlah kematian mencapai ribuan,
relatif kecil jika dibandingkan dengan kehancuran yang kita lihat. Dengan
sistem yang lumyan lengkap, informasi yang terus2an disampaikan di televisi,
menunjukkan bahwa informasi kedatangan tsunami itu dapat dimonitor secara
cukup lengkap. Bebearpa hal yang menjadi pembelajaran saya adalah:

a. . Cukup salut dengaun konstruksi gedungnya. Karena gempa sebesar ini
relatif tidak menyebabkan runtuhnya gedung2 / rumah. Akan tetapi persiapan
konstruksi ini memang tidak terbayang akan mampu menghadapi tsunami.
b. Bagaimanapun juga, laut sebagai akses utama yang menarik, tetap
mempengaruhi keputusan pembangunan kota2 besar dunia, sehingga kebanyakan
memang tumbuh tidak jauh dari pantai.
c. Tsunami sebagai ombak besar, memang memiliki daya hancur luar biasa. Tapi
kalau melihat bagaimana dia mencapai pantai, saya fikir akibatnya tidak akan
terlalu menakutkan. Energi besar ini memang bisa menghancurkan. Tapi
alirannya tidak bisa dianggap cepat juga. Hanya saja, masa air yang sangat
besar itu, memang membuat apapun yang menghalanginya bisa tersapu.
d. Ini yang menjadi pengalaman menarik buat saya. Saat awal tsunami mencapai
pantai, dia menyapu rumah mobil dan lain2. Barang2 ini seperti menjadi
penguat daya hancur air, karena berang keras ini terbawa dan menumbuk rumah
berikutnya dan terus demikian. Yang terlihat tidak lagi seperti air
mengalir, tapi padatan yang bergerak menghancurkan semua yang ada di
depannya.
e. Saya sering mengatakan kepada teman2 agar jangan melulu terlalu khawatir
dengan tsumami. Karena tsunami belum tentu datang, sementara gempa yang akan
terus datang. Tapi, berdasarkan pengalaman saat ini, dapat dipahami kenapa
tsumani sedemikian menakutkan.

5. Pasca Bencana
a. Atisipasi pasca bencana sebenarnya luar biasa cepat. SOP bagi pemiliki
gedung, pemilik usaha, masyarkat, dan lain2 terlihat cukup dipahami.
b. Partisipasi para pakar terlihat sangat dominan. Semua berkerjasama sesuai
bidang spesialisasinya.
c. Hampir semua telefisi umum sudah tidak menginformasikan hal lain kecuali
informasi mengenai perkembangan yang terjadi.
d. Tidak terliat eksploitasi kesedihan. Bingung juga dengan definisi
tawakal, mengingat mereka kan nggak terlalu memperdulikan konsep ketuhanan.
e. Informasi penting, sekalipun berpeluang menimbulkan kecemasan, tetap
diinformasikan. Misal, perubahan perhitungan magnitude menjadi 9. Kondisi
pembangkit listrikt tenaga nuklir yang meledak, kemungkinan akan adanya
gempa susulan berskala besar.


6. PLTN.
a. Listrik memang meenjadi sumber energi utama dalam kehidupan manusia,
terlepas dari bahan  yang digunakan untuk menghasilkan eneri listrik.
b. PLTN untuk beberapa negara yang tidak memiliki cukup SDA, dan
mengkonsumsi listrik dalam jumlah besar, seperti menjadi kebutuhan yang
sukar dihindari.
c. Sistem keamanan sebenarnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Akan
tetapi ilmu manusia dalam memperkirakan apa yang akan terjadi memang sangat
lemah. Termasuk keheranan saya terhadap lokasi PLTN yang diletakkan di tepi
pantai timur, bukan pantai barat..
d. Hari ini dikeluarkan pengumuman pengurangan pasokan listrik. Saya yakin
bangsa ini nggak akan banyak demo dengan keputusan ini. Dengan
penguranpangan pasokan ini, menjadi masalah luar biasa besar, karena
transportasi utamanrikya juga pakai listrik, dan bahkan untuk air dan
pemanas di musim dingin ini menjadi kebutuhan yang tidak bisa diabaikan.
e. Kerugian yang sudah sedemikian banyak ini, masih ditambah lagi dengan
kerugian tidak berproduksi sumber2 ekonomi, karena tidak dapat berjalan
dengan pengurangan pasokan listrik, sekalipun perusahaan tersebut dapat
beroperasi (tidak rusak)

Semoga kita bisa belajar mengenai apa yang harus dilakukan di negeri kita.
Khusus buat IAGI, semoga ada keinginan untuk mempertajam kompetensi di
bidang geologi untuk kebencanaan. Terus terang, kami yang main di bidang
geoscience, seperti geologi / geofisika kelautan untuk kebencanaan, seperti
berjalan di jalan sepi. Sepi peminat dan sepi anggaran. Padahal riset dasar
maupun aplikasi teknologi kebencanaan, mutlak diperlukan untuk memahami
kondisi geologi Indonesia. Melihat diskusi saat workshop beberapa hari yang
lalu, sekalipun di luar sudah sekian banyak paper yang keluar untuk gempa
aceh, yang dipahami baru sedikiiit sekali. Bagaimana jika tidak ada upaya
untuk memahami kondisi regional kita..? tentu akan semakin buta saja kita
dengan fenomena alam yang terjadi.

-- 
Udrekh
Marine Geoscientist
Nusantara Earth Observation Network
The Agency for The Assessment and Application Of Technology (BPPT)
BPPT 1th Building 20th floor
M.H. Thamrin no. 8
Jakarta 10340
Indonesia
Phone : 62-21-3168909

Kirim email ke