INILAH.COM, Northampton – Tim riset Amerika Serikat (AS) akhirnya menemukan kota hilang Atlantis di selatan Spanyol. Dulu, metropolis legendaris ini disapu oleh tsunami. “Ini merupakan kekuatan tsunami,” kata kepala peneliti Richard Freund. Profesor University of Hartford ini menyatakan, sulit untuk memahami kota legendaris ini bisa hilang karena tersapu tsunami sejauh 96 kilometer dari daratan. Untuk memecahkan misteri ini, tim menggunakan foto satelit yang diduga kota tenggelam yang ada di situs di utara Cadiz, Spanyol itu. Seperti dikutip Huffington Post, Atlantis terkubur di rawa luas Dona Ana Park. Tim arkeolog dan geolog 2009 dan 2010 menggunakan perpaduan radar bawah tanah, peta digital dan teknologi bawah air untuk mensurvei situs itu. Temuan Freund di Spanyol tengah ini merupakan serangkaian ‘kota peringatan’ yang dibangun di Atlantis oleh orang-orang yang selamat setelah kota hilang itu disapu tsunami. Selain itu, temuan ini memberi peneliti bukti tambahan dan kepercayaan diri akan keberadaan Atlantis, tambah Freund. Penghuni Atlantis yang selamat dari tsunami melarikan diri ke daratan utama dan membangun kota baru. Cerita menganai kota yang bernama Atlantis ini sendiri banyak versinya. Banyak buku yang ditulis mengenainya, salah satunya buku yang menulis bahwa Atlantis terkubur di bawah kawasan Indonesia?????
salam, gushend.89 ________________________________ From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>; Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com> Sent: Tue, March 22, 2011 8:44:02 AM Subject: Bls: [iagi-net-l] Misteri di candi Cetho dan candi Penataran Re: [iagi-net-l] PIRAMIDA G. LALAKON DI BANDUNG : AKHIR SEBUAH HARAPAN Usaha Pak Agung, Pak Timmy dkk-nya dari Yayasan Turangga Seta yang sedang mencari bukti bahwa Indonesia (Jawa) pada masa lalu pernah berkebudayaan sangat tinggi, berkebudayaan Atlantis (Santos, 2005), penakluk bangsa-bangsa seperti Afrika Utara, Timur Tengah dan Amerika (Indian), patut dipuji melihat semangatnya menggali masa lalu. Kini, termasuk menafsirkan bangunan dan relief candi-candi Sukuh, Cetho/Ceto/Ceta dan Penataran sebagai candi-candi yang ditafsirkannya lebih mirip bangunan piramida di Mesir atau piramida suku Maya di Amerika Tengah, daripada candi-candi Jawa, sekaligus relief2 yang menggambarkan penaklukan bangsa Timur Tengah dan Indian oleh Jawa. Cukup menarik metode mereka menyamakan patung-patung dan relief-relief di ketiga candi itu dengan patung-patung dan ornamen2 dari Afrika Utara, Timur Tengah dan Indian. Sangat jelas bahwa mereka sangat diinspirasi oleh buku Atlantis karya Santos (2005) yang menyebutkan bahwa kebudayaan membangun piramida berasal dari Jawa lalu menyebar ke Afrika, Timur Tengah dan Amerika Tengah. Tetapi, menurut hemat saya, mereka hanya menampilkan sebagian patung dan relief yang dirasakannya mendukung tesis Santos (2005) saja, dan tidak memasukkan banyak patung dan relief yang sama-sekali tak berhubungan dengan Afrika Utara-Timur Tengah- Amerika Tengah. Relief dan arca di candi-candi Penataran, Sukuh dan Cheto tak hanya yang ada di artikel yang mereka tulis. Candi Sukuh dan Cetho di Kabupaten Karanganyar, sebelah timur Solo, di lereng barat Gunung Lawu sudah diketahui sebagai candi-candi yang unik sejak zaman Stutterheim, ahli arkeologi Belanda, menelitinya pada tahun 1930-an. Pembuatan patung dan reliefnya memang lebih kasar daripada relief dan patung candi-candi pada umumnya, itu juga yang membuat Stutterheim berpikir bahwa pemahatnya bukan pekerja dari kalangan istana, tetapi pemahat biasa dari desa sekitarnya. Beberapa prasasti yang agak kasar, yang masih memakai tarikh candrasangkala Saka (1416-1459 M untuk Candi Sukuh dan 1468-1475 untuk Candi Cetho) memastikan persamaan waktu urutan pembangunan kedua candi ini yang dibangun pada masing-masing ketinggian 910 m (Sukuh) dan 1470 m dpl (Cetho). Kedua candi dibangun secara punden berundak dan menghadap ke barat, mungkin ke arah Merapi (padahal mereka duduk di lereng Lawu, boleh diduga bahwa Merapi pada saat itu lebih aktif daripada Lawu, dan kedua candi ini barangkali dibangun untuk maksud tertentu dalam penyembahan terhadap Merapi). Tak usah mengherankan mengapa pembangunannya menggunakan batuan andesitik sebab memang di lereng Gunung Lawu banyak material itu, seperti halnya candi-candi di Jawa Tengah. Gunung Lawu berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan kedua candi ini dibangun di wilayah Jawa Tengah, sehingga masih memiliki sifat2 candi Jawa Tengah yang dibangun dengan batugunung, meskipun struktur bangunannya berbeda dari umumnya candi-candi Jawa Tengah, juga berbeda dari candi-candi Majapahit di Jawa Timur meskipun dibangun pada zaman Majapahit. Tak usah diragukan lagi kronologi pembangunannya sebab tahun-tahun Saka itu (1 Saka=78 M) tercantum di candi tersebut, sehingga kita tak perlu mereka-reka kapan tahun pembuatannya. Tak usah diherankan pula mengapa candi-candi ini mirip piramid, sebab kedua candi dibangun di lereng gunung yang cukup tinggi, sehingga dibangun berupa teras-teras yang berundak yang langsung digali di lereng gunung (tiga teras di Sukuh, dan tujuh di Cetho, dan di Sukuh masih ditambah dengan sebuah piramida besar ditopangi oleh sebuah lingga bertingkat dan sebuah sistem saluran air yang unik. Pak Agung dkk dari Yayasan Turangga Seta hanya menampilkan patung2 dan relief2 yang dirasa mirip-mirip dengan gambaran orang2 dari Afrika, Timur Tengah dan Indian -sehingga cocok dengan tesis Santos (2005) tentang Indonesia adalah Atlantis yang pernah menaklukan Afrika, Timur Tengah dan Amerika. Padahal, ikonografi utama kedua candi bukanlah patung dan relief yang digambarkan Pak Agung dkk, melainkan figur-figur terpentingnya adalah (baik relief maupun arca) menggambarkan Bima dan adiknya Sadewa. Sekalipun mereka merupakan tokoh2 Mahabharata, di sini mereka muncul dalam adegan-adegan khas Jawa. Gambaran2 Bima tampaknya berasal dari lakon Dewaruci yang dikenal baik oleh para penggemar wayang Jawa. Sadewa juga muncul pada sebuah karangan masa lalu bernama Sudamala, yang menceritakan bagaimana Sadewa berhasil meruwat Uma dari kutukan yang telah mengubahnya menjadi Durga. Tokoh lain yang menampilkan ideologi penyelamatan zaman itu adalah burung mistis Garuda yang muncul beberapa kali bukan sebagai tunggangan Wisnu tetapi sebagai tokoh otonom, Jatayu atau Garudeya, lakon dari pupuh pertama Mahabharata. Beberapa arca, artefak penting telah dipindahkan ke museum Jakarta atau museum Surakarta entah kenapa sehingga bisa membuat ketidaklengkapan penafsiran. Misalnya di atas teras paling atas piramid di Candi Sukuh itu ada sebuah lingga besar yang kini ada di museum Jakarta. Juga dulu ada arca besar Bima yang kini telah berpindah sebagai koleksi pribadi seorang kolektor di Solo. Akan halnya Candi Penataran/Panataran di dekat kota Blitar beradasarkan candrasengkala yang dipahatkan di candi itu diketahui bahwa candi ini pun dibangun pada zaman Majapahit pada 1369-1375 M. Candi induknya yang terdiri atas tiga tingkat pun dipenuhi relief yang lebih menceritakan kisah-kisah pewayangan Ramayana dibandingkan bangsa Jawa menyerang suku Indian seperti ditafsirkan pak Agung dkk. Tingkat pertama dihiasi relief Ramayana dengan adegan Hanoman datang di Alengka sebagai utusan Rama sampai tewasnya Kumbakarna. Di tingkat kedua dipahatkan kisah Kresnayana, cerita tentang bagaimana Kresna memperoleh istrinya, Rukmini. Candrasengkala termuda yang ditemukan di candi ini berangka tahun 1337 Saka (1415 M). Pendek kata, meskipun Sukuh dan Cheto unik dalam struktur bangunannya, kedua candi ini masih didominasi oleh cerita pewayangan yang merupakan sinkretisme antara kebudayaan India dan Jawa, sebagaimana kita tahu yang merupakan pandangan hidup agama-agama Hindu (Penataran) dan Syiwa (Sukuh dan Cheto, yang di Indonesia berbentuk lingga). Keunikan struktur bangunan yang mirip piramid hanyalah sebagian kecil saja dari struktur candi, begitu juga keberadaan relief dan arca yang dirasa aneh. Perlu diingat bahwa pada zaman Majapahit, Indonesia berhubungan sangat luas dengan wilayah-wilayah di seluruh Indonesia dan sekitarnya melalui program ekspansi selama zaman Tribuana Tunggadwi sampai Hayam Wuruk saat Gajah Mada menjadi mahapatihnya, baik dalam bentuk penaklukan maupun hubungan dagang saja. Pembangunan Sukuh dan Cheto serta Penataran sebagian ada pada zaman ekspansi itu. Itu tak berarti sama sekali bahwa Indonesia (Jawa) adalah Atlantis. Itu hanya berarti bahwa pada zaman Majapahit memang pernah terjadi kejayaan Nusantara melalui politik ekspansi Sumpah Palapa, meskipun tokh tak sampai bertahan 200 tahun karena Majapahit yang jaya pun akhirnya mengalami 'sirna ilang kertaning bhumi - 1400 Saka (1478 M). Maka buat saya, Candi Sukuh, Cetho dan Penataran tak membuktikan apa-apa tentang tesis Santos (2005). salam, Awang --- Pada Sen, 21/3/11, Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com> menulis: Dari: Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com> Judul: [iagi-net-l] Misteri di candi Cetho dan candi Penataran Re: [iagi-net-l] PIRAMIDA G. LALAKON DI BANDUNG : AKHIR SEBUAH HARAPAN Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 21 Maret, 2011, 9:25 PM Suatu hasil penelitian yang sangat sangat menarik dari Pak Agung dan Pak Timmy, saya pikir keahlian mereka dalam arkeologi sangat sangat outstanding. kalau misalnya dalam team mereka ada geologist yang bisa membantu, saya yakin kemajuan yang dicapai akan jauh lebih pesat. hayo siapa yang mau kerjsama dengan mereka? fbs From: Ikhsyat SYUKUR <pr_i...@yahoo.com> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Mon, March 21, 2011 2:45:52 PM Subject: Re: [iagi-net-l] PIRAMIDA G. LALAKON DI BANDUNG : AKHIR SEBUAH HARAPAN Powered by IAGIBerry® From: kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com> Date: Mon, 21 Mar 2011 21:12:43 +0800 To: <iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] PIRAMIDA G. LALAKON DI BANDUNG : AKHIR SEBUAH HARAPAN Salam ada tulisan menarik dari Pak Agung Bimo Sutejo tentang candi Cetho dan Penataran http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=5&ved=0CCoQFjAE&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F21535421%2F929020521%2Fname%2FUNKNOWN_PARAMETER_VALUE&ei=2EmHTfQyjOytB_uDgCs&usg=AFQjCNHvxYEscBjrdSkzowyTy4bHz7TgEg 2011/3/20 sujatmiko <m...@cbn.net.id> Rekan-rekan IAGI yang budiman, Sejak pertengahan Februari 2011 yang lalu, VIVAnews di Jakarta sangat gencar menyosialisasikan sebuah teori yang diinisiasi oleh Yayasan Turangga Seta tentang adanya ratusan bangunan budaya piramida di Indonesia. Pendiri dan Ketua Yayasan tersebut adalah Pak Agung Bimo Sutedjo , seorang sarjana pertambangan yang masih sangat muda. Dia yakin bahwa piramida-piramida tersebut tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua dengan jumlah yang lebih banyak dan lebih megah dari piramida-piramida peradaban Mesir dan Maya ( silahkan baca di Google : Piramida G. Lalakon ). Pak Agung dan rekan-rekannya di Yayasan Turangga rupanya terobsesi oleh teori Prof. Arysio Santos bahwa Indonesia adalah pusat peradaban Atlantis yang hilang. Keyakinan dan semangat Pak Agung dan rekan-rekannya yang begitu mengesankan akhirnya menuntun mereka ke G. Lalakon di kawasan Soreang, Bandung, dan ke Bukit Sukahurip di kawasan Pengatikan,Garut. Mereka berhasil juga menggaet tiga pakar geologi terkemuka untuk mendampingi mereka meninjau ke lapangan dan melakukan penelitian geolistrik. Dari hasil geolistrik ( walaupun satu lintasan saja ), mereka sudah berani bertaruh bahwa di bawah permukaan G. Lalakon tersembunyi sebuah bangunan budaya piramida. Mang Okim kenal Pak Agung di Gedung Sate, ketika diundang oleh Pak Wagub Jabar untuk ikut mendengarkan presentasinya ( 3 Maret 2011 ). Mang Okim surprise juga ketika ada tayangan video selama beberapa menit yang menampilkan seorang pakar geologi terkemuka sedang menjelaskan hasil geolistrik . dengan beberapa anomaly yang memberikan petunjuk akan adanya bangunan tertentu di bawah G. Lalakon ( silahkan simak di Google ). Atas permintaan Pak Wagub , mang Okim memberikan komentar bahwa survey geolistrik bukan alat yang tepat untuk mengukur perbedaan resistivity di lingkungan gunung api yang begitu massif. Selain dari itu, bentukan alam yang menyerupai piramida merupakan fenomena geologi yang sangat umum dijumpai ( mang Okim menjelaskan sedikit tentang istilah “ cinder cone “ ). Semangat yang patut diapresiasi Semangat Pak Agung dan team yang pantang menyerah patut kita apresiasi. Walaupun telah dianjurkan untuk tidak melakukan penggalian kalau tidak didampingi oleh instansi berwenang di Jawa Barat atau Jakarta, , penggalian dilakukannya juga tanggal 14 Maret 2011 selama 3 hari ( dengan izin Pak Kades ). Menurut cerita masyarakat di Kampung Badaraksa, rombongan datang dengan 9 mobil ( Jakarta, Yogyakarta dan Bogor ). Mereka naik ke puncak G. Lalakon diantar Pak Kades ( ada pakar geologinya ) dan sebagian berk emah di lokasi penggalian ( baca reportase VIVAnews di Google tanggal 18 Maret 2011) . Kemaren, Sabtu 19 Maret 2011, mang Okim ( KRCB ) , Pak Lutfi Yondri ( Balai Arkeologi Bandung ), Pak Ryan ( Sespri Pak Wagub ), dan Pak Didik ( rekan Pak Ryan ), iseng-iseng meninjau ke G. Lalakon. Di Kampung Badaraksa, berita penggalian telah menyebar luas, katanya bertujuan untuk mencari piramida / harta karun . Team Pak Agung yang kami harapkan bisa dijumpai ternyata telah meninggalkan lokasi ( konon akan kembali dalam beberapa hari ) . Dengan diantar 2 anak kecil dan disusul kemudian oleh 2 pengawas dari Indonesia Power, kami berempat merayap selama 1,5 jam menuju ke lokasi lubang penggalian di puncak G. Lalakon ( sangat dekat dengan fasilitas Menara Listrik Saguling ). Akhir sebuah harapan Rombongan mang Okim berada di lokasi penggalian sekitar 1,5 jam ( sempat kehujanan ). Setelah mengadakan pengamatan seperlunya, mang Okim dan juga rekan-rekan yang lain langsung mengirimkan beberapa pesan sms ke tujuan masing-masing. Di bawah ini mang Okim salinkan pesan-pesan sms tersebut yang dengan tambahan penjelasan di beberapa gambar, insyaallah rekan-rekan dapat menyimpulkan sendiri hasil peninjauan mang Okim dan rombongan ( ternyata kegiatan penggalian G. Lalakon terekam juga oleh Staf khusus istana yang kemudian memanggil Pak Agung dan menginstruksikan untuk tidak menutup lubang penggalian karena akan mendampingi kegiatan operasi penggalian selanjutnya ! ). Semoga kisah ini dapat menambah wawasan rekan-rekan. Have a peaceful Sunday afternoon. Salam cinta geologi dan geo-arkeologi, Mang Okim. PESAN-PESAN SMS ( 19 MARET 2011 ) Mang Okim : Bu Nita, kami baru dari penggalian G.Lalakon. Bukti geologi : 100% hipotesis kami benar ( no trace of human culture ). The most urgent thing, lokasinya harus segera diurug , membahayakan Electric Towers Facility. Kalau tidak , bisa jadi masalah hukum. Tolong sampaikan ke Pak Romy. Thanks, Wass, Miko Bu Nita ( contact person Jakarta ) : Selamat sore pak Miko. Kabar terakhir saya dapatkan tadi malam dari Agung, bahwa kemarin pagi team TS dipanggil ke istana , ke kantor Stafsus . Penggalian akan diteruskan bersama dgn team Stafsus. Hanya itu yg saya tau sampai saat ini. Tapi pesan Bapak akan saya sampaikan ke Agung. Terima kasih Mang Okim : Silahkan saja, resikonya sangat besar. Bukti2 geologi more than enough. Dari puncak G.Lalakon, saya diskusi dgn Dr.Danny yg ikut penggalian, same opinion. Artikel buat media akan segera disiapkan. Saya harap Pak Romy bisa realistis. Saya hanya mengingat nama besar Bung Karno yg saya kagumi. Rgds, Miko ( Catatan : Pak Romy adalah cucu langsung Bung Karno yang hadir di Gedung Sate dan tadinya bermaksud mendukung biaya penggalian ). Bu Nita : Pak, seperti yg sudah disampaikan juga kepada Pak Lutfi bahwa Pak Romy tidak menyetujui penggalian kemarin tanpa kerjasama dengan Wagub. Jadi TS sudah mengambil jalan sendiri. Kemarin yang bertemu dengan Stafsus istana hanya team TS saja . Barusan SMS bapak sudah disampaikan ke Agung, terimakasih sekali atas perhatian bapak untuk mengingatkan team TS . Memang Ada perintah dr Stafsus untuk tdk menutup penggalian, tapi pendapat bapak akan disampaikan ke Stafsus . Secepatnya Agung akan memberi kabar ke saya. Terimakasih Pak . Mang Okim : Alhamdulilah kalau Pak Romy tidak terlibat. We'll go ahead with our plan. Secara hukum, Mas Agung sudah bisa ditindak. Kami tdk tahu apa yg akan segera dilakukan oleh Indonesia Power Saguling setelah tahu ada penggalian yg membahayakan instalasinya. Have a great week end, Miko Bu Nita : Baik pak , terimakasih atas perhatiannya. Tapi tolong salah satu pertimbangan, bahwa pak Lutfi juga yg meminta agar lubang tidak ditutup dulu karena pak Lutfi dan pak Miko akan jalan2 ke atas. saya sudah menyarankan kepada TS utk menutup lubang tersebut secepatnya setelah dilihat Pak Lutfi dan Pak Miko. Dan jika Stafsus ingin melakukan penggalian kembali, ijinnya diurus oleh Stafsus saja. Semoga tidak perlu ada tindakan hukum ya Pak . Have a great weekend to you too pak! ( Catatan : Pak Lutfi hanya mengabarkan akan meninjau lokasi dan tidak meminta agar lubang penggalian ditutup ) LAMPIRAN GAMBAR Gambar 1 : G. Lalakon yang seolah piramida simetris, padahal kalau dilihat dari selatan, bentuknya tidak lagi simetris ( foto ada di file mang Okim ) Gambar 2 : Spheroidal weathering dari pelapukan batuan porfir andesit yang banyak tersingkap di sepanjang jalan setapak ke arah puncak G. Lalakon Gambar 3 : Bongkahan-bongkahan batuan porfir andesit yang tersingkap menjelang puncak G. Lalakon. Gambar 4 : Lokasi penggalian ( 5mx3mx6m ) di puncak G. Lalakon. Kami didampingi oleh 2 pengawas dari Indonesia Power. Gambar 5 : Bongkahan batuan andesit porfiri yang ditemukan di penggalian. Tampak jelas batuan inti dari batuan porfir andesit yang mengalami kekar tiang ( columnar jointing ) Gambar 6 : Lokasi penggalian yang membahayakan fasilitas menara listrik Saguling dari Indonesia Power ( kemungkinan diurug hari ini ). -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- Ayo siapkan diri....!!!!! Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 September 2011 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------------------------