Kalau bisa ada rekaman yg menunjukkan semua gejala yg dituliskan Pak Awang lengkap dg tanggal dan jam pengambilan datanya shg kerangka ruang dan waktunya jadi bisa lebih nyata (bukan katanya), maka akan sangat bermanfaat itu semua untuk didiskusikan.
Data produksi dan tekanan dari sumur2 Carat dan Tanggul Angin secara rinci mulai dr sebelum gempa 27 Mei sampai percis 29 Mei, dan bbrp hari/minggu setelah menyemburnya lumpur akan sangat membantu apabila dibuka dan didiskusikan interpretasinya. Apakah legitimate kesimpulan yg diambil ttg gangguan akibat gempa tsb pd prod dan tekanan akan sangat tergantung kerapatan dan akurasi datanya. Dan mungkin juga variable2 lainnya. Juga dokumentasi tentang keluarnya leleran lumpur di lokasi2 Kalang Anyar, Pulungan, Gn Anyar sebelum kejadian semburan 29Mei tapi pasca gempa 27Mei akan sangat membantu untuk menguatkan skenario reaktivasi sesar tsb. Selain itu catatan dan pengukuran keringnya sumur2 penduduk, koordinatnya, level sebelum, saat, dan sesudah gempa 27Mei s/d 29Mei saat semburan terjadi, tentu akan menjadi bukti yg tak terbantahkan, apalagi kalau ada foto2nya. Nah, skrg kita tahu, kita bisa mulai dr mana. Menarik sekali. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> Date: Tue, 31 May 2011 17:50:16 To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>; Geo Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>; Eksplorasi BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: [iagi-net-l] Reaktivasi Sesar Watukosek dan Erupsi LUSI Karena saya menyebut2 bahwa reaktivasi Sesar Watukosek telah menyebabkan erupsi LUSI, seorang anggota milis (Pak Ferdi Kartiko Samodro) bertanya secara pribadi bagaimana detailnya dan mengapa di sepanjang sesar itu hanya di dekat BJP-1 saja LUSI terjadi. Berikut jawaban saya, juga ada jawaban untuk pertanyaan yang diajukan Pak Sunu apa bisa gempa Yogya 27 Mei 2006 mereaktivasi Watukosek lalu menyemburkan LUSI. Semoga bermanfaat, walaupun saya tahu akan mengundang perdebatan (pendapat wajar saja mengundang perdebatan, memang begitulah halnya di dunia ilmiah). salam, Awang --------------------------------- Ferdi, Kecurigaan bahwa reaktivasi Sesar Watukosek merupakan penyebab utama Lusi didasarkan atas gejala-gejala yang teramati di lapangan pada seminggu pertama setelah gempa Yogya 27 Mei 2006 terjadi. Gejala-gejala itu sifatnya tidak lokal, tetapi seperti yang Ferdi tulis di bawah, yaitu menyebar jauh ke selatan- utara sampai sekitar 50 km, dan keunikannya adalah bahwa semua gejala itu terdapat di titik-titik di sepanjang zona Sesar Watukosek. Lusi tidak lahir sendirian, ia ada saudara-saudaranya, yaitu berupa semburan lumpur lain sebanyak empat titik, yang terjadi bersamaan di dalam seminggu lahirnya Lusi. Kelima saudara ini terletak di sepanjang zona Sesar Watukosek membentuk kelurusan BD-TL sepanjang hampir 1 km. Kelurusan semburan-semburan ini dapat membuat kita berpikir ada kelurusan (sesar) di bawah permukaannya yang mengontrolnya. Saya pernah menyaksikan underground blowout baik di onshore (Sumatra Utara) maupun di offshore (Kalimantan Timur), efek ke permukaannya adalah semburan lumpur yang membentuk pola lingkaran mengelilingi sumur. Itu tak terjadi di area sumur Banjar Panji-1 (BJP-1) (Lapindo Brantas, 2006). Di sepanjang 50 km ke selatan-utara dari Lusi, pada hari-hari Lusi baru lahir terdapat beberapa gejala yang menunjukkan gangguan bawah permukaan, semua gejala berlokasi di sepanjang zona Sesar Watukosek: - turunnya produksi lapangan Carat (BD Lusi) dan Tanggulangin (TL Lusi) - keluarnya leleran lumpur pada gunung-gununglumpur purba di sebelah TL Lusi, yaitu: Kalang Anyar, Pulungan, Gunung Anyar - keringnya sumur-sumur penduduk secara tiba2 di sekitar lokasi gunung-gunung lumpur purba tersebut Semua gejala tersebut mau tak mau membuat saya lebih mencurigai bahwa Sesar Watukosek telah bergerak dan menyebabkan perubahan fluida di zona sepanjang 50 km tersebut. Sumur Banjar Panji (BJP)-1 berlokasi di zona sesar Watukosek. Saya memandangnya ia pun sebagai korban reaktivasi sesar sinistral ini, yaitu dengan terjadinya partial loss dan total loss dalam beberapa menit - beberapa jam setelah gempa Yogya 27 Mei terjadi. Loss menunjukkan bahwa ada fracturing baru terjadi di lubang sumur. Karena semua gejala gangguan fluida (produksi sumur menurun, semburan lumpur di area Lusi, leleran lumpur di gunung2 lumpur lama, dan keringnya sumur2 penduduk secara tiba2) terjadi di sepanjang zona Sesar Watukosek sekitar 50 km, maka beralasan bila saya menyebut reaktivasi Sesar Watukosek penyebab semua ini. Dapatkah satu titik lubang bor yang diduga terjadi underground blowout menyebabkan semua gejala di atas dalam kelurusan BD-TL sepanjang 50 km? Saya pikir tidak. Bagaimana kalau semua gejala itu disebabkan reaktivasi zona sesar ? Saya pikir ya. Kita punya banyak bukti di lapangan dan bawah permukaan bahwa Sesar Watukosek itu ada, dan kita juga punya bukti langsung (data kegempaan) dan tak langsung (semua gejala gangguan fluida di atas) bahwa reaktivasinya telah terjadi pada 27 Mei 2006 (gejalanya muncul setelahnya). Mengapa semburan Lusi justru terjadi di dekat lokasi sumur BJP-1, sehingga membuat banyak orang curiga bahwa BJP-1 adalah penyebabnya ? Untuk memahami ini, kita perlu melihat data seismik sepanjang utara-selatan, atau BD-TL memotong Delta Brantas atau Kendeng Deep. Dari situ, kita akan melihat bahwa di area ini banyak diapir yang telah tersembur keluar menjadi gunung lumpur. Kendeng Deep adalah suatu cekungan ‘elisional’, yaitu cekungan yang dicirikan oleh sedimentasi sedimen muda (Pliosen-Plistosen) yang sangat tebal, diendapkan sangat cepat, tak terkompaksi dengan baik, tertekan abnormal (overpressured), mobilitas tinggi karena gradien geotermal relatif tinggi, serta terkompresi secara kuat. Di cekungan elisional, diapir dan gunung lumpur biasa terdapat. Di area Lusi, kalau kita melihat data seismiknya, di situ ada ‘piercement structure’ (seperti diapir) yang sedang naik, diapir yang belum menjadi gunung lumpur. Pengetahuan ini baru kita ketahui setelah pengetahuan tentang mud volcano berkembang pesat di wilayah ini. Piercement structure ini overpressured, lokasinya di selatan BJP-1. Saat reaktivasi Sesar Watukosek terjadi, terdapat release pressure melalui Sesar Watukosek, dan materi dari piercement structure ini meyembur ke permukaan sebagai mud eruption. Diapir akan menjadi gunung lumpur melalui konduit sesar, gunung lumpur adalah fase ke-3 dalam rangkaian ini. (fase 1: embrio diapir, fase 2: diapir, fase 3: gunung lumpur, fase 4: collapse kawah gunung lumpur). Di area lain di sepanjang Sesar Watukosek tak terjadi mud eruption, hanya leleran lumpur, karena gunung2 lumpur di situ sudah lama terjadi, pressure-nya sudah hampir tak ada; tetapi piercement structure di area Lusi, yang kebetulan lokasinya di dekat sumur BJP-1 tengah overpressured, dan mengerupsi hebat saat ia menemukan jalan keluar berupa reaktivasi sesar. Itulah penjelasan mengapa erupsi Lusi di dekat BJP-1 berlangsung hebat, sebab tekanan overpressured-nya baru terbuka, sementara yang lain telah sangat depleted sebab itu gununglumpur tua. Analisis saya ini didasarkan kepada analisis ruang dan waktu, ruang geologi melihat gejala-gejala geologi yang saling berhubungan, dan kepada analisis waktu, urutan-urutan kejadian yang semuanya teratur mengikuti hukum mekanika fluida. Critical fluid pressure (tekanan fluida minimal) yang diperlukan untuk menginduksi deformasi sedimen dan fluidization secara dramatik dikurangi ketika strike-slip faulting aktif. Jadi kesimpulan tulisan ini adalah: reaktivasi sesar mendatar Watukosek sebagai triggering mechanism untuk fluidisasi diapir menjadi erupsi gunung lumpur Lusi. Saya tak menemukan data sumur dan data pengeboran BJP-1 dapat menjelaskan semua gejala yang saya terangkan di atas, sehingga saya dari dulu berpendapat bahwa BJP-1 tak menyebabkan erupsi Lusi. Apa yang mereaktivasi Sesar Watukosek, tentu gempa Yogya 27 Mei 2006. Sebagian orang menganggapnya terlalu kecil magnitudenya, atau terlalu jauh lokasinya untuk mereaktivasi Sesar Watukosek. Kata siapa terlalu jauh, kata siapa terlalu kecil. Saya punya data yang tak pernah saya tunjukkan kepada publik bahwa reaktivasi tektonik akibat gempa ini terekam sampai ke perairan Ujung Pangkah di utara muara Bengawan Solo, kapal seismik Orient Explorer baru melakukan survei seismik pada pagi hari Yogya dilanda gempa, dan pada puku 05.54.36 WIB (27 Mei 2006) sensornya mengukur intervensi energi yang sangat besar yang bukan berasal dari kapal seismik, ditafsirkan oleh supervisornya bahwa ada earthquake intervention atas datanya. Gempa menggoncang Yogyakarta pada 05.54.04 WIB (27 Mei 2006), 32 detik kemudian energinya terukur di Ujung Pangkah. Lokasi Sidoarjo berada di kawasan propagasi energi bila dari Yogya energi gempa berjalan ke arah Ujung Pangkah. Dan perhatikan, data sumur BJP-1 menunjukkan terjadi partial loss pada pukul 06.02.00 WIB (27 Mei 2006) sebanyak 20 bbl dengan kecepatan 300 bbl/hari (setiap operation geologist tahu bahwa ini loss yang tinggi). Perhatikan hubungan ruang dan waktu yang harmonis dalam hal ini. Masih dalam diskusi energi gempa apakah cukup mengaktifkan Sesar Watukosek yang lalu menyebabkan Lusi, penelitian2 terakhir (misalnya Mori dan Kano, 2009) menunjukkan bahwa suatu gempa dapat ditimbulkan oleh stress dengan amplitudo 0,001-1 MPa (megaPascal) pada frekuensi 0,02-0,5 Hz. Perubahan stress dari gempa Yogya ke area Sidoarjo pada jarak 250 km dapat dihitung menggunakan rumus Fisher et al. (2008), dengan diketahui particle velocity (observed), S-wave velocity, dan density material, maka akan didapatkan stress di Sidoarjo punya amplitudo 0,005-0,010 MPa dengan frekuensi 0,3-0,5 Hz. Perhatikan bahwa nilai ini di atas ambang batas energi terkecil penyebab gempa. Maka sinyalemen selama ini bahwa gempa Yogya terlalu kecil dan jauh untuk mereaktivasi Sesar Watukosek, secara matematis tidaklah benar. Sebagai geologist yang biasa dilatih dalam analisis ruang dan waktu, sebaiknya kita melakukan analisis secara terintegrasi menggunakan berbagai data, analisis dan pendekatan. Menganalisis data dengan benar, jauhkan kecurigaan-kecurigaan non-sains yang tak perlu. Semoga cukup mencerahkan. Salam, Awang From: kartiko samodro [mailto:kartiko_samo...@yahoo.com] Sent: 30 Mei 2011 8:38 To: AWANG BP Migas; Awang Harun Satyana Subject: pergerakan sesar watukosek dan lumpur lapindo Pak Awang, Saya boleh bertanya tentang pendapat kalau lumpur lapindo disebabkan oleh reaktivitasi sesar watukosek. Kalau saya melihat gambar sesar watukosek terlihat sesar watukosek itu cukup panjang, dan saya kira deposit overpressure shale di jatim juga cukup luas. Kalau memang lumpur lapindo terjadi hanya karena reaktivitasi dari sesar watukosek tanpa penyebab sumur BJP-1, kenapa semburannya hanya terpusat di sekitar BJP-1 , Sementara untuk meraktivitasi sesar tentu tidak lokal sifatnya karena gayanya juga jauh dari selatan. Terima kasih untuk infonya. -- This email was Anti Virus checked by Administrator. http://www.bpmigas.go.id -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- Ayo siapkan diri....!!!!! Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 September 2011 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------------------------