Paper Lutz et al. (2011) ini masih berhubungan dengan isu yang pernah 
menghebohkan Negeri ini pada 11-13 Februari 2008 akibat pemberitaan serentak 
media (cetak, elektronik, internet) di seluruh Indonesia  tentang  
“ditemukannya lapangan migas raksasa di Simeulue, Aceh”, yang menurut sebuah 
institusi  negara dalam negeri (yang pekerjaan sehari-harinya sebenarnya bukan 
mengurusi migas, tentu kawan2 tahu yang saya maksudkan, saya tak enak 
menyebutnya langsung) cadangannya lebih besar  dari Saudi Arabia (Jawa Pos 11 
Februari 2008). Tentu ini berita yang menghebohkan sekali,  terutama di 
kalangan profesional migas. HAGI-IAGI menyambut dengan sigap isu ini sekaligus 
untuk melakukan klarifikasi isu itu secara profesional dengan mengadakan 
luncheon talk masalah ini di sebuah hotel di Jakarta pada 21 Februari 2008. 

Saya kebetulan adalah salah satu pembicara di dalam luncheon talk itu, dan 
berpendapat bahwa isu itu negatif serta pemberitaannya menyesatkan.  Isi isu 
yang pertama kalinya dilemparkan sebagai bola panas oleh institusi yang saya 
maksudkan di atas itu juga banyak menyalahi kaidah keteknikan migas yang 
berlaku di kalangan para profesionalnya. Meskipun demikian, isu ini telah masuk 
ke Istana dan disambut dengan sebuah tindak lanjut. Dibentuklah tim klarifikasi 
atas isu ini sebelum hiruk-pikuk yang lebih lanjut terjadi. Sebuah prosedur 
yang baik sebab yang namanya isu harus diklarifikasi dulu. Anggota tim 
klarifikasi ini, yang dinamakan Tim Verifikasi Simeulue  semula melibatkan 
banyak institusi termasuk IAGI dan HAGI, saya juga anggotanya. Tetapi kemudian 
karena masalah intern yang menurut kabar data kurang dibuka oleh institusi 
pelempar bola panas (entah mengapa?), maka satu per satu anggotanya  
mengundurkan diri atau tak pernah diundang lagi dalam
 diskusi-diskusi, termasuk saya. Akhirnya, yang meneruskan sampai selesai 
sebagai Tim Verifikasi Simeulue hanyalah Lemigas dan PSG (Pusat Survei 
Geologi). 

Tim Verifikasi bekerja dari September 2008 sampai Februari 2009. Meskipun saya 
bukan anggota aktif Tim ini karena hanya dilibatkan di awal dan setelah itu tak 
pernah dilibatkan lagi, tetapi saya punya hasil “investigasi” (yang namanya isu 
harus diinvestigasi) Tim ini. Inilah yang akan saya ceritakan di akhir tulisan 
ini. Sebelumua, saya ingin mengulas sedikit paper Lutz et al. (2011).

Banyak yang bisa didiskusikan dari paper Lutz et al. (2011) tentang 
sttratigrafinya, tektoniknya, maupun petroleum system-nya. Kali ini, saya hanya 
 ingin menyoroti masalah thermal modeling dan gas geochemistry yang dievaluasi 
Lutz et al. (2011), yaitu masalah nilai heatflow yang dipakai dan karakterisasi 
gas berdasarkan sampel sedimen; khususnya metode yang mereka pakai dan hasilnya.

Heat-flow values (Q) yang dipakai Lutz et al. (2011) diturunkan dari 
perhitungan berdasarkan kedalaman bottom-simulating reflectors (BSRs).  
Interpreted BSRs dikonversi dari  TWT to depth (DBSR) menggunakan  velocity 
profile yang diturunkan dari  wide-angle reflection seismic data. Kedalaman 
seafloor (Dsf) juga dihitung, dengan asumsi kecepatan gelombang bunyi di air  
1500 m/s (4921 ft/s). Temperatur pada kedalaman BSR  (TBSR) ditentukan dengan  
water-methane phase diagram (Kvenvolden and Barnard, 1982). Temperatur air di 
dasar laut (Tsf) dihitung dari pengukuran CTD (conductivity-temperature-depth) 
sampai kedalaman  1100 m (3609 ft); untuk kedalaman yang lebih besar, 
diasumsikan  temperatur  1 C. Untuk thermal conductivity, digunakan published 
value 1.23 W/(m  K) dari Delisle and Zeibig (2007). Kemudian rumus Q adalah: Q 
=   grad(t) with grad(t) = (TBSR - Tsf)/(DBSR - Dsf). Dari perhitungan, 
didapatlah nilai Q 37 and 74 mW/m2. Lutz et al.
 (2011) kemudian memakai  nilai Q 40 dan Q 60 mW/m2 dalam basin modeling.

Hasil Q di atas jauh melebihi analisis terdahulu yang menemukan nilai Q 25-40 
mW/m2 (Pollack et al., 1993) NGDC dataset + IPA/SEAPEX data ) untuk Simeulue 
Basin.  Meskipun nilai temuan Lutz et al, (2011) ini lebih rendah dari umumnya 
nilai heat flow di back-arc basins Indonesia (80-90  mW/m2), nilai temuannya 
tak sesuai dengan nilai real pengukuran termal berdasarkan data sumur yang 
sudah dipublikasi IPA (Thamrin, 1987) yang menemukan bahwa GG rata-rata 
Simeulue adalah 2,14 C/100 m dengan HFU (heat flow unit) 1,21. Bandingkan 
dengan Cekungan Sumatra Utara, Sumatra Tengah, dan Sumatra Selatan yang 
berdasarkan pengukuran ratusan sumur mempunyai GG masing2:  4,69; 6,76; dan 
5,22 C/100 m. Dengan kata lain, nilai Q Lutz et al. (2011) yang diturunkan 
secara tidak langsung berdasarkan BSRs dan kedalaman dasar laut serta berbagai 
asumsi yang dipakai harus dilihat lagi. Kalau saya, lebih percaya menggunakan 
data real GG yang diturunkan dari belasan sumur yang
 telah dibor di sini dan telah dipublikasikan Thamrin (1987) yang juga sesuai 
dengan Pollack et al, 1993). Heat-flow values untuk fore arc basins di seluruh 
dunia berkisar antara  20 and 45 mW/m2, dengan typical value of 40 mW/m2 (Allen 
and Allen, 1990; Dickinson, 1995). Kiranya nilai ini sesuai dengan Pollack et 
al., 1993 dan ekivalen dengan GG Thamrin (1987). Termal yang akan mengubah 
kerogen jadi petroleum berasal dari heat flow dan konduktivitas termal burial 
sediments yang mengubur source rocks. Dua parameter ini menghasilkan GG, maka 
menghitung generasi HC berdasarkan heat flow saja tidaklah cukup.

Gas geochemistry, isunya adalah seputar gas biogenik atau termogenik. Union Oil 
Company (NW Sumatra PSC) selama 10 tahun (1968-1978) di area sini telah 
mengebor 19 sumur eksplorasi dengan target carbonate reef Miosen Tengah-Atas  
seperti yang menjadi bahasan paper Lutz et al. (2011). Dari 19 sumur eksplorasi 
tersebut, 6 di antaranya menemukan hidrokarbon, yaitu semuanya gas biogenik 
(gas metana 98,95 – 99,68 %, SG 0,556-0,559 g/cc), dan tidak ada yang ekonomis. 

Lutz et al. (2011) melakukan analisis gas geochemistry bukan dari sampel DST 
gas sumur2, tetapi berdasarkan metode yang kini banyak dilakukan di laut dalam, 
yaitu metode tak langsung menggunakan microseeps dari sediment samples yang 
desorbed menggunakan teknik Faber and Stahl (1983). Sebagai catatan, teknik ini 
di kalangan praktisi geokimia masih menjadi perdebatan tentang validasinya. 
Teknik ini  bisa menghasilkan nilai  komposisi dan isotope ratios adsorbed 
hydrocarbons di dalam surface sediment samples. Tekniknya adalah sekitar 100 - 
150 g sedimen basah ditempatkan di vacuum apparatus dan di-ekspos terhadap 
phosphoric acid. CO2 yang dikeluarkan dilarutkan dalam larutan KOH atau NaOH. 
Komposisi desorbed hydrocarbons (methane - pentane) dievaluasi menggunakan 
standard gas chromatography (GC) analysis (jenis Shimadzu GC 14b, Porapaq Q 
column, 2 m [6.6 ft], 1/8  , isothermal at 115 C). HC gas yang tersisa ditekan 
dan dipindahkan ke evacuated glass
 sampling tubes untuk analisis isotope composition (GC-IRMS [isotope-ratio mass 
spectometry] menggunakan  FinniganMAT Delta Plus). Konsentrasi HC diberikan 
dalam nanograms hydrocarbons per gram of dry sediment (ppb), dan  carbon 
isotope data methane dalam standard  delta notation versus PDB. 

Dengan cara itu. Lutz et al. (2011) memperoleh nilai isotop desorbed HC di 
sampel sedimen di beberapa tempat coring sea bed-nya   bervariasi.  Konsentarsi 
metana desorbed sediment samples dari Simeulue Basin berkisar dari 27 - 512 
ppb, ethane dan propane masing-masing dari 2 - 14 ppb dan 1 -7 ppb.   13C 
isotopic composition metana, umumnya di antara  -27.8 dan  -68, tetapi 
ditemukan juga yang sangat berat, sampai  -16.4  dan   -15.1 (aneh sekali, di 
basin forearc yang terkenal dingin terjadi gas yang sangat matang hasil termal 
yang sangat panas; gas termogenik paling matang di Indonesia adalah gas 
Wiriagar Deep  dengan dengan 13C isotopic composition methane -27,5 – Satyana 
et al., 2007: gas geochemistry of Indonesia, IPA Proceedings). Plotting nilai2 
ini ke dalam cross-plot gas geochemistry Bernard diagram secara dominan akan 
masuk ke wilayah thermogenic gas asal marine source.  Plotting ini sesungguhnya 
menjadi tak sinkron dengan
 kelimpahan metana dari surface sediments dan gas biogenik yang telah ditemukan 
di sumur –sumur yang pernah dibor Union.

Kembali kepada Tim Verifikasi Simeulue, Tim ini dengan berbagai kriteria telah 
menghitung  bahwa hidrokarbon terperangkap di wilayah Simeulue yang paling 
mungkin adalah sekitar 0,034 -0.056 BBOE (34-56 MMBOE), tentu berbeda sangat 
jauh dengan apa yang menjadi  isu semula yang dilemparkan institusi negara yang 
saya maksudkan yaitu sebesar:  100-300 BBO (!). Nilai 34-56 MMBOE tak akan 
menarik, tetapi nilai 100-300 BBO tentu akan sangat menggiurkan (sayang, hanya 
khayalan yang keterlaluan...), maka  ditangkaplah itu oleh banyak sekali media.

Uniknya, paper Lutz et al. (2011), meskipun nilai analisis dan evaluasi 
heatflow dan gas geochemistry-nya saya ragukan, kesimpulannya adalah sama 
dengan Tim Verifikasi Simeulue, “If the modeled heat flow is 40 mW/m2, 
significantly less hydrocarbon generation is predicted. The amount of generated 
hydrocarbons is sufficient to explain the bright spots, but the carbonate 
reservoirs are not charged with significant amounts of hydrocarbons.”

Ulasan saya di atas tak untuk menciutkan usaha eksplorasi forearc basins di 
Indonesia, BPMIGAS pun kini sedang melakukan studi internal forearc basins di 
seluruh Indonesia untuk memahami lebih jauh tentang forearc basins ini. 
Speculative surveys pun telah dilakukan di beberapa forearc basins termasuk 
Simeulue dalam tiga tahun terakhir ini, dan beberapa company sedang serius 
melakukan studi untuk melihat kemungkinannya buat mendapatkan blok di wilayah 
ini. Ada satu wilayah forearc  yang sangat menarik setelah data seismik 
terbarunya ada, membuat kita berpikir ulang soal geodinamikanya. 

Marilah kita melakukan analisis dan evaluasi dengan benar dan ilmiah, jangan 
dengan model ‘provokasi serampangan’seperti terjadi tiga tahun lalu. Provokasi 
boleh, tetapi tetap ilmiah.

Salam,
Awang

--- Pada Rab, 7/9/11, Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> menulis:


Dari: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
Judul: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] tulisan menarik di AAPG Bulletin
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>
Tanggal: Rabu, 7 September, 2011, 12:29 AM



Silahkan dicoba donload lewat sini 
http://www.searchanddiscovery.com/documents/2010/10230lutz/ndx_lutz.pdf
http://www.searchanddiscovery.com/documents/2010/10230lutz/ndx_lutz.pdf
 
Abstract
Fore-arc basins develop as a result of plate subduction and are situated 
offshore, between an outer-arc high nd the main land. So far these regions are 
not considered as important petroleum provinces because low heat flow does not 
necessarily support relevant petroleum generation. The Simeulue fore-arc basin 
extends between Simeulue Island and northern Sumatra, Indonesia. Multichannel 
seismic data show bright spots above potential hydrocarbon reservoirs in 
carbonate platforms. AVO/AVA analyses indicate the presence of gas in 
sediments. Surface geochemical prospecting suggests thermal hydrocarbon 
generation within deep sediment strata. Heat flow in the Simeulue Basin ranges 
between 40 mW/m2 and 60 mW/m2 as deduced from 1-D petroleum systems modelling 
of well data and bottom-simulating reflector depths. Two source rocks (Eocene 
and Early-Middle Miocene) were assumed for 3-D petroleum system modelling in 
the Simeulue Basin. Calculated heat flow scenarios
 (40 mW/m2 and 60 mW/m2, respectively) reveal that hydrocarbon generation is 
possible in the main depocenters of the central and southern Simeulue Basin. In 
the model with the higher heat flow the carbonate buildups were charged with 
oil and gas. This study shows that deep burial of source rocks can compensate 
for low heat flow and that fore-arc basins may be in general more prolific than 
previously thought. Consequently, fore-arc basins may become areas of future 
oil and gas
exploration and production.
 
RDP
 
2011/9/5 iwan septeriansyah <iwa...@yahoo.com>
>
> sudah di-confirm mas syaiful, memang tidak bisa dibuka oleh non anggota aapg 
> :( kalau boleh bisa minta file digitalnya, mungkin filenya bisa dipecah/split 
> menggunakan program pemecah program gratisan yang bisa diunduh di  
> www.hjsplit.org
> ________________________________
> From: mohammad syaiful <mohammadsyai...@gmail.com>
> To: IAGI Pusat <iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>
> Sent: Monday, September 5, 2011 7:14 AM
> Subject: [iagi-net-l] tulisan menarik di AAPG Bulletin
>
> selamat merayakan hari raya idul fitri bagi kawan2 yg merayakannya, mohon 
> maaf lahir dan batin.
>  
> utk kawan2 khususnya di dunia migas, silakan bisa disimak di 
> http://search.datapages.com/data/bulletns/data/2011.htm (entah apakah bisa 
> diakses atau tidak oleh non anggota aapg).
> judulnya
> Petroleum systems of the
> Simeulue fore-arc basin, offshore
> Sumatra, Indonesia
> pakai data yg diakusisi oleh orang2 jerman dan salah satu penulisnya adalah 
> kang iyung.
>  
> jika datanya, terutama seismik, boleh atau diijinkan diinterpretasikan oleh 
> kawan2 kang iyung di tanah-air (geologists and geophysicists indonesia), 
> mungkin akan menghasilkan interpretasi yg berbeda di kawasan fore-arc basin 
> tsb.
>  
> saya punya file digitalnya, tapi menjadi satu dengan makalah2 lainnya di 
> buletin tsb dan besarnya 73,6mb.
>  
> salam,
> syaiful
>  
>
 
 
 
--
"Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"
 
 
 
-----Berikut adalah Lampiran dalam Pesan-----


______________________________________________
Pembayaran iuran tahunan keanggotaan HAGI dapat ditujukan melalui :
Bank BNI Cab. Menteng Jakarta
No. Rek: 0010740147
Atas nama: Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
Iuran tahunan Rp. 100.000,- (profesional) dan Rp. 50.000,- (mahasiswa)
Info lebih lanjut silahkan mengunjungi http://www.hagi.or.id/keanggotaan/

Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
http://www.jcm2011.com/
______________________________________________
The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
fo...@hagi.or.id | www.hagi.or.id
---*** for administrative query please send your email to 
itweb.supp...@hagi.or.id





--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke