Apa yang dimaksud ini

http://en.wikipedia.org/wiki/Carbon_capture_and_storage

Mas Herman sudah beralih ke geologi teknikkah ?
2011/9/16 <herman.dar...@shell.com>

> Maaf, CCS itu apa yha?
>
> Herman
>
> -----Original Message-----
> From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
>  Sent: Friday, September 16, 2011 3:47 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
> Subject: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
>
> Pak Rimbawan,
>
> Saya tak pernah menyaksikan tayangan NG channel tersebut, tetapi bahwa
> komodo mungkin berasal dari spesies yang justru berukuran lebih besar,
> sehingga di tempatnya sekarang ia mengalami dwarfism bukan gigantism seperti
> yang saya tulis, adalah memang merupakan sedikit perdebatan di seputar
> komodo ini.
>
> Komodo (Varanus komodoensis) baru terbuka kepada dunia ilmu pengetahuan
> pada tahun 1912 ditandai dengan munculnya deskripsi fauna ini dalam sebuah
> jurnal ilmu pengetahuan oleh Ouwens seorang penelitti di Kebun Raya Bogor.
> Deskripsinya itu didasarkan atas penemuan komodo untuk pertama kalinya (bagi
> dunia barat mestinya) oleh seorang tentara Belanda yang ditugaskan di Flores
> pada tahun 1910. Kini komodo hidup di beberapa pulau kecil yang terletak
> antara Sumbawa dan Flores, yaitu: Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gili Motang
> dan Flores bagian barat dan utara.
>
> Seekor komodo dewasa yang tumbuh maksimum dapat mencapai panjang hampir 3
> meter dan berat 70-90 kg. Komodo adalah kadal/biawak terbesar di dunia.
> Bahwa komodo berasal dari fauna yang lebih besar lagi, pernah diduga, yaitu
> berasal dari kadal/biawak raksasa berukuran 7 meter, berat 650 kg, yang pada
> 30.000 tahun lalu berkeliaran  di Australia bagian timur, yaitu Megalania
> prisca. Tetapi, para peneliti menganggap komodo-komodo yang ditemukan di
> pulau2 sebelah barat Flores, adalah berasal dari Flores.
>
> Apakah komodo produk gigantisme dari biawak atau produk dwarfism dari
> Megalania Australia belum diketahui dengan jelas. MacKinnon (1986)
> mengatakan komodo2 di pulau2 kecil di sebelah barat Flores berasal dari
> Flores pada waktu Plistosen, atau produk gigantisme dari biawak2 yang banyak
> ditemukan di kawasan Australasia atau Oriental (Asiatik), di luar wilayah
> Wallacea, biawak ini mengalami gigantisme di wilayah Wallacea. Pendapat lain
> yang mungkin juga, adalah justru komodo produk dwarfism dari Megalania
> prisca yang hidup di Australia bagian timur (Ciofi, 1997). Langkanya fosil2
> Megalania dalam jalur migrasi dari Australia ke Flores merupakan faktor yang
> menyulitkan pendapat ini, di samping genus yang berbeda antara Varanus
> (komodo) dan Megalania.
>
> Apa pun itu, daerah Wallacea di Indonesia bagian tengah mengakomodasi baik
> dwarfism maupun gigantism, berlaku bagi spesies fauna maupun hominid.
>
> salam,
> Awang
>
> --- Pada Kam, 15/9/11, rimbawan prathidina <rimbawanprathid...@gmail.com>
> menulis:
>
>
> Dari: rimbawan prathidina <rimbawanprathid...@gmail.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, "Geo Unpad" <
> geo_un...@yahoogroups.com>, "Eksplorasi BPMIGAS" <
> eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
> Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 1:30 PM
>
>
> Pak Awang
>
> Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah lihat tayangan di
> National Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih besar dari ukuran
> nya sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup maka para komodo
> tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan kuantitas (jumlah dan ukuran
> binatang buruan)  makanan sehingga mereka berbadan kecil (Dwarfism) seperti
> saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga bila ditemukan fosil -
> fosil komodo purba.
>
> salam
> Rimbawan
>
>
> 2011/9/15 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
>
> Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak dikunjungi para geoscientists
> yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara HAGI dan IAGI (JCM- Joint
> Convention Makassar, 26-29 September 2011), merupakan wilayah yang sangat
> unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun biologi. Sulawesi adalah
> wilayah benturan antara berbagai terrane (mintakat) geologi, sekaligus
> merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. Kedua benturan geologi dan
> biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan saling berhubungan
> sebab-akibat.  Fenomena ini bukan barang baru, tetapi saya ingin
> mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan sintesis baru dalam rangka
> menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam sebuah makalah yang akan
> dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where Two Worlds Collided -
> Geologic Controls on Biogeographic Wallace's Line." Tujuannya adalah semoga
> kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang unik-menarik-walaupun rumit
> ini. Abstrak makalahnya ada
>  di
>  bawah tulisan ini.
>
> Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. Wallacea adalah suatu nama
> wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan Dickerson (1928) yang di sebelah
> barat dibatasi oleh Garis Wallace (1863), di sebelah timur dibatasi Garis
> Lydekker (1896). Garis Wallace membatasi tepi timur penyebaran fauna
> Asiatik, sedangkan Garis Lydekker membatasi tepi barat fauna Australis.
> Secara geologi tepi-tepi ini masing-masing berhubungan dengan tepi Sunda
> Land dan Sahul Land. Di daerah Wallacea-lah terjadi percampuran dua dunia
> fauna Asiatik dan Australis. Nama Wallacea tentu kita bisa duga, yaitu
> berasal dari Alfred Russel Wallace, naturalist  Inggris yang menjelajah alam
> Indonesia selama delapan tahun (1854-1862). Daerah Wallacea adalah daerah
> yang sangat rumit dalam geologi Indonesia, banyak mikrokontinen, sliver,
> oceanic plateaux,  ofiolit, baik secara in-situ maupun ex-situ yang berasal
> dari berbagai area asal dipindahkan ke sini. Laut-laut paling dalam
> Indonesia dan
>  pembusuran (arching) Banda terjadi  di sini juga. Endemisme fauna
> Indonesia paling tinggi berasal dari daerah Wallacea, sebut saja misalnya
> keberadaan komodo, babirusa, anoa, dan maleo; yang berasal dan hidup hanya
> di daerah Wallacea, tidak ada di bagian dunia yang lain.
>
> Dalam tulisan kali ini, saya ingin mengulas sedikit tentang gagasan
> terkenal dalam dunia paleontologi vertebrata/mamalia Indonesia berasal dari
> D.A. Hooijer (1957, 1967), ahli paleontologi vertebrata berkebangsaan
> Belanda yang pernah bekerja di Indonesia, yang konsepnya bernama
> "Stegoland". Hooijer menemukan fosil-fosil gajah kerdil Stegodon di berbagai
> pulau di Indonesia (Sangihe, Sulawesi, Jawa, Flores, Sumba, Timor).
> Bagaimana Stegodon yang berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal ini (1,2-1,0
> Ma) ditemukan di berbagai pulau tersebut yang sekarang terpisah cukup jauh
> satu sama lain? Hooijer berpendapat bahwa dahulu Nusa Tenggara-Jawa-Sulawesi
> dihubungkan oleh suatu jembatan daratan yang disebutnya "Stegoland", di
> sepanjang jembatan daratan itulah Stegodon berjalan. Lalu karena aktivitas
> tektonik dan fluktuasi muka laut pada Plistosen, jembatan ini tenggelam.
> Konsep Hooijer ini mendapat tantangan dari beberapa ahli paleontologi yang
> datang lebih kemudian,
>  misalnya Gert van den Bergh (yang juga beberapa kali berkarya di
> Indonesia). Gert yang belum lama ini (2009) membantu Tim Paleontologi
> Vertebrata Badan Geologi dalam penelitian penemuan gajah purba di Blora
> menyebutkan bahwa konsep Hooijer tak bisa diterima, gajah-gajah itu
> berenang, bukan berjalan melalui jembatan daratan. Begitulah Stegoland,
> setiap konsep yang diajukan, ada yang mendukungnya (pro) tetapi selalu ada
> juga yang menentangnya (kontra).
>
> Dalam makalah saya, saya memuat model paleogeografi Sulawesi dan sekitarnya
> yang dibuat oleh Moss dan Wilson (1998) serta fluktuasi muka laut di
> pulau-pulau Indonesia Timur dari Tjia (1996) pada Pliosen-Holosen, lalu
> menggunakannya untuk meneliti konsep Hooijer (1957) tentang Stegoland.
> Beberapa citra satelit yang dalam zaman Hooijer (1957) belum ada, saya lihat
> juga untuk memeriksa adakah jembatan daratan antara
> Timor-Sumba-Flores-Jawa-Sulawesi-Sangihe pada sekitar Pliosen-Plistosen -
> Holosen. Dari model-model dan data satelit itu dapat diketahui bahwa
> kemungkinan jembatan seperti yang dimaksud Hooijer (1957) kelihatannya ada
> walaupun memang sekarang sudah tenggelam. Dari model ini, bisa diduga pola
> migrasi Stegodon di sepanjang Stegoland, kalau kita meyakininya ada.
>
> Wilayah penemuan fosil-fosil Stegodon atau spesies sejenisnya (Stegoloxodon
> celebensis, Fachroel Aziz dkk, 2009) di Sulawesi terjadi di Lembah Walanae,
> Sulawesi Selatan. Dan, ini bisa dipahami kalau melihat peta paleogeografi
> dari Tjia (1996) atau Moss dan Wilson (1998). Ada jembatan daratan pada
> Plistosen Awal dari Jawa timurlaut ke Sulawesi Selatan. Jawa sendiri saat
> itu bergabung menjadi satu dengan Kalimantan dan Sumatra sebagai Sunda Land.
> Dari Jawa ada jembatan daratan ke timur ke sepanjang Nusa Tenggara dan ke
> timurlaut ke Sulawesi. Dalam kondisi tersebut, dapatlah berlaku prinsip
> island biogeography (teori biogeografi pulau) yang dua komponennya adalah:
> island dwarfism (pengerdilan di pulau) dan island gigantism (peraksasaan di
> pulau). Secara sederhana, islad dwarfism mengatakan bahwa hewan besar dari
> wilayah induk yang pindah ke pulau lebih kecil akan mengalami pengerdilan
> karena keterbatasan makanan dan ruang gerak; sementara itu hewan-hewan
>  kecil di pulau itu lalu akan membesar (island gigantism) karena ketiadaan
> pemangsa. Kedua komponen ini telah dipenuhi secara memuaskan di Flores dan
> sekitarnya. Homo floresiensis, jenis hominid kerdil yang ditemukan di Flores
> pada tahun 2004 adalah produk island dwarfism Homo ngandongensis yang
> bermigrasi ke sana, sementara komodo di sekitarnya adalah produk gigantisme
> kadal. Kemudian pulau-pulau ini terisolasi, sehingga membatasi aliran gen
> (genetic drift) yang akan mengganggu endemismenya. Maka Stegodon di Flores,
> Sumba, Timor, Walanae, dan Sangihe mungkin adalah produk genetic drift dari
> gajah besar Asia (Siwalik-India) dari Jawa dan Kalimantan melalui jembatan
> daratan Stegoland lalu mengalami pengerdilan di pulau baru yang ditempati
> yang lebih kecil dan terisolasi. Pengerdilan juga terjadi atas kerbau dari
> Jawa/Kalimantan yang menjadi anoa di Sulawesi.
>
> Demikian, Sulawesi adalah tempat ideal untuk menguji: plate tectonics,
> amalgamation of terranes by collision, collision of faunal worlds, genetic
> drift and island dwarfism.
>
> Salam,
> Awang
>
> LAMPIRAN
>
> PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
> The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition
>
> SULAWESI: WHERE TWO WORLDS COLLIDED -
> GEOLOGIC CONTROLS ON BIOGEOGRAPHIC WALLACE'S LINE
>
> Awang Harun Satyana (BPMIGAS, Jakarta)
>
> ABSTRACT
>
> "Wallace's Line", line of dividing faunal distribution in central
> Indonesia, came into being in 1863 and was named after Alfred Russel
> Wallace, the great English naturalist travelled Indonesian islands from
> 1854-1862. This was all biologic line but since the beginning, Wallace
> thought that the line could have geologic background. Currently, it is known
> that the position of the line is geologically-dependent, a result of plate
> tectonic movements. The Wallace's Line separates the Oriental (Asian) and
> the Australian fauna and flora. Original Wallace's Line ran between Bali and
> Lombok, extending between Borneo/ Kalimantan and Sulawesi, and between
> Philippines and Indonesia. The revised Wallace Line (1910) lies more
> eastward than the original line to the east of Sulawesi.
>
> Two faunal assemblages from Asian and Australian worlds meet in Sulawesi
> side by side with the endemic faunas of Sulawesi. Two faunal worlds, meeting
> in Sulawesi was controlled by geologic processes. Two "geologic worlds" of
> Sundaland (Asian) and Australian crustal masses/ microcontinents collided in
> Miocene to Pliocene making Sulawesi and adjacent islands. Living creatures
> are passive passengers on drifted microcontinents. When the microcontinents
> collided, the faunal and floral assemblages from two areas met. The Miocene
> to Pliocene collision of Australian microcontinents with Sundaland from 20-5
> Ma, occurred in the region of Wallace's Line. The collision brought two
> originally separate faunas and floras into direct contact, ultimately giving
> rise to the present-day distribution of plants and animals.
>
> It is observed that in Sulawesi there were four types of geologic events
> could have significant biogeographic consequences, called here as: (1)
> longitudinal displacement, (2) land connections and sea barriers, (3) sea
> level history and speciation and (4) island dwarfism.
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
> email to: o...@iagi.or.id
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
> email to: o...@iagi.or.id
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
> email to: o...@iagi.or.id
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>

Reply via email to