Sepakat pak :)

Bentuk perlindungan untuk rakyat memang masih perlu ditingkatkan. Kesadaran 
para pengambil keputusan untuk bersiap sedia menghadapi bencana alam seperti 
Gempa bumi, erupsi gunung berapi dan tsunami memang sudah mulai tumbuh tapi 
belum masuk ke semua sektor.

Sektor pembangunan prasarana fisik sebagai mitigasi awal masih perlu 
ditingkatkan. 

Dari sisi Regulasi, dalam undang-undang kebencanaan masih banyak lubang-lubang 
yang perlu ditutupi dengan peraturan teknis yang lebih detail. Terutama 
regulasi yang dapat menggerakkan komponen lain selain pemerintah untuk turut 
serta dalam upaya ini seperti aturan tentang public private partnership dalam 
UU yang perlu peraturan tambahan yang lebih detail agar memudahkan realisasinya.

Dari segi perlindungan finansial; negara-negara di kepulauan karibia sebagai 
contoh sudah sejak lama bersatu padu membentuk CCRIF sebagai bentuk 
perlindungan finansial untuk menjaga APBN masing-masing negara. Indonesia masih 
jauh dari itu :)

Dari sisi riset dan pendidikan :) saya gak mau komentar, bukannya tidak ada... 
Tapi jelas kurang. apa yang dilakukan kompas (ekspedisi cincin api, ekspedisi 
ciliwung dll) menjadikan penelitian sains lebih populer dan lebih mudah di 
terima (makanya "dongeng geologi" jg populer ya pak dhe :) ) kita butuh banyak 
sarana seperti ini untuk bisa sounding lebih dalam ke masyarakat. Dan perlu 
lebih banyak ahli yang "rapat" atau "menjadi" pengambil kebijakan :) 

Adakah anggota IAGI dalam tim ekspedisi cincin api dari harian kompas tersebut? 
Kalau ada mungkin menarik untuk diajak berbagi pengalaman :)

PS: Untuk "memasukkan" si "cincin api" atau kata "kebencanaan" ke dalam UUD 
mungkin bisa jadi cerita tersendiri yang tidak kalah menarik ya pak :)

Salam
regards

-M Haikal Sedayo
http://rescogitan.com

-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
Date: Mon, 19 Sep 2011 10:23:34 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
(hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
terjadi bencana.
Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti menguras APBN maupun milik
rakyat dalam pemulihannya.

Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita merevisi
UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa sesungguhnya Indonesia berada
didaerah Cincin Api ... Sehingga diperlukan aturan khusus ttg mitigasi
yg perlu dikedapankan dalam stiap kebijakan.

Salam waspada.
Rdp

On 19/09/2011, Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> wrote:
> Baguslah kalau kita sendiri menghargai kekayaan dan sejarah alam serta
> budaya Indonesia, semoga makin meluas ketertarikan masyarakat kita kepada
> alam dan budayanya sendiri.
>
> Cincin Api (ring of fire) sebenarnya julukan buat semua jalur gunungapi yang
> memagari Cekungan Samudera Pasifik, mulai dari selatan di tepi-tepi barat
> Chile-Peru, Amerika Tengah, California, Canada sebelah barat, Alaska sebelah
> selatan, menyeberang ke Asia melalui jembatan daratan Aleut, memasuki batas
> timur Eropa-Asia melalui Kuril, lalu Jepang, menghunjam ke selatan melalui
> Mariana, lalu menyusuri tepi utara Papua New Guinea dan gugusan kepulauan
> mikronesia, lalu berakhir di selatan kembali melalui Tonga, Kermadec dan
> akhirnya Selandia Baru. Istilah lain buat Cincin Api ini adalah Andesitic
> Line, mengingat hampir semua komposisi gunungapinya andesitik karena hasil
> subduksi lempeng samudera Pasifik menunjam ke semua lempeng-lempeng benua
> atau samudera yang mengelilinginya. Sebuah teori kontroversial pernah
> dikemukakan oleh para ahli kosmologi, bahwa Bulan kita adalah massa Bumi
> yang tercabut dari Cekungan Samudera Pasifik, dan Cincin Api adalah sisa
>  paling luar bekas luka cabutan itu.
>
> Bagaimana dengan gunung-gunungapi di Indonesia dari Sumatra-Jawa-Nusa
> Tenggara-Banda-Halmahera dan Sulawesi Utara?  Banyak literatur
> menggolongkannya juga sebagai jalur Cincin Api, Ring of Fire. Tetapi
> gunung2api Indonesia tidak duduk di “proper ring of fire”. Posisi Indonesia
> justru unik dan sangat menarik sebab ia duduk di junction, sambungan,
> jalur-jalur gunungapi di dunia, dan kemudian membuat jalur sendiri.
> Gunung-gunungapi di Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara-Banda adalah jalur paling
> akhir “Jalur Alpide”, yang memanjang dari tepi barat Atlantik ke Laut Tengah
> ke Iran ke Himalaya, menghunjam ke selatan melalui Burma dan masuk ke
> Sumatra lalu membusur melalui Jawa-Nusa Tenggara dan Laut Banda.
>
> Adakah gunung2api aktif di sini, tentu saja ada, tetapi umumnya pada masa
> lalu dan sekarang telah mati. Ingat saja gunungapi di Pulau Thera, Santorini
> yang memunahkan kebudayaan Creta pada abad2 sebelum Masehi (dari mana
> legenda Atlantis berasal), atau ingat juga Vesuvius yang memunahkan kota
> Pompeii dan Herculaneum pada AD 79, yang lalu pada AD 1815 punya
> padananannya masih di Jalur Alpide, yaitu “Pompeii of the East” Tambora
> 1815. Bila gunung2 api lain di Jalur Alpina sudah berhenti aktif,  di
> Indonesia justru aktif terus karena lempeng samudera Hindia masih menunjam
> di bawahnya. Kemudian, jalur baru dibuat pula di Indonesia, Jalur Halmahera
> dan Sulawesi Utara, hasil double subduction ke sisi barat dan timur yang tak
> ada duanya di dunia.
>
> Di Indonesialah bertemu jalur-jalur gunuapi dunia, Cincin Api Pasifik dan
> Cincin Api Alpina. Dan statusnya aktif !  Benar-benar kita seperti  duduk di
> dua ‘tungku’ mantel Bumi yang luar biasa aktif dalam kejapan skala waktu
> geologi. Maka, tiga ranking VEI (volcanic explosivity index) tertinggi di
> dunia pun dipegang oleh tiga gunungapi Indonesia: Toba 74.000 tyl (VEI
> 8)yang membuat populasi manusia tinggal 20 % saja, Tambora 1815 M (VEI 7)
> yang meniadakan musim panas setahun berikutnya di belahan dunia utara, dan
> Krakatau 1883 (VEI 6) yang teriakannya paling dahsyat di Bumi. Lalu jangan
> lupakan Merapi , gunungapi teraktif di dunia, a decade volcano; yang ikut
> mempengaruh jalannya sejarah kebudayaan di Jawa .
>
> Salam,
> Awang
>
> --- Pada Sen, 19/9/11, Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> menulis:
>
>
> Dari: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Senin, 19 September, 2011, 7:41 AM
>
>
> Dapat dibaca disini :
>
> http://nasional.kompas.com/read/2011/09/16/18584012/Berdebar.Nobar.Ekspedisi.Cincin.Api
>
> TERKAIT:
>
>
> Mencintai Cincin Api, Mencintai Indonesia
> Kita Hidup di Daerah Bencana
> Sejarah Berhenti di Kebun Kopi
> LIVE Report: Peluncuran Ekspedisi Cincin Api
> Jalur Ekspedisi Cincin Api "Kompas"
> RDP
>
>
> 2011/9/19 Shofiyuddin <shofiyud...@gmail.com>
>
>
> Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya
> surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api
> yang dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan
> dilanjutkan ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb.
>
>
> Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan
> arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup
> mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April
> 1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia
> dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra.
> Saya belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km
> barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa
> gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya.
> Diperkirakan dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan
> dengan penemuan mayat mayat yang terbakar hangus.
>
>
> Tulisan lengkap bisa liat langsung di Kompas edisi sabtu kemarin.
>
>
> Saya tidak tahu apakah ada rekan rekan IAGI yang terlibat ekspedisi ini.
>
>
> Maaf tidak bermaksud promosi, tapi tulisan itu bagus sekali. Dulu harian ini
> juga melakukan ekspedisi menelusuri sisa sisa kerajaan Majapahit, yang
> menurut saya luar biasa. Jadi inget novelnya nya Majapahit karangan LKH
> terbitan Gramedia.
>
>
>
>
> Shofi
>
>
>
>
>
>
> --
> "Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
> email to: o...@iagi.or.id
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>

-- 
Sent from my mobile device

*"Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"*

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Reply via email to