Ini mungkin simbol, kalo pikiran pejabat negara macet juga ;) saya jadi inget omongan temen kantor yang kebetulan orang lokal sini, kalo masalah kontrak2 oil&gas dia bilang gini: " Lu mau kerjain kagak? Lu itung2 dulu, kalo lu mau ya kerjain dah, kalo kagak mau, gue juga bisa kerjain sendiri, negara gue masih mampu " mantaap boii ! piss salam dr utara, seno / 3958
--- On Mon, 9/26/11, Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ? To: iagi-net@iagi.or.id Date: Monday, September 26, 2011, 9:50 AM 2011/9/26 kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com> Mas Vicky Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan persentase kenaikan jumlah produksi ? Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ? Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC (Recovery over Cost). JAdi jumlah yang boleh di cost recovery akan ditentukan pada biaya. Malah mungkin lebih tepat kalau dibuat Split over cost, artinya split akan lebih bagus untuk operator apabila costnya rendah. Dalam hal ini maka operator akan sangat berkepentingan dalam mengoptimasi biaya supaya perolehan keuntungannya optimum. Tetapi tentunya arrangement2 baru seperti ini untuk PSC yang akan datang, sedangkan PSC yang sudah berjalan tetap terikat pada kontrak yg sedang berjalan. Ketika anda introduce "kenaikan" produksi, tentunya harus ada persetujuan base-line. Ini mengundang diskusi sangat lama. btw, aku masih bertanya-tanyi ttg Hatta Radjasa yang punya paradigma rada nyentrik spt disini : Hatta: Kemacetan Simbol Kemajuan Perekonomian http://economy.okezone.com/read/2011/08/07/20/489079/hatta-kemacetan-simbol-kemajuan-perekonomian RDP