Mang OKim dan moderator,

Minta ijin untuk berbagi email atau informasi ini ke grup milis tetangga.

Terimakasih,

Salam
Yanto Salim
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Sujatmiko" <m...@cbn.net.id>
Date: Mon, 16 Jan 2012 10:50:35 
To: <iagi-net@iagi.or.id>; MGEI<economicgeol...@yahoogroups.com>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: SADONO<sadonoin...@hotmail.com>; Feni Kertikasyari<kertikasy...@yahoo.com>; 
iman santoso<invitati...@boxbe.com>; mira buana<sparkly_...@yahoo.com>; 
GUNARDI<sf.guna...@ymail.com>
Subject: [iagi-net-l] EKSPEDISI KILAT KE PIRAMIDA GUNUNG SADAHURIP : SAMBIL 
MENYELAM MINUM AIR

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

Gunung Sadahurip adalah sebuah gunung kecil di dataran Garut yang sejak
beberapa bulan terakhir mencuat ke permukaan karena diyakini sebagai sebuah
bangunan piramida budaya. Pencetus hipotesisnya adalah Yayasan Turangga Seta
yang berhasil menghipnotis Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan
Bencana sehingga  mengambil alih penelitiannya melalui  tim bentukannya
yaitu Tim Bencana Katastropik  Purba. Tim inilah yang beberapa waktu lalu
mengklaim telah menemukan bukti-bukti meyakinkan tentang kebenaran hipotesis
Piramida G. Sadahurip.  

Seperti biasanya, mang Okim yang merasa terusik oleh pernyataan-pernyataan
Tim Bencana Katastropik Purba yang kontorversial kemudian memutuskan untuk
mengadakan "due diligence" kilat ke G. Sadahurip. Niat mang Okim ini
kemudian tersadap oleh mbak Feni dari Perkumpulan Jeep Bandung yang kemudian
mengirim sms ke Danrem Garut. Dukungan dan pengawalan Dan Ramil 1103
Wanaraja Garut dan aparat desa setempat terhadap ekspedisi kilat mang Okim
tidak terlepas dari dukungan positif Danrem Garut tersebut ( puteri beliau
ternyata mahasiswi geologi semester 8 di ITB ).

Sambil menyelam minum air

Puji syukur kepada Tuhan YMK  bahwa ekspedisi kilat yang mang Okim lakukan
pada 8 Januari 2012 itu bagaikan kata pepatah Sekali Tepuk Dua Lalat atau
Sambil Menyelam Minum Air. Bayangkan saja, pada hari itu , mang Okim yang
hanya dikawani dua anak dan satu adik ipar mendapat sambutan dan pengawalan
yang luar biasa ( lihat lampiran naskah di bawah ini ). Setibanya di puncak
G. Sadahurip, mang Okim dapat memanfaatkan kesempatan untuk  memberikan
"kuliah khusus" kepada puluhan pengunjung berikut para pengawal militer dan
sipil  tentang hasil temuan geologi dan kesimpulannya. Setelah itu, sdr.
Erfan dari RCTI datang ke puncak G. Sadahurip untuk mewawancara mang Okim
yang mengaku  sebagai pengurus KRCB dan IAGI ( mohon maaf kalau kurang
berkenan ).  Tayangan hasil liputan RCTI  diharapkan  muncul dalam beberapa
hari mendatang.

Selain dari hal-hal di atas, pada 12 Januari 2012 , mang Okim mengirimkan
artikel tentang hasil missi geologi  ke koran Pikiran Rakyat yang dimuat
dengan beberapa perubahan pada 14 Januari 2012 ( judul disingkat, empat foto
lampiran tidak dimuat ). Atas artikel tersebut, Danrem Garut dan  Kepala
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, serta  beberapa rekan ahli
geologi dan non-geologi mengirimkan ucapan selamat dan apresiasi  lewat sms.
Last but not least, tadi malam mang Okim mendapat undangan dari komunitas
Pesantren Garut untuk berbicara di Saresehan tentang G. Sadahurip bersama
Sekda Garut dan H. Usep Romli HM, pada 14 Februari 2012 ( pkl 10.00 - 13.00
).

Itulah rekan-rekan IAGI sekedar kisah mang Okim di minggu-minggu pertama
tahun baru 2012 ini. Semua itu mang Okim sampaikan bukan untuk ria-riaan
atau pamer-pameran, melainkan untuk membuka cakrawala rekan-rekan IAGI
khususnya yang muda-muda tentang begitu banyaknya kesempatan bagi kita semua
untuk berbuat sesuatu yang terbaik bagi bangsa dan negara kita - - - melalui
disiplin ilmu dan keahlian  kita masing-masing - - - ta' iya !!! Di bawah
ini mang Okim lampirkan naskah asli artikel mang Okim yang dimuat Pikiran
Rakyat Rubrik Opini halaman 26 dengan judul dipersingkat : G. SADAHURIP
BUKAN BANGUNAN PIRAMIDA  ( dengan foto mang Okim dan penjelasan : Sekjen
KRCB dan Pengurus IAGI ).

Salam cinta geologi

Mang okim

 

 

L A M P I R A N

( NASKAH ASLI DARI ARTIKEL YANG DIKIRIMKAN KE PIKIRAN RAKYAT PADA 12 JANUARI
2012 

DAN DIMUAT DI RUBRIK OPINI TANPA GAMBAR PADA 14 JANUARI 2012 )

 

DARI PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN :

GUNUNG  SADAHURIP DI GARUT  BUKAN BANGUNAN PIRAMIDA

Oleh : Sujatmiko 

Gunung Sadahurip adalah sebuah gunung kecil terisolir yang   terletak di
Desa Sukahurip , Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Tingginya yang  1463
meter di atas permukaan laut, membuat gunung mungil ini tampak menyolok di
kejauhan, begitu kita memasuki Kecamatan Wanaraja dari arah Garut .
Bentuknya yang mirip dengan bangunan piramida, ditambah dengan mitos
penduduk setempat tentang keanehan dan keangkerannya, apalagi diperkuat oleh
bisikan-bisikan ghoib, membuat Yayasan Turangga Seta yakin bahwa G .
Sadahurip adalah sebuah piramida budaya yang dibangun oleh nenek moyang
kita. Keyakinan mereka kemudian dituangkan dalam suatu hipotesa yang
menyimpulkan bahwa selain di G. Sadahurip, terpendam bangunan piramida
budaya di gunung-gunung berbentuk piramida lainnya di Jawa Barat  antara
lain G. Kaledong dan G. Haruman ,  keduanya di Garut , dan G. Lalakon di
Bandung. Hipotesa mereka ini  tentu saja mengundang kontroversi khususnya
bagi kalangan ilmuwan kebumian mengingat geomorfologi model piramida yang
merupakan produk dari proses geologi dan gunung api  sangat umum ditemukan
di banyak penjuru dunia. Walaupun demikian , berkat semangat dan kemahiran
Yayasan Turangga Seta dalam menyosialisasikan hipotesanya dan memanfaatkan
nama besar dari beberapa pakar ilmu kebumian, yang di awal penelitian mereka
ikut berpartisipasi, maka akhirnya Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan
Sosial dan Bencana di Binagraha terpancing untuk ikut nimbrung melalui  tim
bentukannya yaitu Tim Bencana Katastropik Purba. Tim inilah yang beberapa
waktu lalu mengklaim telah menemukan  Piramida Sadahurip,  yang selain
tertinggi  dan terbesar di dunia,  juga tertua  yaitu lebih dari 6000 tahun
sebelum Masehi . Pernyataan-pernyataan lainnya yang tak kalah
kontroversialnya kemudian dilemparkan ke masyarakat luas antara lain tentang
temuan  pintu masuk ke ruang piramida di perut G. Sadahurip , dan yang
terakhir tentang kehebatan para pendiri piramida yang diyakini telah mampu
memindahkan seluruh kandungan batuan yang sebelumnya menyusun lembah Batu
Rahong untuk dijadikan bahan bangunan Piramida Sadahurip. Pernyataan
terakhir ini yang sebetulnya dapat dijelaskan dengan konsep ilmu rupa bumi
atau geomorfologi  mengindikasikan bahwa Tim Bencana Katastropik Purba
tidak dilengkapi dengan tenaga ahli kebumian yang mumpuni, yang selain dapat
membaca dan menerjemahkan gejala alam yang telah dan sedang terjadi, juga
dapat menjaga martabat dan kehormatan institusi kepresidenan yang seharusnya
selalu kita  junjung tinggi.

 

Gunung Sadahurip asli bentukan alam

Kepastian bahwa G. Sadahurip  merupakan bentukan alam murni tanpa campur
tangan manusia, apalagi tenaga ghoib , didapat setelah penulis melakukan
pengamatan geologi langsung di lapangan pada tanggal  8 Januari 2012. Dalam
kegiatan ini tim penulis didukung  dan dikawal oleh Dan Ramil 1103 Wanaraja
Garut,  Kapten TNI Didi Suryadi beserta beberapa orang anggotanya , dan
Sekretaris Desa Sukahurip, Bapak  Syarip Hidayat. Target pengamatan pertama
adalah morfologi G. Sadahurip yang tampak simetris sempurna dari arah
Wanaraja, tetapi ternyata menjadi  tidak simetris dari arah selatan /
Kampung Cicapar ( Gambar 1 ). Pengamatan selanjutnya difokuskan kepada
fenomena geologi yang ditemukan di sepanjang perjalanan , dari mulai Kampung
Cipacar sampai ke puncak G. Sadahurip dan kemudian  turun ke Kampung Sokol.
Singkapan batuan yang ditemukan berupa batuan beku andesit dalam bentuk
aliran lava dan batuan intrusif yang masif ,  yang di beberapa tempat
melapuk meninggalkan  struktur kulit bawang atau kekar tiang ( Gambar 2 ).
Selain dari itu, ditemukan juga batuan piroklastika hasil kegiatan gunung
api yang kebanyakan telah lapuk . Dengan  variasi batuan semacam ini yang
sangat umum ditemukan  di morfologi gunung  berbentuk piramida,  maka dapat
disimpulkan  bahwa G. Sadahurip  adalah  sebuah gunung api  kecil yang utuh
dengan bentuk menyerupai piramida. Fenomena semacam ini oleh van Bemmelen
disebut sebagai lava dome ( The Geology of Indonesia, 1949 ) dan oleh Arthur
Holmes sebagai cumulo dome ( Principles of Physical Geology, 1984 ). 

Metode penelitian geologi sederhana yang penulis uraikan ini sebetulnya
merupakan materi kuliah Geologi Dasar di seluruh Fakultas  Geologi di
Indonesia yang  seharusnya dipertimbangkan oleh Tim Bencana Katastropik
Purba dalam melaksanakan penelitiannya.  Dengan demikian maka pemakaian
beragam peralatan super canggih seperti  geolistrik superstring, georadar,
foto satelit 3 D - IFSAR resolusi 5 meter, dan bahkan penentuan umur dengan
metode Karbon C-14 atau radiocarbon dating yang tentunya telah menguras dana
dan tenaga yang tidak kecil akan dapat dihindari. 

 

Antara bisikan ghoib dan pertimbangan ilmiah

Dalam wawancaranya dengan VIVAnews pada tanggal 15 Februari 2011, Yayasan
Turangga Seta yang didirikan sekitar tahun 2004 mengakui bahwa metode
penelitian yang  mereka terapkan banyak didasarkan atas  kepekaan beberapa
anggotanya terhadap kehadiran ghoib yang mereka sebut sebagai parallel
existence (penulis menyebutnya sebagai bisikan ghoib). Mereka terkesan
bangga menyebut timnya sebagai MIT atau Menyan Institute of Technology
dengan argumentasi bahwa dalam melakukan perburuan situs prasejarah , yang
mungkin dengan ritual pembakaran kemenyan untuk mengundang roh, mereka
kadang-kadang mendapat sokongan informasi lokasi dari informan tak kasatmata
( VIVAnews, 17 Maret 2011 ). Dengan keyakinan semacam itu maka dapat
dimengerti mengapa dalam sosialisasi pertamanya di hadapan Wagub Jabar
tanggal 3 Maret 2011, Yayasan Turangga Seta terkesan kurang senang ketika
penulis dan  Drs. Lutfi Yondri M.Hum., pakar arkeologi dari Balar Bandung,
memberikan masukan ilmiah , padahal  maksudnya agar Yayasan Turangga Seta
yang sebagian besar anggotanya masih muda-muda dapat lebih berhati-hati ,
baik dalam melakukan penelitian ataupun dalam prosedur dan perizinannya  (
sesuai dengan  isi Undang-Undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010 ). Masukan
serupa tetapi sedikit lebih keras diberikan lagi kepada perwakilan Yayasan
Turangga Seta ketika memperkenalkan  hipotesanya di Jurusan Tambang ITB pada
tanggal 6 Mei 2011 yang dihadiri juga oleh penulis dan Drs. Lutfi Yondri
M.Hum. Pernyataan mereka ketika itu cukup tegas bahwa mereka lebih percaya
kepada  bisikan ghoib atau parallel existence  dari pada pertimbangan
ilmiah.  Selain peringatan secara langsung, sanggahan melalui media internet
dan media cetak dilayangkan juga  antara lain oleh Mang Okim (  milis IAGI
20 Maret 2011 : Piramida G. Lalakon di Bandung, Akhir Sebuah Harapan ) ,
Dr. Ir. Budi Brahmantyo M.Sc. (PR 3 Agustus 2011 : Gunung Lalakon, Sebuah
Karya Alam), dan lain-lain. Artikel dan tulisan berikut lampiran
gambar-gambar yang menjelaskan dan menyanggah hipotesa piramida tersebut dan
telah dikutip oleh Google,  dipastikan telah dibaca juga oleh Yayasan
Turangga Seta. Selain dari itu, beberapa pakar geologi terkemuka di
Indonesia, yang pada awalnya mendampingi dan mendukung secara sukarela
penelitian mereka, kemudian menarik diri setelah menyadari adanya
penyimpangan metode dan arah penelitian mereka dari kaidah-kaidah ilmu
kebumian yang baku (pengakuan Dr.Ir.Danny Hilman M.Sc. di Nasional, 4 April
2011, dan bantahan keras Dr.Ir. Andang Bachtiar M.Sc. di FB karena nama dan
reputasinya  dimanfaatkan secara tidak benar). Dengan adanya sanggahan dan
bantahan dari para pakar tersebut, maka sungguh sulit dimengerti bahwa Staf
Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana justru terpengaruh dan
bahkan mendukung penuh kegiatan eksplorasi dan penggalian arkeologi yang di
beberapa lokasi diketahui melanggar ketentuan dan prosedur yang digariskan
dalam  Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2010 .

 

Pelajaran berharga bagi kita semua

Gencarnya issue tentang Piramida G. Sadahurip ini , yang oleh masyarakat
Garut diartikan sebagai adanya bangunan piramida dan atau kandungan harta
karun di perut G. Sadahurip, membuat  aparat Kecamatan Pangatikan dan Desa
Sukahurip di Garut menjadi sibuk luar biasa. Selain karena membanjirnya para
pengunjung ke puncak G. Sadahurip  sejak sekitar 6 bulan terakhir , yang
ketika penulis mendaki gunung ini pada tanggal 8 Januari 2012 jumlahnya
mencapai lebih dari 200 orang ( Gambar 3 ) , beberapa instansi terkait dan
Pemkab Garut tentunya tak kalah sibuknya melayani permintaan dan pertanyaan
para pejabat di Jakarta tentang issue piramida tersebut. Hikmah dari semua
itu adalah meningkatnya minat masyarakat dan para pelajar untuk mendaki
sampai ke puncak G. Sadahurip melalui jalan setapak dan lereng terjal yang
tidak ringan. Untuk melayani pengunjung, paling sedikit  3 warung jajanan
telah dibangun mendadak  oleh penduduk setempat di lereng G. Sadahurip. Hal
ini memberikan indikasi bahwa masyarakat sangat mendambakan sarana wisata
minat khusus yang sebetulnya bisa diciptakan oleh para pemangku kekuasaan
kalau mau. Sehubungan dengan itu , maka walaupun G. Sadahurip bukan bangunan
piramida budaya, alangkah baiknya kalau minat masyarakat khususnya para
remaja dan pelajar yang dengan semangat pantang menyerah mendaki sampai ke
puncak G. Sadahurip dapat dipertahankan  . Dengan anggaran yang tidak
seberapa dan bahkan melalui kerja gotong royong, jalan ke puncak G.
Sadahurip dapat diatur dengan membuat  tangga-tangga sederhana. Pemandangan
alam dilihat dari puncak G. Sadahurip sungguh luar biasa antara lain G.
Kaledong dan  G. Haruman serta  beberapa gunung lainnya yang bentuk
piramidanya  tak kalah indahnya dari G. Sadahurip ( Gambar 4 ).  Dan kepada
Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, pesan moral yang
kiranya perlu disampaikan adalah agar tidak terjun terlalu jauh dalam
masalah-masalah  yang sebetulnya dapat dilakukan oleh lembaga dan instansi
serta institusi pendidikan terkait. Alangkah ironisnya bahwa hilangnya
bangunan sangat penting di puncak G.Sadahurip yaitu beton Trianggulasi T 74
yang dibongkar karena dikira mengandung harta karun, lepas dari perhatian  ,
padahal hukuman bagi pencurinya di zaman kolonial Belanda begitu berat. 

 

Bandung, 12 Januari 2012,

Sujatmiko 

Sekjen KRCB dan Pengurus IAGI 

 

LAMPIRAN  FOTO 

(TIDAK DIMUAT DI  PIKIRAN RAKYAT)

 

DSCN9947-C.jpg

Gambar 1. G. Sadahurip yang bentuknya tidak simetris kalau  dilihat dari
Kampung  Cicapar .

DSCN9994-30.jpg

Gambar 2. Singkapan batuan beku yang telah lapuk meninggalkan inti batu  dan
struktur pelapukan

 kulit bawang ( ditemukan  di banyak singkapan batuan di lereng  sampai
puncak G. Sadahurip ).

 

DSCN0062-30.jpg

Gambar 3. Singkapan batuan beku alamiah di lereng G.Sadahurip yang
tersingkap menjelang  puncak G. Sadahurip. 

Bagian bawah dari batuan beku ini adalah induk batuan beku yang lebih besar,
yang menyusun 

seluruh  bagian dalam dari G. Sadahurip.

 

DSCN0017-30.jpg

Gambar 4.  G. Kaledong dan G. Haruman diabadikan dari puncak G. Sadahurip.
Kedua gunung ini

 yang menjulang tinggi ke langit ,  diklaim oleh Yayasan Turangga Seta
sebagai bangunan 

piramida budaya hasil temuannya

 

TAMBAHAN FOTO  PELENGKAP

  ( TIDAK DISERTAKAN KE PIKIRAN RAKYAT )

 

DSCN0041-30.jpg

Gambar 1: Mang Okim memberikan kuliah dadakan di puncak G. Sadahurip tentang
hasil 

pengamatan geologi dan kesimpulannya. Di depan mang Okim,

crew RCTI Erfan sedang menyiapkan kameranya.

 

G SADAHURIP BUKAN PIRAMIDA-60.jpg

Gambar 2 : Artikel di Pikiran Rakyat 14 Januari 2012  dengan

 foto mang Okim sebagai Sekjen KRCB dan Pengurus IAGI

 

 

 


Kirim email ke