*Dalam pengantarnya u/acara Geotrek ke Sadahurip 28Jan 2012 ahli geologi
Indonesia dr BPMigas - Awang Harun Satyana - menuliskan: ...  "Tiadanya
kawah atau sumbat lava seperti ditemukan di kebanyakan gunungapi membuat
Sadahurip tidak bisa segera disimpulkan sebagai gunungapi. Keberadaan
batuan-batuan volkanik di lereng Sadahurip dapat mengartikan dua hal: ini
bukit volkanik atau batu-batu gunung itu justru merupakan jejak tradisi
megalitik seperti punden berundak Gunung Padang Cianjur yang dibangun
masyarakat prasejarah di lereng-puncak sebuah bukit volkanik".*


Wah nama Pak Awang sudah muncul. Ditunggu uraiannya Pak Awang.

2012/1/30 dar tadjuddin <dartadjud...@yahoo.co.id>

> Akankah misteri Gunung Sadahurip terungkap?
>

Beberapa waktu lalu saya berdiskusi dengan salah satu sahabat saya yang
tertarik dengan Sadahurip dan ikut "menggali".
Ada beberapa catatan yang telah sampaikan.

1. Ada dua kubu yang satu Natural Fenomena yang satu Man Made.
*Dalam sebuah permainan (pertarungan) jangan gunakan keahlian musuhmu.*

Kelemahan kubu MM adalah "cara" mereka membuktikan argumentasinya. Kalau
memang ingin membuktikan bahwa "bangunan" itu buatan manusia, carilah
bahan-bahan (bukti) atau *evidence *yang membuktikan bahwa itu bangunan MM.
Lah kalau menggunakan Geolistrik, Georadar, IFSAR dll itu metode yang sring
dipakai oleh kubu NF. Interpretasi NF tentang bangunan alamiah jelas  akan
lebih mudah dilakukan. Di benak NF, bangunan ini alamiah sehingga dicari
padanannya bahwa itu bangunan alamiah. Dengan bekal pengetahuan
geomorfolofi akan muncul kejadian mirip yg menjadi acuannya. Coba saja cari
sisa, sisa kegiatan manusia disitu. Misal perpikiran bahwa bangunan itu
Pyramid mesir cari saja "mangkuk" sisa alat makannya. Dengan diketemukan
satu mangkuk, walaupun pecah, mungkin dapat dipakai sebagai bukti tak
terbantahkan.
Namun sayangnya kalau dugaannya itu Megalith, ya peninggalan arkeologis
seperti itu kecil akan dijumpai. Megalith tidak menyisakan peninggalan
kebudayaannya selama ini.

Sebagai geologist ketika disodori profil geolistrik ya sayapun akan
mereka-reka untuk menjawab sebagai bangunan alami. Demikian juga
sebaliknya, kalau saya disodori batu bulat berukuran kelereng, saya tidak
akan mudah mengatakan mainan "kelereng" jaman baheula itu buatan manusia,
karena bagi geosaintist pebble di sungai banyak sekali yang bulat.
Pre-knowledge di otaknya memang sudah tak sadar sering di'set' begitu.

Melakukan pengeboran itu "domainnya" orang geologist, bukan domain utamanya
arkeologis. Kalau ini dianggap peninggalan arkeologis semestinya dengan
metode arkeologis. Bukan metode geologis. Dilakukan excavation, bukan
drilling. Nantinya geologist akan menginterpretasi bahwa ini peninggalan
alamiah dengan segala argumentasinya.

2. Saintis bukan sekedar menjawab soal benar salah.
Seorang saintist kebanyakan skeptis. Bukan pesimis. They will say
'that's what possibly has happened'. Jadi bukan mengklaim benar dan salah,
tapi itulah yang mungkin terjadi.
Bahwa ada manfaat dari sebuah polemik, itu memang bisa dipakai tersendiri
sebagai cara 'mensejahterakan' penduduk lokal.

Salah satu pertanyaanku ttg peninggalan Megalith ini adalah:
Kalau memang 'gunung sadahurip' ini peninggalan megalith, mengapa
disembunyikan. Sependek pengetahuanku, pada jaman dulu, manusia tidak ada
rasa persaingan menutupi kebudayaan. Kalau menurut kisah Nabi-nabi jaman
dulu justru manusia saling "unjuk gigi" atau "pamer" akan kemampuannya
(show off atau narsis kali ya), bukan budaya menyembunyikan takut ditiru.
Baru akhir-akhir ini saja manusia mengenal lisensi supaya melindungi hak
cipta. Dulu pada awal internet semua program yg ditulis dg bahasa basic
fortran dll bisa diutik-utik sesukanya. Jadi sangat menarik mengapa atau
benarkah ada budaya menyembunyikan pada jaman Megalith ?
Dalam memang pyramid banyak teka-teki dan jebakan, tapi itu bukan
kebudayaan.megalith.

Salam ulak-ulik

RDP

Kirim email ke