Mengapa G. Sadahurip itu dianggap bencana purba? 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: andangbacht...@yahoo.com
Date: Tue, 31 Jan 2012 00:45:02 
To: <reda...@vivanews.com>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: [iagi-net-l] Sarasehan Bencana Purba - Sanggahan/Koreksi Andang 
Bachtiar

Sehubungan dg berita di vivanews.com Senin 30jan 2012 ttg rencana 
seminar/sarasehan "Mengungkap Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di 
Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional" yg oleh Vivanews 
diberi judul berita: Kuak Misteri, "Piramida" Garut Akan Dibor; bersama ini 
saya mohon spy redaksi wartawan vivanews memuat sanggahan - koreksi saya sbb:

1. Saya (Andang Bachtiar) dan Danny Hilman belum pernah menarik kesimpulan 
bahwa di dalamnya (Gn Sadahurip) ada bangunan Piramida. Kami sedang meneliti 
banyak sekali fenomena kebencanaan purba termasuk salah satunya Gn. Sadahurip, 
tetapi sejauh ini penelitian di Sadahurip masih terus berlanjut dan masih belum 
menyimpulkan ada atau tidaknya "piramida" di sana.

2. Penelitian ttg kebencanaan purba di berbagai lokasi tersebut salah satu 
tujuan-nya adlh untuk mencoba melengkapi data-point statistik daur ulang 
kebencanaan yg sangat bermanfaat dlm pengembangan kemampuan prediksi ilmiah 
kebencanaan, baik besaran, lokasi, dan kalau bisa kisaran waktu ulangnya. 
Selain itu tujuannya juga untuk mempelajari persepsi / cara tindak / rekaman 
kebudayaan2 masa lalu yang terkait dengan mitigasi bencana, yg seringkali 
dibahasakan sebagai "kearifan lokal", dsb.

3. Fokus utama sarasehan kami bukan pada Sadahurip tetapi pemaparan tentang 
hasil-hasil sementara penelitian di daerah2 lain yang sudah jauh lebih maju 
status penelitiannya dibanding Sadahurip seperti: Banda Aceh, Trowulan, 
Batujaya, dan Gunung Padang. Karena menyadari bahwa selama ini Sadahurip telah 
menjadi kontroversi (karena cara dan efek pemberitaan media yg seringkali 
terlalu bombastis memberitakannya), maka kami memasukkan juga sessi pembahasan 
tentang progress Sadahurip research tsb di bagian akhir sarasehan sbg pelengkap.

4. Sarasehan tidak dilakukan di istana negara, tetapi di Gedung Krida Bakti 
(Setneg) Jl Veteran 3 Jakarta Pusat. Usaha untuk mengkaitkan riset2 kami dengan 
istana negara kami pikir sudah terlalu berlebihan dan menimbulkan interpretasi 
liar seolah2 Istana (negara) membiayai usaha2 klenik - pseudo sains spt kasus 
blue energy dan sejenisnya pd waktu lalu. Saya tegaskan bahwa (daridulu) saya 
melakukan riset lebih banyak memakai biaya sendiri / perusahaan konsultan saya 
sendiri (research-based consultant company) dan kalaupun ada yang membiayai dr 
pihak luar kami membatasinya ke sumbangan individu2 yang tidak mengikat. Dan 
riset2 kami semuanya didasarkan pada kaidah2 keilmuan dengan "multiple working 
hypothesis" dan juga "metodologi ilmiah" yang ketat dan kritis, bukan 
berdasarkan bisikian gaib dsb. Kami juga menghindarkan diri dari kecerobohan 
untuk menyimpulkan data-fakta hanya dari pengamatan - pengamatan sesaat, dan 
untuk itu seringkali akuisisi data dilakukan secara berulang untuk mengecek 
"repeatability" dan konsistensinya.
 
5. Untuk itu, maka lebih baik datang sendiri aktif berpartisipasi secara cerdas 
di sarasehan kami 7 Februari, daripada nantinya membaca berita yang salah yang 
diakibatkan oleh ketidak-akuratan wartawan atau narasumber non teknis yang 
mengolah - melontarkan berita.

Terimakasih, dan salam

Dr. Andang Bachtiar
Geologist Merdeka
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kirim email ke