Pak Bandono, sugeng enjing.
Meskipun yg lain mungkin tak banyak tahu, tapi Bapak 'kan ahli kanuragan. Sejak 
muncul, langsung bersilat tanpa henti, he..he..

Salam setia hati,
Syaiful

Sent from my deep hart

On Feb 13, 2012, at 9:32 AM, "Bandono Salim" <bandon...@gmail.com> wrote:

> Hehehe itu bukan kanuragan pak. Itu berbicara dengan alam. Yaa musik jaman 
> dulu kan sederhana, batu dipukul menimbulkan bunyi. 
> Setau aku kanuragan itu al: kebal, mukul batu jadi pecah (entah batunya atau 
> tangannya?) Pukulan jarak jauh dll (tau dari baca saja).
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: David <david_ontos...@yahoo.com>
> Date: Mon, 13 Feb 2012 10:00:49 +0800 (SGT)
> To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Dating situs arkeologi, bagaimana kaidahnya ?
> 
> Pak Rovicky,
> 
> Tanpa mendauhuli penelitian yang sedang dilakukan, saya pernah nonton tv di 
> Trans 7 atau Trans TV sekitar dua-tiga mingguan yang lalu, yang acaranya 
> malem2, judulnya "indigo". Di acara itu, seorang remaja yang memiliki 
> "linuwih", setelah berbincang dengan "penunggu" Gunung Padang mengatakan 
> bahwa situs Gunung Padang memang tujuannya untuk orkestra musik jaman 
> megailitk.  
> 
> Maap kalo kurang ilmiah.. 
> 
> Salam
> 
> David
> From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
> To: iagi-net@iagi.or.id 
> Sent: Monday, February 13, 2012 8:17 AM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Dating situs arkeologi, bagaimana kaidahnya ?
> 
> Terimakasih Mas David, ... Ilmu baru.
> 
> Saya bisa menerima argumen serta cara berpikir hal ini. Jadi kalau di Situs 
> Megalitik di Gunung Padang yg konon ditemukan "alat musik" apakah 
> diinterpretasikan sebagai alat jaman megalitik ataukah itu peninggalan jaman 
> yang lebih moderen ?
> Memang logika manusia yang menggunakan peninggalan jaman dulu sering kita 
> jumlai. Misalnya Borobudur yang hingga saat ini masih dipergunakan sebagai 
> tempat pemujaan. Tentunya bila ada sendok tercecer di Borobudur tidak 
> diinterpretasikan bahwa jaman dinasty Syailendra sudah makan dengan sendok 
> garpu kan ?
> 
> Namun berbeda dengan diketahuinya pelurusan Borobudur-Pawon-Mendut saat ini. 
> Barangkali memang mereka saat membangunnya sudah menggunakan "ilmu kanuragan" 
> (kesaktian) sehingga mampu membuat pelurusan ini. Atau bisa jadi kebetulan 
> saja (cmiiw)
> 

Kirim email ke