Setelah geolog, arkeolog, vulkanolog dan paranormal angkat
bicara...sekarang astronomist juga mulai sumbang pendapat....makin
rame :)

salam

Alman
----------------------------------------------------------------------------
Piramida Sadahurip dari Sudut Pandang Astronomi

http://sains.kompas.com/read/2012/02/15/15142677/Piramida.Sadahurip.dari.Sudut.Pandang.Astronomi

JAKARTA, KOMPAS.com - Klaim bahwa Gunung Sadahurip sejatinya merupakan
piramida belakangan menjadi perdebatan hangat. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Tim Katastrofik Purba, Piramida Sadahurip lebih tua
dari Piramida Giza di Mesir. Piramida Sadahurip juga dihubungkan
dengan peradaban Atlantis, benua yang hilang yang berdasarkan buku
Arysio Santos mencakup wilayah Indonesia.

Beragam pendapat muncul. Kalangan arkeolog dan geolog membantah
penemuan tersebut. Kalangan geolog mengatakan bahwa Gunung Sadahurip
sejatinya merupakan gunung berapi yang kini sudah mati. Sementara
kalangan arkeolog menyatakan bahwa keberadaan piramida tidak mungkin
jika tak ditemukan jejak pemukiman di sekitarnya. Di lain pihak, tim
penemu tetap yakin bahwa klaimnya adalah benar.

Memberikan analisis dari sudut pandang astronomi, astronom Ma'rufin
Sudibyo mengatakan bahwa pembangunan piramida akan selalu menghadap ke
titik-titik istimewa di langit. Prinsip ini tidak hanya dianut oleh
piramida di Mesir, tetapi juga bangunan mirip piramida yang ada di
Indonesia, seperti Candi Borobudur, candi utama di Prambanan hingga
candi-candi di Jawa Timur.

"Hal ini tak bisa dilepaskan dari kepercayaan dalam
kebudayaan-kebudayaan tersebut, yang menganggap dewa-dewa mereka
senantiasa berada di langit mengawasi setiap saat dalam rupa
bintik-bintik cahaya yang gemerlap. Selain itu posisi piramida atau
bangunan menyerupai piramida selalu menuju keempat penjuru mata angin
dengan presisi demikian tinggi," kata Ma'rufin.

Ma'rufin mencontohkan, bangunan Piramida Giza selalu menuju ke arah
utara, selatan, timur dan barat dengan presisi tinggi. Presisi itu
diupayakan agar sisi utara Giza selalu menghadap ke bintang Thuban
atau Alpha Draconis, bintang utara kutub utara langit pada 4500 tahun
lalu. Bintang tersebut akan tampak dengan magnitud +3,7, cukup redup
sebenarnya.

"Sebagai bintang kutub, posisi bintang Thuban selalu berada di titik
yang sama tanpa pernah beringsut sepanjang waktu. Kekhasan posisi
bintang Thuban rupanya sejalan dengan konsep keabadian dalam Mesir
kuno, sehingga sebuah lorong kecil dibangun dari ruang Firaun (di
dalam piramid) menuju sisi utara, yang memungkinkan cahaya bintang
Thuban tepat menyinari kepala jasad Firaun," jelas Ma'rufin.

Di dekat bintang Thuban, terdapat bintang Kochab atau beta Ursa Minor.
Bintang ini selalu tampak di langit utara seakan-akan berputar
mengelilingi Thuban, seolah-olah pasangan setia Thuban. Lorong pun
dibangun untuk memungkinkan cahaya bintang Kochab menyinari ruang
Permaisuri, yang diletakkan tepat di atas ruang Firaun, khususnya saat
bintang berkulminasi atas.

Ma'rufin juga menambahkan bahwa bangsa Mesir Kuno juga sangat
terpesona pada rasi Waluku atau Orion yang dianggap sebagai wujud
Osiris. Sebuah lorong pun dibangun agar cahaya dari bintang di rasi
Waluku bisa menyinari jasa Firaun. Bintang Sirius, salah satu bintang
paling terang, juga dianggap sebagai wujud Isis. Lorong juga dibangun
agar cahaya bintang ini menyinari jasad permaisuri.

Jika dilihat bangunan mirip piramida di tanah air, seluruhnya pun
menghadap ke arah mata angin. "Candi Borobudur misalnya, juga
menghadap ke mata angin utama dengan presisi mengagumkan. Pun demikian
halnya candi-candi utama dalam kompleks percandian Prambanan," kata
Ma'rufin lewat jejaring sosial Facebook beberapa waktu lalu.

Di candi Borobudur, presisi diupayakan sebab selain sebagai bangunan
religius, candi juga diupayakan sebagai petunjuk pisisi Matahari dan
siklus musim. Hal yang sama juga mungkin berlaku di Prambanan.
"Sehingga, dalam perspektif astronomi, piramida ataupun bangunan
menyerupai piramida merupakan observatorium kuno tempat kaum cendekia
(khususnya pendeta) mengamati langit," tutur Ma'rufin.

Prinsip-prinsip astronomis itulah yang tidak ditemukan di Piramida
Sadahurip. Berdasarkan analisis citra Google Earth, Gunung Sadahurip
memiliki bentuk dasar segilima tak simetris. Adanya piramida bentuk
segilima memang mungkin walaupun belum pernah ditemukan. Meski
demikian, segilima yang menjadi dasar bentuk seharusnya juga simetris.

"Akibat ketidaksimetrisan dasarnya, maka arah hadap sisi-sisi gunung
Sadahurip pun tidak simetris. Diawali dari utara, masing-masing sisi
menghadap ke arah 68, arah 143, arah 220, arah 284 dan arah 344. Tak
satupun yang berimpit dengan sumbu mataangin utama (utara-selatan
timur-barat) atau sumbu mataangin sekunder. Dengan demikian selisih
sudut antar sumbu tiap sisi bervariasi dari yang terkecil 60 derajat
hingga yang terbesar 77 derajat," papar Ma'rufin.

Dalam astronomi, arah mata angin dikuantifikasi dalam sudut berjumlah
360 derajat atau lingkaran. Arah utara adalah atau 360 derajat, timur
90 derajat, selatan 180 derajat dan barat 270 derajat. Sadahurip sama
sekali tidak menghadap ke sudut itu. Selain itu, akibat tak simetris,
selisih antar sudut juga tak sesuai. Jika bentuk dasar segilima,
selisih antar sudut seharusnya 72 derajat.

"Sisi yang menghadap ke arah 68 memang hampir sejajar dengan posisi
Matahari terbit saat paling utara (summer solstice). Namun terbenamnya
Matahari pada titik itu, yakni pada arah 294, ternyata berselisih
besar dengan arah hadap 284. Demikian pula terbit dan terbenamnya
Matahari pada saat paling selatan (winter solstice), masing-masing di
arah 114 dan 245, ternyata tak berhadapan dengan satu sisi gunung
Sadahurip sekalipun," papar Ma'rufin.

Ma'rufin menegaskan, jika Piramida Sadahurip benar, maka ada dua
kemungkinan. "Pertama, para pembangun piramida Sadahurip tak paham
geometri. Sehingga tak bisa merancang dasar piramida yang simetris.
Ini bertolak-belakang dengan bangsa Mesir kuno dan Jawa kuno yang
telah mengenal dan menerapkan geometri dalam pembangunan piramida dan
candinya. Dan yang kedua, para pembangun piramida Sadahurip tak paham
astronomi. Sehingga piramidanya tak bisa menjadi penanda
peristiwa-peristiwa langit yang penting bagi kebudayaan bangsa-bangsa
kuno."

Secara tegas, Ma'rufin mengatakan bahwa Gunung Sadahurip bukan
piramida atau bangunan mirip piramida.

source : kompas.com

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
--------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman 
abstrak 28 Februari 2012.
--------------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke